19

9 2 0
                                    

Di pagi hari yang cerah ini, semua siswa sudah berada di bus. Mereka akan pulang karena tugas meneliti sudah selesai. Sangat singkat memang, tapi setidaknya bisa merasakan udara segar setelah sekian lama melulu menatap tembok sekolah yang tidak berubah.

Semalam, Juan mengirim pesan pada Juno. Adiknya itu sedang libur, lebih tepatnya ijin karena sakit. Niatnya ingin meminta jemput tapi tidak jadi, dia merasa kasian. Terlebih setelah perang dingin beberapa hari yang lalu.

"Ra, gue nebeng lo ya?" pintanya pada Hira yang duduk di sebelahnya seperti kemarin.

"Gue mau keㅡ"

"Sama gue aja, sekalian papa mau ketemu lo. Mau ya?" Ellen tau-tau nongol dari kursi belakang. Ekspresinya sangat ceria. Senyumnya sangat lebar. Juan tau, pasti Ellen mengetahui sesuatu.

Hira terkejut, "papa Ellen kenal sama lo Ju?" tanyanya, "oh iya, kalian udah temenan dari kecil ya, lupa gue,"

Kali ini Juan yang terkejut. Bagaimana bisa Hira mengetahui itu. Padahal dia belum cerita sama sekali. Mengetahui bahwa Ellen temannya juga, Juan baru semalam ingat, itupun diberitahu Arwin.

"Eh, ngomong apa sih gue." Hira memukul-mukul mulutnya yang asal bicara. Semoga Juan tidak salah paham dan tidak menjadi masalah besar.

"Lo udah tau semua ya Ra?" tanya Juan. Hira gelagapan sendiri, takut diamuk temannya. Lebih baik jujur atau bohong nih, bingung.

"Gue yang kasih tau semua, jangan marah." sahutan terdengar dari belakang. Suaranya sangat Juan hapal karena semalam mereka berbicara sangat lama, hingga menjelang tengah malam. Untungnya penginapan buka 24 jam.

Juan yang awalnya mau menginterogasi Hira, tidak jadi karena Arwin menenangkan. Hatinya tidak kuat. Terlebih setelah mengetahui perasaannya.

"Parah lo. Tau sesuatu tapi gak bilang, kita unfriend ajalah," canda Juan dengan lirikan pura-pura kecewa pada Hira.

Temannya itu memeluknya dari samping. "Gak gitu Juaaan. Gue diem aja karena lo kan lagi marahan sama Arwin. Coba deh kalo gue bilang, pasti lo makin stress gara-gara banyak pikiran yang masuk ke kepala."

"Ya udah, gak jadi unfriend," putus Juan pada akhirnya. Hira tersenyum lebar, tapi sedetik kemudian dia memicing memperhatikan Juan.

"Sejak kapan lo jadi lebay gini?" tanyanya curiga, "biasanya kalo lagi gini, pasti ada sesuatu yang buat lo seneng. Wah! Kayanya udah gak marahan ya sama Arwin?"

Ellen yang masih berdiri sambil melipat tangannya di atas sandaran kursi Juan dan Hira berceletuk, "Udah baikan mereka, bahkan... "

"Apa?" sahut Juan dan Arwin bersamaan. Mereka berdua belum cerita pada siapapun mengenai kejadian semalam.

"Kok bikin curiga sih kalian." Hira ikut berdiri lalu menatap mereka bergantian. "Lo tau sesuatu El?"

Ellen memainkan alisnya dengan senyum jahil. Dia mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan sebuah foto. "Sweet banget gak sih," katanya setelah memberikannya pada Hira.

Hira menutup mulutnya, matanya melotot. Tapi tidak lama senyumnya mengembang. "Gak nyangka kalo Arwin bisa semanis ini."

"Apaan?" Juan berdiri juga. Pandangannya tidak sengaja bertemu dengan Arwin membuatnya tidak karuan. Laki-laki itu tersenyum lalu mengambil alih ponsel yang dipegang Hira. Menyembunyikannya di balik saku jaket.

"Duduk, nanti gue cerita," katanya. Dia menarik lengan Ellen untuk duduk kembali agar Juan tidak merasa malu. Entah foto apa yang ditunjukkan sepupunya pada Hira, yang pasti dia juga ikut deg degan.

"Pulang sama gue ya Juan," pinta Ellen lagi. Juan di depan yang sudah duduk kembali ke tempat semula hanya mengiyakan dengan dehaman.

🔐

CelebrityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang