Bibit bucin

42 4 15
                                    

Notes : jika ada typo langsung komen ya. Biar langsung di ganti. Terima kasih^^

Matahari kian meninggi, sinarnya mulai memaksa masuk dari sela gorden jendela dekat meja yang dipakai Vion untuk tidur. Johan yang menyadari itu berinisiatif untuk menggunakan telapak tangannya menghalangi sinar yang menghias wajah polos yang kini tertidur.

Tatapan lembut diselingi senyuman manis itu mengisyaratkan kekaguman pada sosok yang kini masih terbuai di alam mimpi.

"Bang Jo-"

"Sssttttt!"

Johan sepontan mengisyaratkan Yuswan yang baru datang untuk diam. Pemuda berkemeja putih itu menatap kaget posisi dua orang berbeda gender itu. Tak ada yang sepesial memang. Tapi melihat Johan yang berusaha menghalangi sinar matahari untuk gadis bar-bar seperti Vion membuatnya tak habis pikir. Apakah benih kebucinan akan di mulai?

"Ada apa Mas?"

"Pak di direktur sudah datang. Bang Jo di cari pak Cholis," ujar Yuswan sambil berbisik. Dia masa bodo dengan Vion. Tapi entah mengapa dia ikut berbisik agar gadis itu tak bangun dari tidurnya.

"Oh, oke. Mas Yuswan boleh di sini nggak?"

"Buat apa?"

"Gantiin saya biar sinar matahari gak ganggu tidur nya."

Yuswan menatap aneh ke arah Johan hingga akhirnya mengambil lembaran kertas yang berada tak jauh dari situ. Tak lupa solatip kertas dia gunakan.

"Daripada bikin tangan gue pegel, mending  pakai cara lain," ujarnya menempelkan kertas ke kaca jendela hingga sinar matahari sedikit terhalang.

"Dah, nggak ada alasan lagi buat bucinin! Sekarang kerja!"

Johan terkekeh melihat raut kesal rekan kerjanya, "Mas Yus duluan, saya mau pamit dulu sama Vion."

"Astaga Bang, kan ni bocah masih tidur. Mau bangunin?"

"Eh jangan. Saya pamit dengan cara saya sendiri."

"Heh?"

Johan tersenyum, lalu dia menuliskan beberapa kalimat di kertas kecil lalu di tempelkan di gitar gadis itu. Jemari nakalnya merapikan poni yang menutupi wajah gadis itu, "Saya pergi dulu. Saya harap kamu ceria lagi."

Setelahnya dia bangkit dari duduknya. Dia merapikan pakaiannya sebelum mengajak Yuswan yang menunggu nya di pintu ruangan.

"Mari, Mas Yus."

Yuswan menatap Johan yang berjalan di sampingnya dengan tatapan anehnya. Johan masa bodo dengan itu. Di kepalanya berputar senyuman dan nada ceria dari Vion. Sungguh dia seperti orang gila yang tersenyum sepanjang perjalanan.

"Bang! Jalan jangan ngelamun, pakai senyam-senyum lagi. Kan gue jadi takut."

"Maaf mas, habis Vion gemesin."

"Vion? Heh Bang Lo suka sama tuh bocah?"

"Siapa sih yang gak suka sama gadis mungil gemesin kaya Vion?"

"Gue! Gue nggak suka!" Sergah Yuswan cepat sembari memukul dadanya pelan. Dia masih dendam sama Vion. Baginya Vion anak magang paling nyebelin selama dia bekerja.

DUA REKATA (JOHNNY) /On RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang