Main ke rumah

14 2 0
                                    

Selama menjalani hubungan, Vion belum pernah mengajak Johan ke rumahnya. berhubung ini hari libur dan orang tuanya di rumah juga Vion berencana untuk mengajak Johan menikmati hari libur bersama keluarganya.

Seperti sekarang Vion dan bundanya sedang mempersiapkan camilan di dapur sedangkan Johan dan ayahnya Vion sedang bermain catur di belakang rumah.

"Kamu dan putriku baik-baik saja kan selama ini?"

Pertanyaan dari Agung mengejutkan Johan yang sedang memikirkan strategi selanjutnya untuk menang. Dengan tersenyum manis, Johan menjalankan pion nya lalu menjawab, "tentu saja saya berusaha menjaga Vion dengan baik dan menempati janji saya kepada anda."

Agung tersenyum puas lalu menjalankan pion nya, " kamu paham betul bahwa putri saya satu-satunya ini sangat unik dibanding dengan gadis seusianya, jadi tolong bersabar untuk menghadapi tingkahnya yang terkadang sangat manja dan kekanak-kanakan."

"Bagi saya Vion sangat lucu dan menggemaskan, pak."

Agung tertawa terbahak-bahak, iya terdiam dan menerawang jauh menatap langit kosong tanpa awan yang sangat cerah siangnya ini, " saya dan istri saya benar-benar berjuang untuk Vion. Istri saya sulit hamil, butuh waktu bertahun-tahun setelah pernikahan sampai kami mendapatkan Vion di tengah keluarga kami. Jadi siapa pun yang akan mengambilnya dari kami, kami ikhlas, tapi jangan sakiti putri kami. Jika sudah tak mencintai putri kami ya sudah kembalikan pada kami, saya siap memberikan kasih sayang yang berlimpah."

Terdiam, Johan merasakan kesedihan di setiap rentetan kata yang diucapkan oleh ayah Vion. Cukup wajar sepertinya bisa orang ayah yang memiliki putri satu-satunya. Mungkin dia akan seperti ini juga saat anaknya sudah memiliki pasangan.

"Nak Johan, apapun yang terjadi kedepannya saya harap nak Jo bisa menjaga putri kami dengan baik. Saya percaya sama nak Johan makanya saya dan istri rela jika Vion bersama nak Johan."

"Jadi saya dapat lampu hijau ini pak?" Johan terkekeh mencoba mencairkan suasana yang tadinya serius. Johan cukup senang jika hubungan mereka mendapat sambutan baik. Butuh keberanian untuk bisa sampai di titik ini. Johan sadar hidupnya masih dikatakan cukup, sedangkan Vion hidupnya penuh dengan kebahagiaan serta harta yang cukup di bilang melimpah. Tapi dengan beraninya dia menarik seorang Vionita Rumi dalam hidupnya yang bisa dikatakan sederhana.

"Tentu, tapi bukan berarti bisa nikah cepet lho ya!"

Ucapan tegas dari Agung membuat tawa renyah dari kedua anak Adam itu meledak, sepertinya mereka satu frekuensi. Aura kepabakkan yang dipancarkan Agung, Johan juga memilikinya. Keduanya memiliki aura yang sama persis. Mungkin ini yang membuat keduanya bisa cepat akrab.

***

"Om, kemarin gue ketemu sama Mas Yus."

Vion memainkan jari Johan yang sedari tadi mengelus rambutnya. Posisi gadis itu yang sedang tidur dalam pangkuan Johan memudahkan Johan untuk melihat dengan jelas ekspresi gadis itu saat bercerita.

"Di mana?"

"Beli cilok di depan gang, tapi dia sombong banget, gue sapa malah diem ae sok gak kenal," ujar gadis itu cemberut. Johan hanya menahan tawa gemas saat melihat ekspresi pacarnya yang sedang merajuk.

"Emang Vion gimana nyapa nya?"

"Gini."

Gadis itu bangkit dari tidurnya dan mulai bersiap memperagakan pertemuan nya dengan Yuswan kemarin.

"Yo! Hai, hello, annyeong bestie~"

Gadis itu melambaikan tangannya dengan semangat, tidak lupa senyum yang terlewat lebar membuat wajahnya terlihat konyol. Johan yang melihat itu tertawa terpingkal sembari memegang perutnya. Sedangkan Vion menatap pacarnya bingung. Memang apa yang lucu dengan sapaannya?

