10

4 1 0
                                    

       Apa yang sedang dipikirkan Lucio sehingga pemuda bersuara bariton lembut itu menjadi bimbang adalah saat-saat dimana dia memikirkan hal rumit yang tidak jelas. Apa yang terjadi pada Lucio? Mengapa jadi hal yang rumit? Padahal jelas sekali dia sangat menyukai pelajaran fisika. Soal-soal yang dia dapat akhir-akhir ini memang makin sulit. Tapi anehnya pemuda itu masih saja bisa bertemu Lucia. Sepertinya bukan aneh lagi sih, tapi unik dan setengah gila. Sangat tidak jelas kalau Lucia masih bisa bertemu dengan pemuda yang memiliki suatu penyakit itu. Lucio bahkan tidak menghitung angka-angka dan menggunakan rumus baik itu yang pemuda itu hapal ataupun yang ada di buku referensinya. Dia hanya menebak. Persoalan ini makin rumit di pikiran Lucio. Dia harus berpikir, pemuda bersuara bariton lembut itu akhirnya menemui teman-temannya. Sangat logis.
"Akhir-akhir ini Aku mendapat soal yang makin rumit, bisakah kalian membantuku?"
"Lho, Lucio? Bukannya Kamu suka pelajaran fisika? Ada masalah apa?" Suara bass dari salah seorang temannya bertanya heran.
"Begini, soalnya membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Tapi Aku ingin bertanya apakah kalian mendapatkannya juga?"
"Hmm... Ada beberapa sih, memang di soal itu kita harus lebih mengerti tentang hal dan pertanyaan jebakan."
       Setelah mengerti hal itu, Lucio hanya berjalan lesu dan bertahan dari kekacauan pikirannya. Tapi kebetulan pemuda bersuara bariton lembut itu bertemu Lucia. Lucio langsung membuang muka. Inikah yang namanya cinta? Apa itu cinta? Cinta segitiga kah? Jelas sekali di mata Lucio. Mereka bertatapan. Lucia tersenyum dan langsung tahu, lalu dia bilang "Cintaku itu segi banyak."
       Setelah terbiasa mendapatkan soal-soal fisika yang rumit di sekolahnya, Lucio menjadi lebih cuek. Lucio hanya ingin bersikap lebih normal. Mengapa saat ini Lucio tidak bingung lagi ya? Memang saat ini soal-soal rumit khususnya pelajaran fisika sudah bisa pemuda itu kuasai. Tapi entah mengapa, Lucia tetap saja menyapa Lucio dan mengobrol seperti biasa dengan santainya dan juga masalah yang sedang dihadapi Lucia malah bisa diselesaikan dengan baik. Aneh. Sangat aneh. Mengapa begitu aneh? Lucio juga tidak tahu sebabnya. Yang jelas, Lucio bersyukur bisa menyelesaikan soal-soal rumit itu. Ya intinya, cerita cinta yang misterius ini memang membingungkan dan juga agak tidak terdefinisi. Bagaimana pun juga, memang sangat menyenangkan bisa terus belajar bersama dengan penuh kesungguhan untuk menyelesaikan soal rumit. Tapi apa yang membuatnya rumit?
"Lucio, apa yang membuatmu bisa menyelesaikan soal rumit itu? Kamu kan bertanya pada temanmu. Soal fisikanya sangat sulit ya? Aku bingung." Tanya Lucia.
"Mengapa Kamu bertanya? Kamu terlalu aneh padaku. Tolong hentikan itu. Maaf ya, tugasku memang menyelesaikan soal-soal sulit. Sekali lagi maafkan Aku. Apa Lucia mau membantu tugasku?"
"Kalau pelajaran fisika Aku ingin membantumu tapi tugasnya apa ya? Apa sebegitu sulitnya untukmu, Lucio? Ternyata ada juga ya soal berpikir tingkat tinggi atau bahasa Inggrisnya High Order Thinking Skill! Aku harus mencari tahu."
"Tapi pelajaran ini kan sangat kusukai. Memangnya Kamu suka pelajaran apa? Ini terlalu aneh untukku." Jujur Lucio.
"Aku paling menyukai pelajaran biologi. Termasuk ilmu alam juga."
"Oh begitu, terima kasih sudah memberitahukannya padaku."
"Sama-sama, Lucio. Aku percaya padamu. Tapi mengapa Kamu bertanya?" Jawab Lucia yang sekarang berusaha untuk menjadi orang baik.

ChilhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang