Semakin lama aku semakin terbiasa dengan suara alarm pagi di sini, bahkan aku menikmati alarm unik ini. Tanpa harus lihat jam tanpa harus lihat lihat layar HP, suara nyaring itu seakan pengganti kokok ayam pertanda pagi telah tiba. Suara menggema yang memecah hening pagi membangunkanku tiap pagi. Aku penasasaran siapa yang dahulu menciptakan alarm dari alat musik ini. Dalam lamunanku, tiba-tiba aku teringat bahwa hari ini merupakan hari pertamaku masuk kampus setelah menikah dengan Bang Rey, dan itu membuatku segera beranjak dari tempat tidur.
Aku akan lebih sibuk sekarang mengurus suami, mengurus kuliah, dan mengurus diriku sendiri. Aku tidak tahu seberapa repot hari ini, tapi kujalani saja karena hidup lebih dari sekedar teori bukan. Kita akan mampu setelah terbiasa menjalaninya. Ah kenapa pagi-pagi aku sudah jadi seorang reflektor sih.. batinku sambil tersenyum.
Matahari sudah menyembul perlahan, sinar kuningnya menghangatkan beberapa tanaman kecil di pekarangan rumahku. Aku melangkah menuju dapur memeriksa isi kulkas, mencari bahan makanan yang bisa kubuat untuk sarapan. Aku dan Bang Ray memang terbiasa sarapan. Sebagai calon dokter, aku paham betul akan pentingnya sarapan. Tapi secara pribadi sih karena aku butuh banyak energi untuk hari pertamaku menjalani dua status. Aku harap Bang Rey menyadari kesibukanku ini.
Hari ini akan menjadi hari yang melelahkan untukku karena jarak yang kutempuh dari rumah dinas ini ke kampus bisa puluhan kilometer. Butuh 1,5 jam untuk berangkat jadi total tiga jam pulang pergi. Cukup jauh memang. Aku sebenarnya punya kos-kosan di dekat kampus, aku bisa saja tinggal sementara waktu di sana sampai urusan perkuliahanku selesai. Tapi berat rasanya meninggalkan Bang Rey sendirian, apalagi aku sudah terlalu sering berjauhan dengannya, jadi sudah cukup rasanya kami LDR an. Toh aku tidak harus masuk kuliah setiap hari, jadi kurasa dengan bolak-balik adalah pilihan yang tepat.
"Selamat pagi" Tiba-tiba bang Rey muncul di belakangku membuyarkan lamunan singkatku pagi ini. Abang memelukku dr belakang. Aku terperangah bercampur tersipu.
"Kamu bikin aku kaget.." ucapku masih tak menyangka akan keromantisan suamiku pagi ini.
"Aku mau jogging. Kamu mau ikut nggak?" ajak abang.
Aku melirik penampilan abang, ia memakai baju jogging kesukaaannya. Rasa hati ingin bilang ya, tapi ini hari yang sibuk untukku. Jadi kutolak ajakan abang.
"Nggak bisa dong bang, habis ini aku siap-siap ke kampus" jawabku.
"Oke baiklah. Kalau begitu aku akan jogging dahulu, tapi sebelum kamu pergi kita sarapan bareng ya.." pinta abang sembari memakai sepatu jogging yang biasa ia pakai. Beberapa detik kemudian ia segera berlari keluar, tapi belum semenit abang tampak balik lagi.
"Eh ada yang lupa" katanya sambil mendekatiku, dan tanpa permisi langsung mencium pipi kanan kiriku, dahiku, bibir, dan kemudian melongos pergi tanpa bicara apa-apa.
Aku yang dicium melongo, dan hanya bisa protes. "Ih abang belum sikat gigi!" seruku kesal.
Abang yang mendengar protesku hanya bilang, "Biarin aja. Byeee... "ucap abang dari kejauhan sambil melambai dan tertawa.
Aku mengamati tingkah polah abang dengan tersenyum. Terbersit rasa banggaku akan suamiku ini. Ia bukan hanya pintar tapi juga sangat menjaga kebugaran tubuhnya, dimana abang selalu berolahraga setiap hari, dan melihatnya ceria begini rasanya aku jadi ikutan ceria.
Pagi ini aku berencana membuat makanan berat untuk sarapan, yaitu Semur daging. Bibi yang merupakan asisten rumah tangga yang dikirim orangtuaku, menatap bahan masakan di hadapannya dengan wajah heran.
"Mbak Tari, ini kan sarapan, kenapa kita malah membuat makanan berat?" tanyanya sambil mulai mencuci bahan masakan.
"Biarin deh bi, saya mau Bang Rey pagi-pagi dah kenyang sebelum berangkat ke kantor. Biar gizinya bagus.. hehehe.." jawabku dengan tersenyum kecil. Bibi yang tadinya keheranan jadi ikutan tersenyum.
Aku mulai memasak. Bumbu aku tumis, dan kumasukkan daging ke dalamnya. Aroma semur daging yang harum mulai menyeruap. Aku tidak bisa membayangkan jika tidak ada bibi yang membantuku di sini aku pasti keteteran. Harus bangun sepagi mungkin, bersih-bersih rumah, siapain sarapan, lalu kuliah jarak jauh. Mungkin pulang-pulang aku sudah tumbang kecapekan.
"Bi, ini sedikit lagi selesai, tolong lanjutkan ya. Saya mau siap-siap ke kampus," pintaku ke bibi sambil mengaduk masakan, dan bibi dengan sigap mengambil alih pekerjaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badai Pelangi
RomanceMentari adalah Mahasiswa kedokteran yang memutuskan untuk menikah muda dengan seorang abdi negara. Mentari tidak pernah menyangka bahwa pria yang dia cintai selama 2 tahun berpacaran ketika menikah menjadi berubah drastis. Perlahan terungkap sifat a...