01

47 4 0
                                    

Arwin Pradana. Begitu tulisan yang tertera di akun @ardana yang saat ini belum dibalas komentarnya oleh Juan. Perempuan itu sangat tidak menyangka dan tentunya terkejut.

Gimana enggak, ini Arwin woi, meskipun gak tau tapi Juan lumayan sering dengar nama itu ketika dia dikantin atau papasan sama orang lain waktu dikoridor kelas. Dan bodohnya kemarin Juan gak ngeh sama usernamenya.

"Heh, jangan bengong mulu. Ini tugas lo jawab nomor  5 sampe 10 Juan," Hira yang duduk berhadapan dengan Juan menabok lengan atas perempuan itu.

Juan yang sedari tadi diam, seketika pandangannya tertuju ke objek didepannya. "Sebentar. Gue masih shock."

"Soal Arwin itu?" tanya Hira. Juan mengangguk.

"Iyalah gila. Aduh gue takut nih kalo tiba-tiba terkenal."

Raut wajah Hira berubah julid tidak habis pikir dengan jalan pikiran Juan. Aneh dan absurd.

"Lo dm aja dia terus tanyain kenapa nanya soal pemenang lomba pensi yang gak ada hubungannya sama dia." Hira meminum jus jeruk yang tersedia di ujung meja ruang tamu rumahnya.

"Percuma deh kayanya, pasti chat gue tenggelam," Juan kembali menulis jawaban yang sempat tertunda. "Tapi Ra, yang bikin penasaran apa motif dia nanyain itu?"

Hira jadi ikut berpikir, "mungkin sepupunya kali yang menang lomba waktu itu. Dia nanya orangnya cewek apa bukan kan?" Juan mengangguk. "Bisa jadi juga kalo cewek itu gebetannya."

"Ya kalo gebetannya kenapa dia gak nanya sama orangnya langsung, kenapa harus nanya ke gue gitu loh?!! Emosi gue astaga," Juan menaruh pulpen ke atas buku dengan sedikit kasar. Hira hanya cengengesan melihat Juan marah-marah.

Kalau salah satu alasan itu benar lalu kenapa Arwin malah bertanya padanya yang bukan bagian dari anggota OSIS atau bahkan anggota ekskul lain. Aneh sekali. Kira-kira kenapa Arwin mau-maunya bertanya kepada Juan lewat komentar pula.

🔐

Setelah beberapa jam dihabiskan di studio untuk rekaman sebuah lagu yang di cover oleh Arwin dan nantinya akan diupload di youtube, akhirnya lelaki jangkung dengan perawakan dan wajah yang sempurna itu keluar juga dari ruangan yang membuatnya merasa terkurung.

"Jadwal abis ini kosong, lo boleh jalan tapi jangan sampe malem banget soalnya besok harus homeschooling jam 8 terus lanjutㅡ"

Tangan Arwin terangkat guna memotong ucapan manager yang tidak lain adalah tangan kanan papanya. Umurnya pun hanya selisih 4 tahun dengan Arwin, jadi tidak perlu bersikap dan berbicara formal.

"Gue tau, makasih buat hari ini." Arwin tersenyum tipis kemudian masuk ke mobil putih miliknya dan pergi menuju rumah seseorang yang sudah sangat ingin didatangi sejak kemarin.

Arwin turun setelah mobilnya berhenti di samping mobil Jeep silver. Tidak perlu menunggu seseorang membukakan pintu karena Arwin pasti akan langsung masuk ke rumah bercat abu-biru itu.

"El lo di dalem?" tangannya mengetuk pintu kamar yang tertutup rapat. Tidak lama pintu itu terbuka dan Arwin masuk dan langsung rebah di kasur setelah melepas jaketnya.

"Gimana hari ini?" Ellen sepupu Arwin yang sedang bereksperimen dengan rambutnya bertanya.

"Biasa aja." jawab Arwin sambil menatap langit-langit kamar Ellen yang benar-benar menyerupai langit. Disana terdapat awan dengan background warna biru langit.

CelebrityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang