"Jika tidak ada yang di tanyakan lagi saya permisi. Assalamualaikum", ucap aidan menggendong aisyah keluar melewati mereka semua.
"Kenapa sesakit ini?",ucap batin ifa memandang kepergian mereka berdua.
Santri wati terus memperhatikan aidan terutama aisyah yang berada di gendongan laki-laki itu.
Ini masih siang jadi masih banyak santri wati yang berkeliaran di sekitar lorong.
Aidan sendiri tidak memperdulikan tatapan mereka. Ia terus berjalan ke kamar maryam.
"Safa... Safa!!!!",panggil marwah tergesa-gesa.
"Ada apa mbak?",tanya safa bingung.
"Aisyah! Ayo sekarang ikut mba ke kamar",marwah menarik adik kembarnya.
"Eh,eh pelan-pelan mbak jalannya",ujar safa.
Tadi saat marwah membuka pintu, ia terkejut dengan kedatangan aidan yang membawa aisyah. Keadaan aisyah juga kacau, wajah sembab serta tak mau melepas pelukan aidan. Dan marwah berpikir pasti telat terjadi sesuatu dengan temannya itu.
Ia pamit pada aidan dengan alasan akan membuatkan aisyah teh, nah sebelum ia membuatkkan teh. Marwah lebih dulu mencari sang adik karena kiya sedang ada urusan.
"Memang aisyah kenapa mbak?",tanya safa pada marwah yang sedang membaut teh.
"Mbak ndak tau, tapi mbak yakin pasti ada sesuatu soal nya wajah aisyah sembab seperti habis nangis",jawab marwah. Teh buatan sudah jadi.
"Yasudah kita kesana ayo mbak. Udah kan?". Safa bangun dari tempat duduk.
"Iya ayo". mereka berdua pun segera menghampiri aidan dan aisyah dikamar.
..Kamar Maryam.
"Assalamualaikum",salam marwah bersama safa. Keduanya masuk kedalam melihat kondisi temannya.
Aisyah masih engan melepas pelukan aidan, ia masih tak mau di tinggal oleh suaminya.
"Ini ustadz teh nya", marwah menyuguhkan teh tersebut di nakas.
"Terimakasih marwah",ucap aidan yang di angguki marwah.
"Maaf ustadz, kalau boleh tau aisyah kenapa?",tanya safa melirik aisyah.
Aidan menceritakan semua nya pada marwah dan safa, kecuali pengakuannya tadi seraya terus mengelus punggung istrinya.
"Astagfirullah, ustadzah nur tuh benar-benar yo. Saya ndak habis pikir kenapa beliau selalu menyuruh aisyah yang berat-ber-", ucapan safa terhenti.
"Aisyah sering di perlakukan seperti itu oleh ustadzah nur, safa?",tanya aidan.
"I-iya ustadz."
"Coba ceritakan sedikit, apa saja yang ustadzah nur suruh?", ujar aidan.
Safa memainkan jarinya, ini termasuk dosa nggak sih kalau kasih tau aidan tentang kelakuan ustadzahnya itu, pikirnya.
Tapi ini demi aisyah! Ya temannya!!
"Seperti mencuci piring sendirian, padahal waktu itu cucian lagi banyaknya. Terus saya sering lihat aisyah bawa banyak buku-buku. Bahkan waktu itu aisyah pernah cerita kalau ustadzah nur menyuruh nya membuang bungkusan sampah yang banyak itu dari dalam ke luar gerbang. Itu saja ustadz yang saya tau", ujar safa menunduk.
Aidan mengeratkan pelukan, dirinya ingin marah saat ini juga. Berani-beraninya nur memperlakukan istri yang sedang mengandung anaknya seperti itu. Aidan saja yang sebagai suami tidak pernah menyuruh aisyah mencuci pakaian apalagi ini mencuci piring, membawa buku-buku, sampah. Ia memejamkan matanya, jika fatimah tau maka sudah di pastikan mamahnya akan mengamuk dan juga akan menyalahkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE A
Short StoryMenikahi adik sendiri? Bagaimana mungkin??? Inilah yang terjadi pada seorang pria bermana aidan atau lengkapnya Muhammad Aidan Lazhar yang tiba-tiba saja di minta oleh sang ibu menikahi adiknya sendiri yaitu Aisyah Ratifa Adzra. Kenapa mamahnya meni...