Matahari begitu panas karena keberadaannya tepat di atas kepala, kala itu Wianna sedang berada di kantin untuk menyegarkan mulutnya yang kering. Kantin kampus begitu ramai dan sekarang Wianna sedang menunggu kelas selanjutnya. Tatapan orang-orang yang tertuju ke Wianna agak membuat dirinya merasa malu.
"Win!" Seru Nindy dari kejauhan sambil melambaikan tangannya.
"Sini, duduk." Wianna memberikan kursi kosong disebelahnya untuk Nindy.
"Gue cari-cari kemana juga taunya di Kantin."
"Gue kepanasan. Mulut gue kering, gue kesini cuma beli es jeruk."
"Tunggu ya, gue mau beli siomay." Wianna hanya menganggukkan kepalanya sambil mengaduk-aduk es jeruk dari tadi.
Tatapan orang-orang terus tertuju kepadanya, Wianna menutupi mukanya dengan menundukkan kepalanya.
"Lo kenapa?"
"Hah? Eh udah balik." Wianna tidak tahu kalau temannya sudah kembali dari membeli siomaynya.
Nindy duduk menyamankan tubuhnya di kursi itu, "Kenapa lo nunduk?"
Nindy juga melihat sekitar dan melihat orang-orang menatap Wianna terus-menerus, "Ahh, karena mereka?" Wianna menganggukkan kepalanya.
"Kayaknya sejak kejadian itu mereka selalu ngeliatin lo terus deh." Benar juga, sudah 3 minggu sejak kejadian hukuman konser dadakan yang dilakukan Wianna dengan teman kelompoknya itu, itu sudah lama! Tapi mengapa mereka masih menatapnya.
"Udah tiga minggu juga, kenapa masih ngeliatin terus gitu sih." Wianna begitu jengkel dengan tatapan mereka.
"Fans lo kali. Mau minta tanda tangan tuh." Ucap Nindy ngasal.
"Ngawur banget." Wianna memukul lengan Nindy yang sedang memotong siomaynya karena pukulan dari Wianna, siomay Nindy menggelinding keluar dari piring.
"Anjir, siomay gue lah, Win. Nggak kira-kira lo mukul gue sampe bikin siomay gue loncat." Amukan Nindy dibalas cengiran Wianna.
"Jorok banget lo." Wianna melihat Nindy mengambil siomaynya dan menaruhnya kembali ke piring.
"Belom 5 menit, nggak apa-apa sih, lagian ini juga karena lo ya."
Helaan napas Wianna melihat kelakuan temannya.
"Bai the wayh, Wihn. Low maw ikut orwghanitsasi ngghak?" Ucap Nindy sambil mulutnya sedang penuh.
"Telen dulu kali, kebiasaan." Nindy menganggukkan kepalanya sambil mengayunkan tangannya ke arah Wianna.
"Organisasi? Organisasi apaan? Nggak mau gue ikut-ikutan kayak gitu."
"Ah lo mah nggak seru, ayo dong bareng gue, gue nggak ada temen." Nindy memelas sambil bergelayut di lengan Wianna.
"Ah nggak emang apasih gunanya?"
"Ya lo nanti ngurus-ngurus acara gitu buat mahasiswa."
"Still no." Ucap Wianna yang masih kekeh terhadap pendiriannya.
"Terus terus nanti itu ya, lo dapet sertifikat buat nambahin poin kelulusan lo." Ucap Nindy yang masih ingin meyakinkan Wianna.
"Poin kelulusan? Emang ada?" Tanya Wianna heran.
"Ada lah, ih lo pasti nggak dengerin ya waktu ospek kemaren." Ejek Nindy. "Enak aja. Gue dengerin ya."
"Iya iya, jadi gimana?"
"Nggak tau juga gue, nanti ajalah itu kan buat semester 2, semester 1 kan masih belum bisa."
"Lagian lo kenapa deh semangat banget buat ikutan organisasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHSA
Teen Fiction"𝐑𝐀𝐇𝐒𝐀" "Mau permen gak?" "Lo nyetok berapa bungkus permen di rumah?" "Banyak sih. Kalo lo mau gue bisa bawain lo sebungkus besok." "Gila." 𝐈𝐧𝐢 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐤𝐮𝐦𝐩𝐮𝐥𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐬𝐰𝐚 𝐤𝐮𝐫𝐚-𝐤𝐮𝐫𝐚 𝐚𝐥𝐢...