Menikmati minuman matcha dipagi hari memang sangat membantu untuk membuat mood Xaries baik. Ia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengisi kulkas dengan berbagai macam matcha. Rugi sekali kalau dilewatkan. Hubungannya dengan Dallif masih dalam perang dingin. Masih belum tiga hari jadi masih bisa meminta apapun dengan alasan masih marah ralat hari ini sudah hari ketiga. Memikirkan itu membuat Xaries tersenyum. Betapa pintar dan cerdas nya trik ini. Tidak apa walaupun sudah hari terakhir.
Dallif tidak berada dirumah karena pagi sekali tadi ia harus kekantor karena ada sesuatu yang penting untuk dikerjakan. Dallif selalu pamit kepada Xaries jika untuk pergi kemanapun. Minuman matcha yang berada ditangannya sudah habis. Ia segera bergegas untuk bersiap karena akan mengunjungi Caffe yang akan ia kelola. Ia memesan ojek online karena mobilnya sedang ada di bengkel. Dallif sudah memberikan secara resmi kemarin dan sudah juga memperkenalkan karyawan di Caffe itu. Xaries memberitahu mereka bahwa untuk hari ini mereka akan menutup Caffe karena akan ada perombakan yang sesuai keinginan Xaries.
Setelah beberapa menit menuju Caffe akhirnya ia sampai. Menyapa para karyawan.
"Haiiyy semua."
"Hai juga bu." Xaries yang mendengar itu melotot. Apakah ia terlihat seperti ibu-ibu?
"Panggil nama atau kak aja ya, gue ga setua itu, please."
Mereka tersenyum canggung. Xaries harus mulai mengakrabkan diri. Ayo mulai Xaries.
"Oh, iya. Bentar lagi barang buat renovasi bakal dateng. Jadi kita bakal ngerjain sama-sama, anggep aja ini hari kerja kalian tapi bakal digaji lembur. Pokoknya aman deh." Xaries mengedipkan mata sebelah sambil tersenyum. Para karyawan senang bukan main ternyata bos baru mereka pengertian.
Bunyi klakson mobil mengalihkan perhatian mereka.
"Kayaknya itu deh kak barangnya."
"Loh iya deh kayaknya, yuk bantuin buat masukin."
Mereka memasukkan barang-barang yang sudah dibeli oleh Xaries. Mereka menyusun barang-barang tersebut.
"Pertama kita cat dulu ya. Kita ubah warna semuanya."
"Mau diubah warna apaan ries?" Parhan penasaran akan diubah warna apa Caffe ini.
"Warna putih. Gue ga suka warna gelap gini." Xaries menatap ruangan sambil membayangkan Dallif. Cukup ia harus membuang bayangan muka Dallif dalam pikirannya.
Parhan mendengar itu seolah paham apa yang akan dikerjakan. Ia mengintruksikan yang lain untuk mulai bekerja, "Oke, yuk kerja guys!"
Mereka mulai mengecat dibagian luar dan sebagian mengecat dibagian dalam. Xaries ikut pula mengecat tidak enak rasanya hanya duduk diam seperti mandor melihat yang lain bekerja. Setelah rasanya sudah bagian pengecatan mereka mulai menata barang-barang interior, kursi, meja dan beberapa barang tambahan yang Xaries beli. Ia ingin mempunyai Caffe seperti Caffe yang berada di Korea Selatan.
Ditengah proses pengerjaan mereka saling berinteraksi, bercengkrama, bercanda, dan saling mengerjai satu sama lain.
Tidak terasa hari sudah sore dan mereka juga sudah hampir siap mengerjakannya. Sentuhan terakhir yang Xaries lakukan menutup pekerjaan mereka.
"Ahh, akhirnya selesai juga."
"Ternyata capek juga ya."
"Namanya juga kerja."
Xaries tertawa entah kenapa merasa senang mendapatkan kehidupan baru ini. Ternyata Tuhan memang mempunyai rencana yang indah.
"Ayo coba kita liat bagian depan sama-sama deh." Ajak Xaries.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dallif & Xaries
ChickLitBlurb... Tiga orang gadis tengah berkumpul di suatu caffe dan tengah memainkan permainan ToD. Putaran demi putaran botol berlangsung tetapi Xaries belum pernah mendapatkan putaran itu. Botol itu berputar lagi dan tibalah akhirnya tertuju pada Xaries...