07

0 2 0
                                    

Adzan dzuhur berkumandang indah, semua orang mulai berangkat ke masjid dengan terburu-buru karena akan mengantri saat pengambilan wudhu.

Begitu juga dengan aisyah dan kawan kawan, mereka berlari kecil pergi ke masjid. Safa terus memegang tangan aisyah, takut tertinggal.

Kan bahaya!

"Suara adzannya beda ya, yang ini kaya kenal",ujar marwah.

"Iya, nanti aku mau intip siapa yang adzan", ujar safa.

"Safa nggak boleh!",ujar marwah.

"Sebentar aja mbak",

Ia berusaha mengintipdi balik tirai yang terbuka sedikit.

"Siapa?",tanya kiya.

"Coba tebak!",tantang safa dengan senyum jailnya.

"Ck, paling ustadz dzikri",ujar kiya.

"Salah".

"Terus?",tanya marwah.

"Jangan bilang ustad aidan?!!",sambungnya.

Safa mengangguk semangat, "Iya. Alhamdulillah ustad aidan akhirnya kembali lagi kesini".

Aisyah menyeritkan keningnya, ustadz aidan yang mereka maksud itu aidan suaminya atau bukan?

Tak mau lebih tau, aisyah hanya diam sambil menunggu iqomah.

"Aku beneran ndak nyangka loh, ustadz aidan balik lagi. Aku kira ustadz aidan beneran pindah"ujar safa.

Tak henti-hentinya mereka membicarakan aidan ini. Asiyah semakin penasaran saja kan.

"Iya,sama. Yuk berangkat ngaji. Semoga malam ini ustadz aidan yang ngajar", harap marwah.

"Huhh mau caper kamu mah ya",ujar kiya.

"Mmm safa!",panggil aisyah.

"Iya kenapa?",tanya safa.

"Malam ini kita belajar buku yang mana?", tanya aisyah memperhatikan kitab-kitab baru yang tadi sore di beli di koperasi.

"Kita ngaji al-qur'an syah malam ini. Ndak ngaji kitab",jawab safa.

"Oh gitu, makasih",ujar aisyah.

"Sama-sama. Udah siap kan semua. Yuk berangkat. Biar dapat di depan, soalnya mau liat masa depan",ujar safa yang di tertawakan oleh semuanya.

"Gurunya belum datang ya?",bisik aisyah pada safa.

"Bentar lagi syah",

"Assalamualaikum",

"Waalaikumusalam",jawab serempak.

"Malam ini yang mengajar ada dua orang, ustadzah sama ustadz aidan".

"Iya ustadzah",

Dalam hati mereka berteriak semoga dirinya yang di panggil oleh ustadz idaman mereka.
Satu persatu maju di panggil mengaji, nama mereka bergiliran di sebut.

Jantung aisyah berdetak kencang, ia berdoa semoga ia tidak di panggil di bagian ustadz aidan. Jika benar itu suaminya maka akan di pastikan ia terus mengulang ayat sampai benar tajwidnya.

Karena sedari tadi aisyah menunduk tak berani menatap ustadz aidan. Jadi ia tidak tau siapa itu.

"Aisyah Ratifa Adzra",

Beberapa santri wati menoleh mencari pemilik nama tersebut di karenakan merasa asing.

"Aisyah maju sanah", ucap kiya pelan.

"I-iya."

Kepala aisyah menatap kebelakang ke arah kiya, hal itu sukses membuat beberapa orang membicarakannya secara diam-diam.

DOUBLE ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang