Part 1

515 28 1
                                    

"SAH?!"

"SAH!"

Baru lima haru yang lalu Xaries wisuda sekarang ia sudah sah menjadi istri orang. Apalagi ia tidak suaminya itu. Tapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur niat menolong tetangga baru yang rumahnya listrik padam malah dituduh melakukan hal tidak senonoh oleh warga. Karena pada saat itu hanya Dallif sendiri yang berada di dalam rumah tersebut.

Setelah akad dan resepsi pernikahan tibalah saatnya untuk istirahat. Keluarga besar Dallif dan Xaries sudah berpamitan pulang. Pasangan suami istri itu telah memasuki kamar mereka tapi lebih tepatnya kamar Xaries.

"Mandi duluan gih sana!"

Pria yang sekarang berstatus suaminya itu tanpa menjawab perkataan Xaries langsung mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.

Xaries yang melihat itu tertawa hambar, "Anjir, main nyelonong begitu, basa basi kek ama gue gitu setidaknya jawab iya atau apa gitu lah ini main nyelonong kayak setan, cih!"

Baru jadi istri beberapa jam udah begini gimana nanti, Xaries berdoa supaya diberikan kesabaran yang berlimpah ruah. Sambil menunggu suaminya selesai mandi ia menghapus make up-nya.

Tidak selang beberapa lama sang suami sudah keluar hanya menggunakan handuk yang terlilit di pinggang. But it's okay keep calm.

Ia langsung mengambil handuk dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Ia ingin berendam agar kepalanya tidak berasap.

Andai ia tidak menolong tetangga baru itu maka ia tidak akan menjadi istri orang secepat ini. Lelah berandai-andai ia menenggelamkan diri kedalam bath tub.

Setelah sekitar satu jam lamanya ia dikamar mandi akhirnya ia keluar. Tepat selangkah didepan pintu kamar mandi ia lupa bahwa dikamar ini bukan hanya dia tetapi ada orang lain juga dan ia lupa untuk membawa baju.

"Lif, keluar bentar dong!"

Dallif menoleh kearah sumber suara itu. Ia menaikkan satu alisnya sebagai respon.

"Ck, gue mau pake baju lo nya keluar dulu!"

Sambil berdecak pelan Dallif keluar kamar dengan malas karena pasalnya ia sudah mengantuk dan ingin tidur tetapi gadis yang telah menjadi istrinya itu menyuruhnya keluar.

Xaries yang melihat gerak-gerik Dallif itu terlihat sedikit kesal. Menurutnya apa-apaan ekspresi wajah itu. Tidak mau ambil pusing ia segera mengunci pintu kamar dan mengganti baju.

Setelah mengganti baju yang nyaman untuk dibawa tidur. Ia membuka kunci pintu dan melihat dimana Dallif tapi ia malah dibuat kaget karena Dallif bersandar di samping pintu dengan mata terpejam dan tangan dilipat didada.

Dengan sedikit keberanian ia berinisiatif menyuruh Dallif masuk dengan mencolek lengan sang suami.

"Masuk gih!" Tangan Xaries sibuk mencolek lengan Dallif tetapi si empunya tidak kunjung membuka mata. Alhasil Xaries memukul pelan lengan Dallif.

Dallif kaget ketika ada yang memukul lengannya. Ia melihat kesamping ternyata gadis tersebut pelakunya.  Melihat sekilas dan langsung masuk kamar untuk berjelajah ke alam mimpi diikuti oleh Xaries.

Tidak ada drama siapa yang akan tidur di sofa atau di kasur. Tidak ada pula drama malam pertama. Mereka berdua langsung menuju kasur dan menidurkan diri masing-masing.

____________

Azan subuh berkumandang tapi dua sejoli itu masih berkelana di alam mimpi. Tapi akhirnya Xaries terusik dan bangun untuk sholat subuh.

"Lif bangun sholat subuh dulu." Sambil menggoyangkan badan Dallif tapi pria itu hanya bergumam.

"Lima menit lagi."

"Keburu abis nih waktu subuh."

"ck, iya. Awas gue duluan ambil wudhu!"

Xaries memandang heran kearah pria itu, menghalanginya saja tidak ada lalu ia harus menyingkir kemana. Asli gila sih.

"Untung gue bangunin lo bukannya makasih malah sewot."

Gerutuan itu masih berlanjut hingga pria itu selesai berwudhu. Ia bergegas sebelum kehabisan waktu. Mereka sholat subuh berjamaah. Setelah sholat subuh mereka berdua kembali tidur.

Sinar sang surya menyinari bumi dengan terang dan membuat Xaries terusik. Melihat kesamping ada seseorang yang baru ia kenal menjadi suaminya masih terlelap.

Ia bangun lalu bergegas mandi dan menuju keruang makan yang sudah ada kedua orang tuanya dan abang nya. Ia langsung mendudukkan dirinya untuk sarapan.

"Loh Dallif mana ries?" Tanya sang mama.

"Masih dikamar."

"Bangunin sana terus suruh sarapan."

"Iya."

Menghela napas sebentar lalu beranjak untuk membangunkan putra tidur itu. Sesampainya dikamar pria itu masih tertidur.

"Bangun woy bangun udah siang masih aja tidur!"

"Liat bukannya bangun malah tidur lagi ni lakik!"

Dengan malas Dallif melangkah ke kamar mandi. Melihat itu Xaries langsung menuju tempat dimana ia akan mengisi kampung tengahnya.

"Udah?"

"Ha? udah apaan, ma?" Tatapan heran tertuju kepada sang mama.

"Suami kamu lah, udah bangun apa belum?"

Mulutnya hanya bergerak membaca huruf o tanpa suara dan mengangguk.
Suara langkah kaki terdengar ia tidak perlu menoleh karena sudah mengetahui siapa pemiliknya.

"Sarapan Dallif ga usah malu ntar kamu kelaparan terus malah jadi gelandangan."

"Iya om eh pa."

"Nah gitu."

Ini tidak hanya Dallif sendirikan yang merasakan keanehan situasi ini. 

"Makin ga jelas maklum udah tua lif." Bisik Ale tetapi terdengar oleh sang kepala keluarga tersebut.

"Tua gini banyak yang milih." Ucap bangga sang papa.

"Yaiyalah orang kemaren nyalonin diri jadi rw."

"Ka—"

"Stop! Makan tinggal makan malah ribut."

Untung saja mama Xaries menengahi kalau tidak mereka berdua akan ribut hingga nanti.

————

Dallif & XariesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang