9. Sebaiknya

535 61 2
                                    

"Nona muda, apakah kamu tahu betapa bahayanya itu?" tanya bibi penjaga kedai dengan nada suara serius.

Sakura menelengkan kepala, pura - pura tidak mengerti. "Apa maksud Bibi dengan bahaya? Aku tahu sih di pegunungan memang banyak hewan buas seperti harimau..."

"Bukan harimau," Bibi penjaga kedai mengibaskan sebelah tangannya. Ia duduk di depan Sakura dan mencondongkan wajahnya, berbisik pelan, "Kamu bisa mati jika mencoba mengambil tanaman Ashitaba."

"APA?!" Sakura pura - pura terkejut. Nada suaranya meninggi.

"Ssst!" Bibi penjaga kedai meletakan jari telunjuk di depan mulutnya. "Jangan keras - keras."

Sakura langsung menutup mulut dengan kedua tangan dan mengangguk mengerti. "Maaf... Tapi bisa jelaskan... Apa maksud Bibi barusan?"

"Haah..." Bibi penjaga kedai menghela napas lelah. Tangan kanannya memegang kepala yang mendadak pusing. "Ashitaba itu... Seperti pembawa neraka... Bagi kami... Juga bagi para pencarinya,"

"Apakah..." Sakura bertanya hati - hati. "Apakah tanaman Ashitaba itu benar - benar ada di Pegunungan Dokudami itu Bibi?"

Bibi penjaga kedai menatap Sakura dengan mata lelah. Setelah beberapa menit dalam keheningan, akhirnya Bibi itu membuka suara, "Kenapa... Kau ingin mengambil tanaman Ashitaba?"

"Aku... Kenalan ibuku sedang sakit keras. Dari tabib yang merawat kenalan ibuku, tanaman Ashitaba bisa mengobatinya. Karena itulah aku disini," jawab Sakura dengan lancar. Untung saja dia mendengar kisah Nazuna dan Suzuna sehingga bisa mengarang cerita setengah benar setengah bohong.

"Ah... Begitu," Bibi penjaga kedai mendesah. "Nona muda,apa tidak sebaiknya ke Konoha saja?"

"Eh? Konoha?"

Bibi penjaga kedai itu mengangguk. "Aku dengar pemimpin desa saat ini adalah seorang kunoichi medis yang sangat ahli. Si Putri Siput, Tsunade."

"Tapi..." Sakura mencoba beralasan lagi. "Waktunya tidak akan cukup bila ke Desa Konoha."

"Begitu..." Bibi penjaga kedai terdiam sejenak. "Tanaman Ashitaba memang ada di pegunungan belakang desa ini,"

"Benarkah?" mata Sakura berbinar ria.

"Tapi... Aku sarankan sebaiknya kau suruh orang lain, atau pria saja untuk mengambilnya," saran Bibi penjaga kedai.

"Eh? Kenapa?" Sakura bertanya bingung.

"Kau masih muda sekali. Sayang jika mati muda," ucap Bibi penjaga kedai kemudian.

"HAH?" Sakura terkejut. "Apa maksud Bibi? Apa jika aku naik ke pegunungan aku akan mati?"

"..."

"Bibi, apa maksudnya?" Sakura bertanya lagi.

"Aku tidak tahu pasti siapa yang melakukannya ... Tapi semua orang yang mengambil tanaman Ashitaba pasti tewas!" jelas Bibi dengan lirih.

"Hah? Kenapa begitu? Siapa yang?"

Bibi penjaga kedai menggeleng. "Enam bulan yang lalu, salah seorang warga kami biasa naik ke pegunungan untuk menebang pohon. Lalu, saat ia pergi ke pegunungan itu entah bagaimana caranya... Dia kembali dengan membawa sebuah tanaman. Dia berkata dengan yakin, bahwa ini adalah tanaman Ashitaba. Tanaman langka yang dulu pernah tumbuh subur di Pegunungan Dokudami."

"Darimana dia tahu jika itu tanaman Ashitaba?"

"Kau tahu..." Bibi mengarahkan pandangannya ke luar. "Dulu desa ini pernah hancur lebur. Lebih tragisnya, desa ini dihancurkan oleh orang - orang yang saling berebut tanaman obat yang tumbuh dengan subur di pegunungan itu. Ada banyak penduduk yang tewas akibat itu. Namun, ada juga yang berhasil selamat dan melarikan diri ke desa lain,"

A S H I T A B A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang