11. Impian

539 57 10
                                    

Ibu Matsuo dan Taki merupakan keturunan dari warga desa Gogyo yang selamat dari peristiwa 'mengerikan' yang menimpa desa tersebut. Karena sejak kecil sudah ikut membantu ayahnya yang merupakan seorang tabib, ibu Matsuo dan Taki mengerti banyak tanaman obat dan cara mengobati seseorang yang terluka.

Meski sudah tinggal di desa lain dan menjalani kehidupan yang nyaman dan aman, ada sebersit keinginan dari sang Ibu untuk bisa kembali ke desa ini dan tinggal disini lagi. Namun, rasanya tidak mungkin mengajak keluarga kecilnya untuk tinggal di desa yang telah hancur. Setiap malam, Ia menceritakan kenangan - kenangan masa kecilnya kepada Matsuo dan Taki.

Karena selalu diceritakan oleh Ibunya, kedua kakak beradik itu penasaran dan ingin juga melihat desa tempat Ibu mereka dulu. Sayangnya, sang Ibu menghembuskan napas terakhir sebelum niat Matsuo dan Taki terwujud. Berbekal cerita dari Ibu mereka, Matsuo dan Taki meninggalkan desa tempat mereka sekarang dan menuju desa Gogyo.

"Saat perjalanan kemari, kami juga melihat beberapa orang yang ternyata satu tujuan dengan kami. Mereka juga merupakan keturunan dari Desa Gogyo yang telah hancur." ucap Taki. "Kami memutuskan untuk pergi bersama dan membangun kembali Desa Gogyo."

"Kalau boleh tahu, apakah saat itu desa ini sudah kembali berpenghuni?" tanya Shizune ditengah - tengah cerita Taki.

Taki menggeleng. "Tidak. Hanya beberapa bangunan yang terbakar saja yang tersisa dari desa ini. Kami bekerja sama meratakan bangunan - bangunan rumah yang telah terbakar dan membangun desa ini."

Begitu... Gumam Sakura dalam hati. Jadi, mereka inilah yang bisa disebut pendiri Desa Gogyo.

"Lalu... Makin lama ada beberapa orang juga yang datang dan memutuskan untuk menetap di desa ini. Rata - rata mereka adalah keturunan dari para penduduk desa ini."

"Tapi... Aku lihat disini tidak ada tabib...?" tanya Sakura. Jika mereka adalah keturunan dari para penduduk yang rata - rata berprofesi sebagai tabib, mengapa Sakura tidak melihat sama sekali tulisan tabib atau sebagaimana?

"Ah..." Taki memahami pertanyaan Sakura. "Itu... Mungkin... Karena para orang tua mereka tidak mau hal yang sama menimpa mereka..."

"Jadi... Tragedi itu membawa trauma ya..." Shizune bergumam pelan.

"Ya... Aku rasa begitu... Ibu kami juga salah satunya. Ibu tidak mengajarkan kami meramu tanaman obat dan hanya mengenalkan kami pada tanaman obat. Saat aku dan Nii-san bercerita ingin menjadi tabib seperti kakek, Ibu segera tidak setuju dan memasang wajah sedih..."

"Aku masih ingat yang dikatakan Ibu waktu itu," pandangan Taki menerawang. "Jika kamu menjadi tabib, Ibu takut kamu akan mengalami peristiwa naas seperti Ibu,"  tiru Taki sempurna.

"Ketakutan itu... Kami bisa memahaminya," ucap Shizune. "Desa ini adalah desa yang baik. Mereka menolong banyak orang yang terluka."

"Tapi balasan apa yang mereka dapat?" tanya Taki tajam. Tatapan matanya menyiratkan kemarahan. "Mereka dihancurkan untuk hal yang bahkan bukan salah mereka..."

"Benar." Mau tidak mau Sakura setuju dengan kalimat Taki barusan. Desa ini menjadi dampak dari Perang Dunia Ninja Ketiga. Padahal mereka tidak terlibat sama sekali dan hanya menolong orang terluka.

Dampak paling besar dari perang itu sendiri adalah kehilangan orang - orang yang dicintai. Luka karena kehilangan orang yang dicintai tidak dapat disembuhkan oleh apapun dan waktu pun belum tentu menyembuhkannya.

Sasuke...

Teman setimnya itu juga mengalamai kehilangan yang mengerikan. Keluarga dan klannya dibantai oleh kakak laki - laki satu -satunya. Menyisakan dendam yang membara pada Sasuke.

A S H I T A B A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang