"Eh?" Sakura terkejut.
Setelah misi pengumpulan informasinya berujung sia - sia, Sakura memutuskan untuk kembali ke penginapan dan menunggu Shizune. Siapa sangka jika ternyata Shizune sudah kembali lebih dulu dan... Kenapa Shizune membawa kedua anak ini?
"Sakura-chan! Kau akhirnya kembali," sambut Shizune lega. "Kau tidak apa - apa kan?"
Sakura mengangguk. "Ya, aku baik - baik saja. Tapi, maaf Shizune-san, aku tidak mendapatkan informasi apa - apa... Hanya jalanan kosong yang aku temui," lapor Sakura.
"Ternyata kita sama. Aku juga hanya mendapati jalanan kosong. Saat aku mencoba mencari informasi dari rumah penduduk, mereka sama sekali tidak mau membukakan pintu," balas Shizune.
"Eh? Shizune-san juga?" Sakura terkejut. "Ada apa ya dengan penduduk sekitar sini?"
Shizune menggeleng. "Entahlah. Ini lebih sulit dari yang aku kira. Besok pagi kita coba lagi ya,"
"Baik." Pandangan Sakura mengamati kedua anak yang masih sibuk menyantap kue dango. Siapa kedua anak ini?
"Anu... Shizune-san," Sakura memutuskan bertanya.
"Ah! Iya aku hampir lupa. Anak - anak, mari kenalkan teman nee-san. Namanya Sakura," ajak Shizune dengan suara ramah.
Kedua anak itu menatap Sakura. Seperkian detik , mereka langsung mengubah gestur duduk mereka menjadi lebih sopan dan meletakan kue dango.
"Selamat sore Sakura Nee-san. Perkenalkan aku Nazuna, dan ini adik kembarku Suzuna," Nazuna memperkenalkan diri dengan tenang.
"Selamat sore Sakura Nee-san," sapa Suzuna dengan senyum malu - malu.
Sakura sempat ternganga sebentar. Matanya memandang Nazuna yang tetap duduk dengan tenang dan sopan serta Suzuna yang duduk agak tertunduk dengan raut wajah malu.
"Sakura-chan?" Shizune menginterupsi keterkejutan Sakura.
"Ah, maaf." Sakura mengusap kepala belakang. "Aku tidak menyangka kalian berdua kembar."
"Iya kan? Aku juga kaget saat tahu kalau mereka kembar." Shizune bertepuk tangan setuju.
"Kami bertemu dengan Shizune nee-san saat hendak memasang tenda. Lalu kami diajak untuk menginap bersama secara gratis disini. Maaf merepotkan," Nazuna menundukan kepala.
"Ah," Sakura tersenyum lembut. Anak kecil ini sopan dan dewasa sekali. Pasti besok saat sudah besar Nazuna akan menjadi pria yang kuat, sopan dan pemberani. "Tidak apa. Kenapa kalian memasang tenda? Apa kalian bukan berasal dari sini?"
"Bukan," kali ini Suzuna yang menjawab. Dengan tertunduk malu, Suzuna mencoba menjelaskan, "Kami berasal dari Desa Hakobera... Kami ke sini untuk mencari tanaman Ashitaba."
"Tanaman Ashitaba?" ulang Sakura. "Untuk apa kalian mencari tanaman Ashitaba?"
"Untuk ibu kami." Nazuna mengambil alih jawaban. "Ibu kami sedang sakit keras. Kata Bibi Emi - bibi yang merangkap sekaligus tabib di desa kami- tanaman Ashitaba dapat mengobati Ibu,"
"Begitu..." sahut Sakura dan Shizune bersamaan.
"Kalian masih kecil, tapi berani melakukan perjalanan yang cukup jauh ya. Apa kalian sudah pernah melakukan perjalanan jauh lainnya?" Sakura kembali bertanya.
"Tidak." Suzuna menjawab dengan suara malu. "Ini perjalanan jauh kami yang pertama."
"Eh?" Sakura terkejut. "Yang pertama? "
"Benar." Shizune mengangguk. "Mereka sudah meminta tolong warga desanya untuk membantu mengambilkan tanaman Ashitaba. Tapi tidak ada yang mau. Karena itulah mereka memutuskan untuk mengambilnya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
A S H I T A B A [END]
FanfictionSakura Haruno, kunoichi asal Konoha diberi tugas oleh guru yang merangkap sebagai Hokage, Tsunade, untuk mencari dan mendapatkan tanaman Ashitaba yang dipercaya mampu memperpanjang umur bila dikonsumsi. Di lain pihak, sang Sannin yang kejam, Orochim...