"Heh! Kok malah ngakak? Ada yang lucu?"

"Pantes Bang Yus sok gak kenal, Prik banget ahahahaha."

Vion menggaruk belakang kepalanya dan tersenyum malu, sepertinya sapaannya terlalu berlebihan. Tapi kan dia niatnya tulus bukan mempermalukan diri dan orang lain.

"Ya udah lain kali gak mau nyapa lagi."

Dengan sisa tertawanya, Johan menarik lengan gadis itu mengajaknya untuk duduk disampingnya. Gadis itu masih cemberut tak mau menatap wajah pacarnya.

"Vion, saya tau niat kamu baik, mungkin Bang Yus yang terlalu kaget karena Vion menyapa dengan semangat. Lain kali dekati orangnya dah sapa dengan sopan, jangan berteriak seperti itu lagi ya. Paham?"

Vion menunduk dan meremas jemarinya. Dia sadar, mungkin perkataan Johan benar, karena merasa sudah sangat dekat dengan Yuswan dia berlaku seperti Yuswan adalah temannya dikampus, nyatanya berbeda, Yuswan lebih tua dari dia, dan harusnya dia bisa lebih sopan lagi.

"Tau kan 3S? Dari kecil udah diajarin kan?"

"Iyaa."

"Apa coba?"

"Senyum, Sapa, Salam."

"Pinter, contohnya gimana coba mau lihat saya."

Vion memutar badannya sehingga menghadap Johan secara penuh, di tatapnya langsung wajah tampan yang masih tersenyum dengan manis.

"Senyum tu kaya gini, hiiiii," ujar gadis itu menunjukan deretan gigi rapinya.

"Kalau sapa itu kaya gini, Hallo gaesss."

"Heh! Yang bener."

Vion hanya terkikik mendengar omelan Johan yang menurutnya gemas.

"Sapa itu kaya gini, haiiiiiiii."

"Trus kalau salam?"

"Assalamualaikum."

Johan tak tahan lagi, dia menarik kedua pipi pacarnya dengan gemas, kenapa dia bisa jatuh cinta pada gadis menggemaskan seperti Vion. Duh bisa mati muda Johan kalau setiap hari bertemu pacarnya.

Agung menatap kedua sejoli itu dalam diam, melihat putrinya yang begitu bahagia membuatnya lega. Akhirnya putrinya bisa tertawa selepas itu dengan laki-laki selain dirinya. Dari kecil Vion sangat anti dengan pergaulan , itu membuatnya takut jika putrinya tidak bisa mendapat teman yang menemani tumbuh kembangnya.

Tapi kini melihat putrinya tertawa lepas dengan orang lain membuatnya sadar, Vion bukan gadis kecil yang manja dan cengeng lagi. Putrinya sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik. Ah, Agung suka sedih kalau mengingat bisa saja dalam waktu dekat putrinya diambil sama orang.

"Putri kita sudah besar ya, Yah."

Agung terkejut mendapati istrinya yang tiba-tiba berada di belakangnya dan ikut menyaksikan putri mereka sedang bersenda-gurau dengan Johan.

"Iya, rasanya baru kemarin kamu mengandungnya Bun."

"Rasanya baru kemarin Bunda melahirkan, tangisan Vion benar-benar keras saat pertama kali melihat dunia."

Agung memeluk istrinya dengan sayang, mengecup berkali-kali pelipis istrinya menyalurkan perasaan terimakasih yang tak berujung.

"Terimakasih sudah menghadirkan dia di dunia sayang."

"Terimakasih juga karena sudah setia menunggu, aku pikir kamu akan ninggalin aku karena aku lama sekali memberikan keturunan."

Agung terdiam beberapa saat sebelum dieratkannya pelukan pada tubuh sang istri, air matanya perlahan turun membasahi pipi kirinya, segera tangan renta itu menghapusnya.

"I love you sayang." Di kecupnya sedikit lama puncak kepala sang istri. Hanya ini yang bisa dia utarakan sekarang selain beribu kata maaf yang hanya di teriakan dalam hati.

.
.
.
.
TBC

DUA REKATA (JOHNNY) /On RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang