Part 9

161 9 3
                                    

Aku coba rekomendasi lagu ini buat part ini, ya..
makasih banyak loh🤍🤍🤍


.
.
.
.
.
.
.
.

———————————

Barang-barang yang akan dibawa ke rumah orangtuanya sudah dikemas. Xaries saat ini sedang menunggu Dallif menyelesaikan mandinya. Ia menunggu di ruang tamu sambil memainkan smartphonenya. Tidak lama kemudian Dallif datang dengan pakaian santai hanya memakai celana sebatas lutut dan kaos hitam lengan pendek. 

Setelah pengecekan ulang dan merasa tidak ada yang tertinggal, mereka langsung pergi menuju ke rumah orang tua Xaries. Seperti biasa jika berada dalam perjalanan saat bersama Dallif tidak ada yang memulai pembukaan mukadimah. Hening, khidmat, dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Assalamualaikum, spada, bintang utama yang ditunggu-tunggu pulang epribadeehh."

"Waalaikumsalam. Kirain malam kesini nya." Mama Xaries sibuk memasak.

"Gapapa dong kalo sore. Mana yang belum selesai ma? Sini aku kerjain."

Xaries sudah akan mengerjakan sesuatu tapi terhenti oleh ucapan sang mama.

"Mending kamu taruh barang-barang kamu dulu sana. Baru kesini lagi." Xaries membawa barang-barang tersebut ke kamar sedangkan Dallif sudah bermain game di ruang keluarga bersama Ale. Entah sejak kapan suaminya berada disitu.

Setelah merapikan barang-barang Xaries langsung menuju dapur. Tetapi ia singgah sebentar ke ruangan keluarga melihat abang dan suaminya. Dua manusia es sedang bermain game. Sejak kapan mereka mulai akrab. Entahlah Xaries tidak akan memusingkan hal itu.

"Bagus ya Lip, baru juga nyampe langsung main. Bukannya bantuin beresin barang malah nongkrong disini sama abang."

Mereka berdua hanya menoleh sekilas dan melanjutkan permainan game. Tidak ada gunanya ingin berceloteh pada mereka. Digubris saja tidak. Ia menuju dapur menyiapkan masakan bersama mamanya.

Waktu maghrib telah tiba, mereka sholat berjamaah dengan Bagas—papa Xaries— sebagai imam. Setelah selesai sholat mereka makan malam bersama.

"Gimana kalian berdua, baik-baik aja kan?" Bagas bertanya kepada putri dan menantunya.

"Baik pa. Dallif bakal jaga putri papa."

"Bagus Lif. Makan yang banyak Lif biar bisa jaga cebol."

"Dallif mah kalo ga disuruh makan juga bakal makan kali pa. Ada-ada aja ni orang tua."

Xaries tidak heran jika papanya ini absurd sekali. Semenjak menjabat menjadi RW dan masuk ke grup komplek makin sering mengeluarkan jokes bapak-bapaknya.

"Kamu Ris baik nih papa ngasih tau menantu buat jagain kamu. Malah dibilang gitu."

"Mending lo diem deh bol." Ale yang jengah akhirnya mengeluarkan suara.

"Makan! Jangan banyak omong nanti keselek ribut sekampung."

Sang paduka putri sudah mengeluarkan alarm siaga. Artinya harus diam.

Makan malam telah usai Bagas, Ale dan Dallif sudah pergi ke ruang keluarga sedangkan Xaries dan sang mama membereskan meja makan sekaligus mencuci piring. Saat mencuci piring Yola bertanya tentang kehidupan putrinya setelah menikah beberapa bulan ini. Saat ingin meletakkan sebuah gelas tangan Xaries yang masih basah menjatuhkan gelas itu.

"Astagfirullah Ris. Kenapa bisa jatuh? Kalo ngelakuin kerjaan sradat-sredet. Kasar. Beda ama abang kamu."

"Ma aku minta maaf. Tangan aku licin jadi jatuh."

Dallif & XariesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang