05

25 2 0
                                    

Pukul 10 lewat  45 menit Juan menahan kesal karena Juno memintanya untuk menemani mencuci motor. Masalahnya, Juan sudah ganti baju tapi belum dadan, kan repot kalau misalnya bajunya nanti basah. Mana gak ada baju bagus lain lagi.

"Lo sendiri aja deh, gue udah rapi gini masa harus main air bareng lo sih Junnn?" Juan berkacak pinggang memperhatikan Juno yang menggotong ember berisi air ke dekat motor maticnya.

Juno menoleh, "rapi dari Hongkong? Itu rambut masih digelung gitu. Muka juga pucat banget kaya mayit. Dari mana rapinya?"

"Bodo amat. Awas lo kalo ayah pulang, gue aduin biar dimarahin." Juan masuk ke dalam rumah lagi berniat untuk dandan karena waktu semakin menunjukkan pukul 11.

"Cepu. Skip males!" teriak Juno.

"Kalimat gue tuh!" sahut Juan dari dalam. Kemudian masuk ke kamarnya.

Ia menguncir setengah rambutnya dan setengahnya dibiarkan tergerai. Lumayan nyambung dengan pakaiannya. Tadinya mau pakai kemeja, tapi takut terlihat terlalu formal. Alhasil pakai kaos warna baby blue lalu jaket crop warna navy dan kulot putih gading.

Setelah beres, Juan keluar dari kamar dan pamitan kepada bunda yang sedang sibuk di dapur. Juan menyalami tangan dan mencium pipi bundanya. Kemudian perempuan itu benar-benar keluar rumah dengan keadaan rapi.

Bertepatan dengan keluarnya Juan, mobil milik Hira berhenti di depan pagar. Juan buru-buru menghampiri dan masuk ke dalamnya sebelum Jun cosplay jadi tetangga.

"Untung kalian cepet datang, kalo enggak, gue kayanya gak bakal jadi pergi karena harus jadi babu bareng Juno."  papar Juan. Tangannya memindahkan sling bag jadi dipangkuan.

"Liat dulu dong siapa supirnya. Raga mode laki!" heboh Hira sambil mengibas-ngibas Raga dari belakang.  Jadi posisinya itu Juan di depan dengan Raga, sedangkan Hira di belakang sendiri.

"Lambemu minta dikepang banget sih Ra." sahut Raga malas. Hira cengengesan dibelakangnya.

"Ini kita mau ke Mall apa ke butik?" Juan bertanya sekalian mengalihkan perhatian mereka agar tidak ribut.

Hira memajukan tubuhnya agar berdekatan dengan Juan dan Raga di tengah-tengah. "Ke Mall aja kali ya,  kalo ke butik gue gak punya duit sebanyak itu."

"Pulangnya makan dulu boleh kali ya," Raga melirik Hira memberikan maksud tertentu lewat kalimat itu.

"Gampang itu mah. Nanti gue bayarin."

Ucapan Hira membuat Juan dan Raga mesem-mesem mendengarnya. Hira as always royal.

🔐

Sementara itu Arwin dan Ellen sudah sampai terlebih dahulu di Mall. Arwin dengan pakaian casual ditambah masker dengan topi agar tidak ada yang mengenali. Capek juga dikejar-kejar banyak orang.

"Lo tuh udah kaya buronan tau gak? Pakean item semua. Kaos kaki doang yang putih." Ellen berujar malas melirik Arwin yang sedang bermain ponsel dibelakangnya. Sementara dirinya sedang di depan cermin, rambutnya sedang dicurly oleh pegawai salon.

"Antisipasi El, biar gak dikejar orang." balas Arwin. "Masih lama gak? Gue mau ke toilet."

Ellen memperhatikan pegawai salonnya dan mengira-ngira. "Lumayan. Sana kalo mau keluar. Gue tau lo bosen."

Arwin tersenyum kecil mendengarnya. Dia mendekati sepupunya itu lalu memberikan kartu atmnya agar Ellen tidak usah harus mencari keberadaan Arwin terlebih dahulu.

"Thanks." kata Ellen. Arwin mengangguk kemudian keluar dari salon.

Suasana Mall tidak terlalu ramai. Tidak apa-apa kali ya kalau masker yang dipakainya itu dibuka? Sesak sekali rasanya, terlebih Arwin seperti sedang dibekap seolah udara tidak mengijinkannya masuk ke paru-parunya.

CelebrityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang