10

10 2 0
                                    

"Jun, tau gak sih, tadi pagi kan Arwin ke kelas gue. Terus dia pake jam yang modelnya sama persis kaya jam yang kemarin lo temuin di rumah sebelah ituloh." Juan mendekatkan kepalanya ke depan. Saat ini dia dan Juno sedang di atas motor dalam perjalanan pulang.

Juno melirik dari spion kirinya, "emang iya? Terus lo nanya gak dia dapet jam itu dari mana?"

"Ya pasti beli lah."

Juno gemas sendiri karena pertanyaannya tidak nyambung dengan jawaban Juan. Maksud Juno tuh gak gitu.

"Ngomongnya nanti aja deh, gue lagi emosi," balasnya kemudian diam. Juan jadi bingung, apa yang membuat adiknya emosi padahal tadi dia tidak ngajak ribut.

Dua belokan setelahnya, Juan dan Juno sampai di rumah mereka. Juan bingung karena di halaman rumahnya terdapat mobil Jeep silver. Sepertinya ada tamu.

"Kayanya lo mau dijodohin deh," Juno berbisik ketika sudah membuka helm.

Tangan Juan mendarat di lengan atas Juno, memukulnya. Pikiran anak itu apa tidak bisa normal sedikit. Jauh terus sampai melampaui batas.

"Ngomong sekali lagi, gue siram lo kaya kemarin," ancamnya.

"Hiiii takut." Juno berlari kecil masuk ke rumah pura-pura ngeri mendengar ancaman Juan.

Kira-kira siapa yang bertamu di siang hari seperti ini ya. Dilihat dari mobilnya sih seperti bukan orang biasa. Atau jangan-jangan dugaan Juno benar, kalau dia akan dijodohkan karena keluarganya mempunyai hutang. Tidak bisa dibiarkan, hal itu harus dihentikan.

Juan masuk tanpa salam. Dia mendekat ke bunda yang sedang ngobrol dengan seorang pria yang umurnya mungkin tidak jauh beda dengan bunda.

"Salam dulu kalo mau masuk. Gak sopan ada tamu." Bunda mengingatkan. Juan hanya nyengir lalu mengangguk kepada tamunya.

"Maaf Om," katanya.

Pria itu tersenyum, "Gak apa-apa," balasnya. "Kamu Nita ya?"

Kening Juan mengernyit. Kok pria itu bisa tau nama panggilan yang sangat limited edition itu. "Iya. Kok tau Om?"

Pria itu tersenyum semakin lebar. Malah sekarang tertawa kecil. "Anak saya sering cerita tentang kamu. Terlebih, dulu kita juga lumayan sering ketemu."

Dunia ini benar-benar aneh atau otaknya yang aneh? Kenapa Juan tidak bisa mengingat apapun astaga. Sepertinya dulu dia mengalami kecelakaan sampai membuatnya amnesia. Ya, Juan sangat yakin kalau dia amnesia.

"Iya kah?"

Tangan pria itu mengibas. "Udah gak usah dipikir terlalu keras. Saya tau kamu gak inget. Kapan-kapan saya cerita biar kamu inget siapa saya," katanya pada Juan. Dia berdiri, "kalo gitu saya permisi ya Bu, sesegera mungkin saya akan datang lagi meminta bantuan Ibu. Dan terima kasih sudah menjaga rumah sebelah."

Bunda ikut berdiri lalu bersalaman, "iya sama-sama Pak. Saya tunggu kabar baiknya." senyuman bunda terukir. "Bunda antar om ini dulu ke depan, kamu ganti baju sana," peringatnya pada Juan.

Juan mengangguk. Dia meninggalkan ruang tamu. Bukannya menuju kamarnya, dia justru melipir ke kamar Juno. Adiknya sedang gitaran di atas ranjang.

"Jun, orang tadi punya anak," cerita Juan setelah berhadapan dengan Juno.

"Terus? Bener mau dijodohin?" Juno berhenti memetik senarnya.

Juan geram. Baiknya harus diapakan isi kepala adiknya itu. Bongkar kah, atau ganti yang baru? Sepertinya memang lebih baik dibuang saja.

"Dengerin dulu kenapa sih." Juan tersenyum menahan kesal.

Juno bersandar pada kepala ranjang. Gitarnya masih berada di pelukan, sudah seperti belahan jiwanya saja. Juan yakin kalau Juno tidak akan dapat jodoh dalam waktu dekat.

CelebrityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang