Seminggu latihan untuk mempersiapkan acara tersebut, Wianna masih tetap melatih vokalnya agar suaranya tetap stabil, bahkan Wianna meminjam ruang musik itu hanya untuk dirinya sendiri supaya usahanya tidak mengecewakan.
"Eh, ada Wina. Ngapain?" Tanya seseorang yang baru masuk ternyata itu kakak tingkatnya, Iyan, tetapi Fathiyan atau sering dipanggil Iyan itu tidak sendiri, di sampingnya ada Nevandra.
Pikir Wianna, memangnya apalagi jika Wianna disini selain latihan suara untuk acara bulan depan nanti. "Um.., lagi latihan kak hehe, harus bagus dong biar penampilannya memuaskan." Jawab Wianna sekenanya karena ia bingung akan menjawab apalagi yang jawabannya sudah bisa dilihat tanpa perlu dijawab. "Kakak, disini ngapain?" Tanya Wianna melanjutkan perkataannya.
"Oh, gue lagi nungguin si Jean sama Eksa disini buat diskusi. Sekre penuh, jadinya kita pindah kesini aja. "Owh.. gitu ya kak. Yaudah Kak, Wina lanjut latihan lagi ya." Fathiyan mempersilahkan Wianna untuk melanjutkan latihannya. Ketika latihannya, tiba-tiba suara Wianna gak stabil, entah karena gugup atau apa, sampai dua orang disana sadar akan keadaan Wianna.
"Eh, Win. Istirahat dulu aja kali, jangan latihan mulu, lemesin tuh tenggorokan biar gak sakit. Nih, Sekalian minum, mumpung disini ada air putih." Fathiyan menawari Wianna untuk segera beristirahat dan mencairkan tenggorokannya agar tidak sakit, "Kalo lu dipaksa sama Eksa atau Jean, bilang sama gue, biar gue tabok anaknya." Fathiyan sudah ancang-ancang mengangkat tangannya lalu menabok angin seakan angin itu adalah Jean atau Eksa.
"Gapapa kok, Kak. Tenggorokannya masih aman jadi Wianna lanjutin aja." Wianna menolak tawaran kakak tingkatnya itu.
"Istirahat ya istirahat aja kali, gausah dipaksa." Nevan yang daritadi diam tiba-tiba berbicara menimpali mereka berdua.
"Nah, iya tuh bener Win." Lanjut Fathiyan menimpali.
"Gapapa, Kak. Suwerr, Wina masih baik aja." Wianna menjawab untuk meyakinkan mereka.
"Acaranya tuh masih lama. Gausah dipaksa, lagian latihan sesuai in ajalah. Kan, sudah dijadwal sama Jean kenapa harus tambah hari lagi buat latihan, entar sakit pas acara, siapa yang susah, mending jangan nyusahin orang pas acara, Kasian mereka." Entah karena pernyataan dari mulut Nevan yang terdengar kasar atau mood Wianna yang memang sedang jelek, Wianna kesal dan ingin menangis tapi ia tahan.
"Terus kenapa kalo gue latihan terus? Salah gitu kalo gue mau nampilin yang terbaik? Salah gitu kalo gue latihan gak sesuai jadwal mereka, yang penting kan gue tetep ikut latihan bareng sama mereka, lalu apa masalahnya?" Duarr, seakan ada ledakan emosi yang Wianna pendam terlepas begitu saja. Setelah mengatakan hal tersebut ke kakak tingkatnya, Wianna langsung mengemasi barangnya lalu pergi dari ruangan itu.
Fathiyan yang diam membeku mendengar amukan dari Wianna tidak bisa berbuat apa-apa sampai Wianna betul-betul keluar dari ruangan tersebut. "Lah lo kenapa Pan? Lo sih jadinya gini kan." Nevandra hanya diam saja tidak memberikan respons, tiba-tiba pintu ruangan tersebut terbuka kembali menampilkan dua orang yang sedang ditunggu mereka.
"Lho, kok sepi?" Kata Jean yang sudah masuk di ruangan itu bersama Eksa. "Lha, iya kok sepi?" Eksa mengulangi pertanyaan dari Jean.
"Ehh, helloww. Kita-kita disini makhluk ghaib apa? sampe dibilang sepi segala." timpal Fathiyan tidak terima.
"Lha, emang." Eksa melontarkan candaanya ke temannya itu.
"Nggak, maksud gue tuh, seharusnya disini kan ada Wianna latihan, tapi kok anaknya gak ada? Belum dateng kali ya? Tapi udah jam segini seharusnya dia dah dateng."
"Bukan nggak dateng anaknya. Anaknya dah dateng tadi tapi udah pulang barusan." Jawab Fathiyan ke Jean.
"Lha, kenapa kok udah pulang? Biasanya dia pulang bukan jam segini." Kali ini Eksa yang bergantian bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHSA
Teen Fiction"𝐑𝐀𝐇𝐒𝐀" "Mau permen gak?" "Lo nyetok berapa bungkus permen di rumah?" "Banyak sih. Kalo lo mau gue bisa bawain lo sebungkus besok." "Gila." 𝐈𝐧𝐢 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐤𝐮𝐦𝐩𝐮𝐥𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐬𝐰𝐚 𝐤𝐮𝐫𝐚-𝐤𝐮𝐫𝐚 𝐚𝐥𝐢...