Sudah seminggu Agung menatap nanar foto keluarga kecilnya di ruangan kerja. Senyuman kedua bidadari dalam hidupnya itu bisa saja sewaktu-waktu berubah menjadi tangisan jika apa yang ditakutkannya benar terjadi. Kisah yang dia tutup rapat selama 18 tahun akan sia-sia. Tidak! Dia tak siap jika Ayunda pergi meninggalkannya, dia tak siap jika putrinya membencinya semuanya yang dia bangun akan runtuh jika benar Johan adalah anak dari Tiara Hasuardi orang yang menjadi pelariannya saat dia stress karena tuntutan orang tua yang menginginkan cucu darinya."Johan Ramadhan? Tunggu sebentar lagi, jika kamu benar-benar putraku, itu berarti aku harus merenggut kebahagiaan putriku," ucapnya lirih dengan mata yang mulai memerah basah.
***
Jika dikatakan hancurnya dunia itu menyakitkan, bagi Ayunda ini jauh dari kata sakit. Hancur dan tersisa. badannya gemetar tak ada tenaga, nafasnya tercekat, dunianya sekejap runtuh hanya karena selembar kertas yang kini dia genggam. Katakan saja dia tidak sopan karena membuka berkas yang bukan untuknya, yang tadinya hanya ingin tau saja nyatanya membuat dunianya hancur.
"Bu-Bunda."
Vion melihat Ibunya yang memukul terus menerus dadanya sembari menangis tertahan membuat gadis itu terkejut. segara gadis itu menghampiri ibunya dan memeluk tubuh renta itu berusaha menenangkan. tak tau apa yang membuat Ibunya seperti ini, tetapi dia berusaha untuk memberikan ketenangan terlebih dahulu.
"Mimi."
Suara lirih Ibunya membuat Vion was-was, entah mengapa hatinya begitu takut saat ini. tubuh lemas Ibunya dia peluk semakin erat.
"Mimi, dengarkan Bunda."
"Iya Bunda."
"Mimi sayang sama Bunda?"
"Sayang."
"kalau disuruh milih, tinggal sama bunda apa ayah?"
Tubuh Vion menegang, kenapa tiba-tiba dia harus dihadapkan pertanyaan yang sulit. Setaunya dia tak pernah melihat kedua orangtuanya bertengkar hebat, tapi mengapa pertanyaan dari ibunya seperti ingin adanya perpisahan. Vion tak bodoh, instingnya jarang meleset, tapi dia tak pernah mengira pertanyaan mengerikan ini akan dia terima sepanjang hidupnya.
"Bunda-"
"Bunda hanya ingin jawaban iya/tidak."
Vion melepaskan pelukannya dan memandang wajah dingin Ibunya dengan kedua mata yang berarir. Demi Tuhan Vion tak mengenal ibunya sekarang. Orang yang selama ini selalu memanjakannya, selalu tersenyum dengan cerahnya, selalu berekpresi lembut yang menenangkan. tapi kini hanya ekspresi dingin yang membuat Vion merasa yang dihadapannya ini orang asing.
"Bunda tau kan, sebanyak apapun yang Vion milikki, sebahagia apapun Vion selama ini kalau Bunda tidak ada semua sia-sia. apapun pertanyaan yang ditujukan buat Vion, jawabannya selalu Bunda."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA REKATA (JOHNNY) /On Revisi
Teen Fiction"Kamu sayang banget ya sama bunda?" "Tanpa gue jawab juga Om tau gimana berartinya Bunda dalam hidup gue." "Maaf Vion." "Semua bukan salah kita Om, harusnya dari awal memang tidak ada kata 'kita'" cover by : adredexo