"Bagus, Win. Gue cukup puas buat latihan lo kali ini." Eksa memberikan jempolnya kepada Wianna, mendengar hal itu, Wianna memberikan senyuman lebarnya.
"Gimana, Jen?" Tanya Eksa ingin mendengar penilaian dari Jean.
"Bagus, kok. Latihannya makin hari makin mateng juga." Jean hanya memberikan penilaian seperti itu.
"Ok, sip. Latihannya udah selesai ya buat minggu ini. Kita lanjut lagi di pertemuan selanjutnya, kita masih punya tiga kali pertemuan terakhir sebelum ke acara. Gue harap semuanya jaga kesehatan sampe acara selesai." Eksa mengucapkannya dengan serius. "Yok, yok. SEMANGAT!" Tak lupa Eksa memberi semangat ke teman-temannya itu.
*
"Widih, sobat gue, kita ketemu lagi nih." Eksa yang datang tak diundang itu langsung merangkul Nevan yang sedang duduk santai di gazebo fakultasnya.
"Kenapa lo Sa?" Yang bertanya justru Maalik yang sama sedang duduk santai bersama Nevan. Yang dirangkul pun diam saja atau lebih tepatnya pasrah sama kelakuan Eksa.
"Ini nih.. Calon Ketua BEM kita." Mendengar hal itu Maalik cukup kaget bagaimana bisa Nevan menyalonkan dirinya.
"Gue nggak sendirian kok, nih, dia juga ikut nyalonin." Nevan akhirnya menjawab kebingungan Maalik.
"Sama aja sih, kok bisa lo mau? Disogok apa lo sama Eksa?" Tanya Maalik sekenanya.
"Weits—! Enak aja lo main tuduh gue nyogok dia. Gue kagak nyogok dia, dia -nya sukarela mau nyalonin diri." Eksa dengan cepat membantah tuduhan dari Maalik.
"Sukarela, MATAMU! Lo aja ngejar-ngejar gue kayak stalker, sampe gue muak liatnya." Ucap Nevan tak terima, yang diajak berbicara pun hanya nemberikan cengirannya.
"Yaudah sih.. Gue minta maaf—"
"Ya." Jawab Nevan dengan cepat.
"Oh, ya. Gue disini mau ngomong sama lo, nanti siang lo ikut gue ke Sekre ketemu Bang Yudha."
"Buat apa?"
"Buat di interview sama Bang Yudha, apa lo cocok jadi Ketua BEM nanti. Ya.. meskipun gue tau lo pasti lolos sih."
Ck, lagi-lagi Eksa merasa dirinya terlalu tak percaya diri.
"Lo ngomong sekali kayak gitu lagi, gue gibeng lo. Lo sama gue, nggak ada yang beda, kita masing-masing punya sisi positif dan negatifnya, nggak usah meninggikan gue, gue nggak sebaik itu." Ucap Nevan menasihati Eksa itu. Yang dinasihati pun merasa tidak percaya dengan ucapan Nevan.
"Wow—"
"Hah? Apaan lo wow-wow gitu?"
"Seorang Ghalih Nevandra mengucapkan kalimat sepanjang itu." Eksa menatap speechless ke Nevan.
"Yang diajak ngomong buat Eksa lagi." Ucap Maalik melanjutkan.
"Enak aja lo Mal." Eksa yang bilang seperti itu, "Emang kenapa kalo gue?"
Di tengah keributan Eksa dan Maalik, Nevan menatap lurus ke depan, tiba-tiba lewat seseorang yang sedang diincarnya melewati Gazebo yang mereka tempati. Nevan yang melihat itu pun langsung berdiri dari posisi duduknya dan beranjak turun dari Gazebo tersebut. Eksa yang melihat itu pun menatap Nevan heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHSA
Teen Fiction"𝐑𝐀𝐇𝐒𝐀" "Mau permen gak?" "Lo nyetok berapa bungkus permen di rumah?" "Banyak sih. Kalo lo mau gue bisa bawain lo sebungkus besok." "Gila." 𝐈𝐧𝐢 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐤𝐮𝐦𝐩𝐮𝐥𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐬𝐰𝐚 𝐤𝐮𝐫𝐚-𝐤𝐮𝐫𝐚 𝐚𝐥𝐢...