2

29 1 0
                                    

       "Hah?! Dimana Aku?" Aku berpikir sejenak sambil melihat keliling ruangan. Oh iya ini rumah sakit. Aku baru saja bangun setelah seminggu tidak sadarkan diri karena kecelakaan yang menimpaku. Tapi sekarang sudah tidak apa-apa lagi kok, Aku mendengar pembicaraan dokter dengan ibuku yang sedang duduk di dekat tempat tidurku, katanya keadaanku sudah membaik dan boleh segera pulang dari RS.
"Lucio!" Panggil ibuku terharu.
"Namaku Lucio, Ibu?" Tanyaku bingung.
"Syukurlah nak Kamu sudah sadar, Ibu kangen lihat mata merahmu yang bersinar terang itu."
       Hah... Oh iya Lucio itu namaku, hehehe sampai lupa, sekarang Aku kelas 6 SD sebentar lagi ujian nih, gumamku. Sesaat kemudian ibuku menghampiriku dan melihat keadaanku. Yap memang mataku ini berwarna merah, Aku mengalami kelainan mata saat Aku lahir, tapi ini tidak berbahaya kok... Esok harinya Aku diperbolehkan pulang oleh dokter. Teman-teman yang mencemaskan keadaanku datang menjenguk. Ada Aisyah, Nur, Budi, dan Vernon. Mereka membawakan catatan pelajaran selama Aku tidak masuk. Mereka semua senang karena Aku sudah kembali. Kami pun asyik berbincang-bincang bersama. Semua berjalan seperti biasa, tapi entah kenapa Aku mulai merasakan sesuatu yang aneh pada diriku.
       Lama-kelamaan Aku bisa merasakan dengan jelas keanehan itu, Aku juga tidak begitu mengerti sih tapi intinya Aku bisa menjadi lebih dari yang lain dalam hal apapun, kekuatan, keahlian, bakat, apapun itu. Tapi itu selalu muncul tiba-tiba. Oh iya, hari ini ibuku pergi ke Atlantis ya karena ada urusan, malamnya Aku mendapat kabar bahwa Ibu hilang di Atlantis, pesawatnya jatuh membentur tebing. Aku takut. Bagaimana ini? Apa ini juga karena kekuatanku itu? Semoga saja jangan deh. Gumamku dalam hati. Yasudah deh Aku tidur saja, siapa tahu cuma mimpi atau orang iseng yang bicara, lagipula Aku harus sekolah besok.
       Beberapa hari telah berlalu. Ibu masih hilang, tidak ada perkembangan sama sekali. Aku jadi lesu untuk sekolah. Ukh... Dari dulu selalu begini, Aku selalu tidak terurus. Keluargaku selalu menganggap remeh suatu hal atau urusan bersama, mereka hanya memikirkan kepentingan pribadi mereka. Padahal Aku ingin sekali bisa berkumpul bersama dalam suatu acara rutin, tapi yasudahlah kubur aja harapan itu jauh-jauh. Aku harus kuat. Ah iya, akhir-akhir ini Aku berpikir akan ada sesuatu yang besar yang akan mengubah kehidupanku. Aku tidak tahu sih itu peristiwa apa, tapi Aku tahu hal ini juga karena kekuatan TIDAK JELAS-ku ini. Jadi siap-siap saja kalo itu perubahan yang membuatku lebih baik.
       Sebelum pelajaran dimulai, pak guru memperkenalkan seorang murid baru, dia itu pindahan dari mana gitu, ah sudahlah Aku tidak peduli. Memang akhir-akhir ini hidupku berantakan, seperti warna abu-abu. Semuanya terlihat membosankan, Aku tidak tertarik pada hal-hal yang baru. Kekuatanku pun sudah jarang muncul. Aku pun sering melamun. Ya, seperti sekarang. Tapi ada sesuatu yang memecah lamunanku.
"Sudah saatnya." Hah?! Tiba-tiba ada seseorang yang berbisik kepadaku, Aku bingung sekaligus panik.
Aku mencari-cari asal suara itu sampai akhirnya pak guru menegurku. Aku pun kembali ke mejaku. Saat Aku menoleh dan menatap murid baru itu, kekuatanku bereaksi seolah-olah menunjukkan bahwa Aku sudah tidak asing lagi sama dia. Kayak pernah dekat, bahkan dekat sekali. Oh iya, murid pindahan itu perempuan, namanya Lucia. Info selebihnya Aku tidak peduli, cukup ingat itu saja kan? Saat istirahat, Lucia langsung dikerumuni teman sekelas, mereka menanyakan berbagai macam hal, dan Aku? Malas ah, ke perpustakaan saja. Di perpustakaan Aku menemukan buku tua yang sudah usang, judulnya "Misteri Atlantis". Atlantis kan tempat dimana Ibu hilang. Aku pun melihat isi buku itu dan ternyata Atlantis itu telah hilang karena banjir besar di masa lalu.
"Bagaimana bisa? Lalu Ibuku hilang kemana dong? Jadi pusing nih." Keluhku.
