Bagian 20

1.9K 198 11
                                    

Singto menyandarkan tubuhnya di kursi dan memejamkan matanya sejenak sambil menunggu Krist selesai untuk di tatto.

Earth yg melihat Singto tidur langsung saja berhenti dan matanya tertuju ke arah leher Krist yg sudah selesai setengah.

"Ao, kenapa berhenti pak?" Tanya Krist

"Panggil Phi saja" Ucap Earth.

"Baiklah phi Earth"

"Aku hanya memperhatikan tattomu dan memikirkan konsekuensi saat kau mengenakan tatto yg sama dengannya, apalagi di tengah akan ku beri nama Singto"

"Nama dia?" tunjuk Krist.

"Um, dia tidak memberitahumu?"

"Tidak"

"Baiklah Krist, aku tidak akan membuat namanya namun akan ku buat sekitaran bulatan itu ada berwarna biru"

"Kenapa seperti itu?" Tanya Krist.

Earth mendekat ke arah telinga Krist dan membisikkan sesuatu.

"He'em"

Deheman Singto membuat Krist dan Earth terkejut dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Singto menatap Krist dengan tajam membuat Krist menundukkan kepalanya karena tatapan tersebut sangat menakutkan.

"Phi Earth, tatapannya sangat mengerikan" Ucap Krist dengan pelan

Earth tersenyum "Tenang saja, dia tidak akan membunuhmu" jawabnya.

Setelah satu jam, akhirnya tatto buatannya pun selesai dengan sempurna.

"Sedikit membengkak, jika lukanya sudah mengering usahakan jangan menggaruknya" Ucap Earth memberi saran.

"Baiklah"

Singto mendekat ke arah Krist dan melihat tatto buatan temannya itu.

"Kau tidak membuatkan inisial namaku di tengahnya? Dan ini sedikit berbeda" Tanya Singto sedikit tajam.

"Tidak, aku hanya memikirkan sesuatu, dan aku menambahkan kupu-kupu karna dirinya berbeda" Ujar Earth

"Tapi kau tahu sendiri apa arti warna biru itu untukmu" Ucap Earth memperjelas.

Singto diam dan tidak ingin mengeluarkan kata apa pun, ia pun mengeluarkan Blackcard miliknya dan memberikannya ke Earth.

Krist tercengang saat melihat kartu yg di keluarkan dari dalam dompet Singto.

"Waaahhhh"

"Kenapa?" tanya Singto dan Earth serentak.

"Tidak ada apa-apa" Jawab Krist cengar-cengir.

Setelah selesai pembayaran Krist berpamitan dengan Earth dan Earth memberikan isyarat dengan cara menggelengkan kepala.

Karena Krist sedikit takut untuk pulang bersama Singto.

"Eee, apakah kita langsung pulang?" Tanya Krist.

"....."

"Tuan Singto"

"....."

"Ow, baiklah, aku berbicara dengan angin sekarang bukan dengan manusia"

Singto berhenti membuat Krist menabrak punggungnya.

"Maafkan aku, aku tidak melihat jalan" Ucap nya meminta maaf, walaupun dia tahu ini bukan kesalahannya.

Singto memalingkan wajahnya ke belakang dan menoleh dengan sempurna berhadapan dengan Krist lalu sedikit menundukkan tubuhnya.

BIG BETRAYERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang