Hujan telah reda beberapa saat yang lalu namun jalanan masih basah, udara masih sejuk walaupun sudah siang hari. Xaries tidak jadi ikut bersama Dallif untuk melakukan pengecekan Caffe. Ia berakhir ditempat tidur bersama dengan cemilan dan film favoritnya.
"Dallif kira-kira bakal balik jam berapa ya? Apa gue telpon aja kali ya?"
Xaries akhirnya menelpon Dallif. Panggilan Xaries sudah tersambung pada Dallif. Suara Dallif juga sudah terdengar dari sebrang panggilan.
"Hallo, kenapa?"
"Pulang jam berapa nanti?"
"Belum tau, ini lagi pengecekan yang terakhir. Kesini aja."
"Males banget ih nyetir."
"Kan bisa pesen online, nanti pulangnya bareng aku."
"Yaudah iya ini mau siap-siap, tapi sekarang posisi kamu dimana?"
"Yang di deket jalan belimbing."
"Oke, aku tutup ya mau siap-siap."
Panggilan pun berakhir, Xaries langsung bersiap-siap untuk pergi. Setelah bersiap-siap ia menunggu jemputan online. Lalu sang supir bertanya apakah benar nama Xaries sama dengan nama pelanggan yang memesannya. Setelah bener mereka pergi menuju tempat tujuan.
Saat diperjalanan Xaries asik melihat jalanan melalui kaca mobil. Pikirannya mulai menerawang akhir-akhir ini Dallif mulai bersikap lembut tetapi bukan berarti kemarin-kemarin sang suami tidak bersikap lembut. Sikap Dallif sekarang lebih seperti orang yang sedang jatuh cinta. Apa mungkin Dallif sudah suka padanya? Xaries langsung menggeleng cepat. Mana mungkin secepat itu? Saat sedang asik dengan pemikirannya, Xaries dikagetkan oleh sang supir bahwa telah sampai pada tempat tujuan.
Xaries turun dan langsung menuju dimana Dallif berada sekarang. Tapi saat akan memasuki Caffe ia melihat seseorang yang begitu familiar tapi Xaries hiraukan begitu saja mungkin itu hanya firasatnya saja. Ia melanjutkan melangkah menuju ruangan Dallif tapi saat akan melangkah tiba-tiba tangannya ditahan oleh seseorang. Xaries langsung menoleh betul seseorang yang menahan tangannya adalah seseorang yang ia kenal. Xaries langsung melepaskan tangannya.
"Bener ternyata itu lo ries."
"Sorry lo siapa ya? Gue ga kenal!" Xaries ingin cepat melarikan diri.
"Ries aelah paa terakhir ketemu juga lo fine-fine aja sama gue kenapa sekarang gini?"
Dia mantan Xaries, Ray.
"Gue gada urusan sama lo, jadi ga usah ganggu gue!" Xaries langsung melangkah pergi namun naas Ray lagi-lagi menahan tangannya.
"Mau lo apasi, Ray?" Xaries frustasi dengan tingkah mahluk satu ini. Masalahnya Caffe sedang ramai dan disini Caffe milik Dallif.
"Ayo keluar sebentar ada yang mau gue omongin."
Xaries pasrah ditarik oleh Ray karena kalau ia menolak pasti pusat mata akam tertuju pada mereka berdua. Mereka telah berada di luar tepatnya di samping Caffe yang terdapat sebuah gang kecil.
"Mau ngomong apa lo? Cepetan gue ga punya waktu?"
"Santai aja kali, sok sibuk banget lo."
"Kalo emang ga ada gue masuk!"
"Iya-iya elah."
Ray bingung ingin mulai dari mana. Ia bingung menjelaskan dari mana.
"Gue tau lo udah nikah, tapi bukan nikah yang sewajarnya."
Xaries menyerngitkan dahinya berpikir makhluk ini aneh.
"Ga sewajarnya gimana maksud lo? Gue nikah sambil kayang? Ngereog? Apa gimana woy? Gue nikah perasaan masih sewajarnya dah, memenuhi syarat nikah menurut agama. Aneh lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dallif & Xaries
ChickLitBlurb... Tiga orang gadis tengah berkumpul di suatu caffe dan tengah memainkan permainan ToD. Putaran demi putaran botol berlangsung tetapi Xaries belum pernah mendapatkan putaran itu. Botol itu berputar lagi dan tibalah akhirnya tertuju pada Xaries...