Dua bulan kemudian.
Selama dua bulan menjadi istri seorang Dallif, Xaries merasa bahagia dan nyaman. Menurutnya tidak begitu buruk menjadi istri. Selama dua bulan ia mencoba mengenali Dallif. Dallif itu orangnya menjaga kebersihan sekali, tidak suka banyak omong, langsung to the point, dan ramah tamah dalam finansial.
Seperti sekarang ia tengah berbelanja bulanan bukannya dikasih uang bulanan malah dikasih dompet Dallif. Artinya ia bisa beli apapun tanpa berpatokan terhadap uang bulanan. Sepertinya berlaku uang suami adalah uang istri dan uang istri tetap uang istri.
"Lip, ntar malem mau makan dirumah apa beli?" Panggilan untuk Dallif juga sudah diganti katanya supaya bisa akrab.
"Dirumah."
"Mau makan apa? Ayam? Udang? Ikan? Atau apa?"
"Terserah lo aja."
Ini sih seperti bukan Xaries yang perempuan tapi melainkan Dallif. Sedari tadi hanya menjawab seperlunya.
"Tahan gue lip tahan gue mah, untung lo cakep." Xaries hanya bergumam dan melanjutkan memilih belanjaan dengan Dallif yang mengikutinya dibelakang seperti ekor.
Selepas berbelanja mereka mampir ke salah satu Caffe Dallif karena ada sesuatu yang harus diurus. Dallif turun dari mobil diikuti juga oleh Xaries. Lonceng berbunyi saat Dallif membuka pintu Caffe. Ia menahan sebentar menunggu gadis itu masuk barulah ia menutup pintu itu.
"Tunggu bentar." Instruksi Dallif dengan ciri khas wajah datarnya.
Xaries mengangguk dan mencari tempat kosong untuk ia duduki. Tepat sekali matanya tertuju pada pojok didekat kaca menghadap jalanan. Ia pikir sepertinya enak menikmati sore melihat jalanan.
"Pesen apa mba?" Xaries kaget mendengar pelayan Caffe tiba-tiba datang. Ia refleks menoleh dan menggeleng. Seolah mengerti pelayan tersebut kembali ketempat nya.
"Lama banget please nih orang keburu magrib ntar aelah." Rutuk Xaries.
Sibuk merutuk sambil melihat ke luar ia tidak sadar bahwa Dallif sudah disampingnya. Ketukan tangan Dallif pada meja membuat ia sadar dan menoleh.
"Yuk pulang!"
Xaries berdiri dan hampir terkena sudut meja jika tangan Dallif melindunginya tetapi ia tidak sadar akan hal itu. Ya Xaries memang ceroboh dan Dallif hanya menghela nafas melihat tingkah itu.
Saat didepan pintu Dallif melakukan hal yang sama saat seperti ia masuk tadi. Sesampainya di mobil seperti biasa tidak ada percakapan hanya keheningan yang terasa.
Mereka sampai ke apartemen dengan cepat dengan Dallif yang membawa semua belanjaan dan Xaries yang sudah seperti majikan. Xaries memang tahu di untung alias beruntung punya suami seperti Dallif.
Membuka apartemen dan Xaries langsung masuk ke kamar untuk mandi tidak lagi memperdulikan Dallif beserta belanjaan. Karena hari sudah maghrib ia bergegas untuk mandi dan sholat agar cepat untuk ia memasak makan malam.
Selepas sholat maghrib ia melihat Dallif diruang tamu sedang memakan cookies yang entah dari mana asalnya.
"Mandi dulu sana abis itu sholat malah nangkring kayak setan disini."
"Iya." Tetap melanjutkan makannya tanpa menoleh.
"Denger orang ngomong ga sih lip?!"
"Denger gue punya kuping,"
"Kalo denger ngapain masih disini, nih kuping berarti ga dengerin gue ngomong!" Xaries geram hingga menjewer satu telinga Dallif. Dallif hanya meringis sedikit tetapi mulutnya tidak berhenti mengunyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dallif & Xaries
ChickLitBlurb... Tiga orang gadis tengah berkumpul di suatu caffe dan tengah memainkan permainan ToD. Putaran demi putaran botol berlangsung tetapi Xaries belum pernah mendapatkan putaran itu. Botol itu berputar lagi dan tibalah akhirnya tertuju pada Xaries...