"Sedang apa? Siapa namamu, Lucio?" Sambung Lucia penasaran.
"Aku sedang membaca, sudah tahu kan? Buktinya saja Kamu panggil Aku Lucio." Jawabku.
"Hehe... Kamu hebat ya! Banyak orang tidak menyadari kalau Aku sudah tahu nama mereka masing-masing, Kamu menyadarinya Lucio!" Ia mengatakan itu dengan senyum mengembang di wajahnya.
Saat itu seseorang datang menghampiriku dan ternyata itu Lucia, dia sedang berkeliling sekolah. Setelah mengobrol denganku, dia pergi dari perpustakaan. Aku merasa semangatku sudah kembali lagi, karena Aku belum pernah dipuji sebelumnya. Hari-hari pun terus berlalu, Aku melewatinya dengan semangat. Kekuatanku juga sudah sering muncul. Namun Aku benar-benar tidak menyadari sesuatu yang sangat serius. Semua keluargaku hilang!! Lah kok bisa sih? Kenapa pada hilang semua? Udah pusing jadi tambah pusing, wah harus diselidiki nih.
       Beberapa bulan kemudian tibalah saat festival sekolah. Aku tergabung dalam lomba antar kelas. Lomba itu dinilai dari kelas mana yang bisa mendapat poin berturut-turut. Setiap kelas dibagi menjadi beberapa tim untuk berlomba di setiap rintangan. Aku dan Lucia satu tim bermain bulu tangkis ganda. Semuanya bekerja keras agar bisa menang. Bulu tangkis adalah lomba terakhir jika Aku harus menang agar bisa menjadi juara. Tapi pada saat memasuki lapangan, Lucia terdesak oleh penonton dan terjatuh. Kakinya terkilir, pemain cadangannya juga tidak masuk. Tadinya Aku mau minta pengecualian, tapi Lucia bilang, dia tidak apa-apa. Akhirnya pertandingan pun dilanjutkan. Tapi Aku mencemaskan Lucia selama pertandingan, Aku pun jadi tidak bisa konsentrasi. Timku dengan tim lawan pun tertinggal jauh.
      Saat waktu istirahat Lucia bilang "Sudahlah tidak usah khawatir manusia akan berjuang keras demi sesuatu yang ingin dicapainya, yang ingin dilindunginya, meskipun harus mengorbankan nyawanya sendiri."
"Terima kasih, Lucia."
Aku hanya mendengarnya saja. Saat babak 2 dimulai Aku mencoba berkonsentrasi dan bersungguh-sungguh, akhirnya tim kami pun menang dan kelas kami pun jadi juara umum. Aku sangat berterima kasih padanya, sebagai rasa terima kasihku, Aku memberikan syal merahku untuk Lucia. Lalu dia berkata sambil tersenyum senang, tatapan matanya yang sejuk dan jernih seolah dapat menembus segalanya.
"Lucio, di dunia ini banyak kebahagiaan ya?"
       Pada saat pulang sekolah, Aku bertemu seseorang, Aku tak tahu siapa dia. Dia berkata "Apa Kau tahu kemana perginya keluargamu?" Aku hanya menggeleng. "Sebenarnya keluargamu terjebak dalam dimensi ruang dan waktu, untuk menyelamatkannya Kau harus menjadi Raison. Raison memiliki beberapa persyaratan dan Kau telah memenuhi syarat tersebut. Tapi resikonya Kau harus hidup sendirian dan selalu kesepian, orang-orang akan menganggapmu monster. Jadi mau atau tidak? Cepat putuskan." Aku bingung harus memilih apa, tapi dengan segala pertimbangan Aku memilih menjadi monster itu.
      Benar saja, keluargaku kembali dan Aku dianggap sebagai monster. Hidup kesepian yang kualami pun dimulai, tapi Lucia tidak menganggapku begitu. Aku ditemaninya setiap hari. Tapi sebulan kemudian ia datang sambil menangis, ia bilang harus kembali ke tempat tinggalnya dulu. Aku ikut sedih. Sebelum dia meninggalkanku Aku bertanya sebenarnya siapa dia? Tapi dia hanya berkata sambil tersenyum dan berlari meninggalkanku setelah menjelaskannya. Kekuatanku pun bereaksi dan Aku mengingat siapa dia sebenarnya. Esok harinya hari menjadi normal lagi. Aku sudah tidak dianggap monster lagi. Tapi saat temanku bertanya tentang Lucia, Aku menjawab sambil menahan tangis.
"Jangan lupakan Aku ya!"
"Iya, Lucia."
"Siapa sih murid pindahan itu, Lucio?" Tanya salah satu temanku.
"Dia adalah kakakku."
Mulai sekarang dan seterusnya Aku menjalani hari dengan kebahagiaan setelah mengingat masa laluku itu. Ternyata, kakakku yang menyelamatkanku saat kecelakaan jalan raya tersebut. Namanya adalah Lucia.

ChilhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang