Minggu malamnya
Yang dipikiran Aga cuma satu, sampai di kontrakan dia mau tidur sambil melukin Xena. Gak peduli ada yang liat atau ngomentarin.
Tapi, sekali lagi namanya hidup jarang ya ada yang sesuai ekspektasi kecuali ekspektasinya rendah.
"Juan? Kamu ngapain disini?" tanya Xena.
Aga dan Xena baru sampai di kontrakan malam hari. Ruang tengah bawah lagi ramai di tambah ada Juan disana.
"Hai, Xen. Capek?"
"Capek. Tapi kok kamu disini, Ju?"
Naren keluar membawa dua piring mie instan untuknya dan Juan. "Ah, Juan pindah kontrakan kesini kemarin gue yang ajak," ujar Naren.
Cerita sederhana tentang penghuni kontrakan lamanya yang menganggu, Juan mau pindah, ketemu Naren di kampus, Naren tawarin, semua setuju tanpa Aga dan Xena tahu, akhirnya Juan pindah.
"Hah? Asik!" pekik Xena senang.
Juan satu-satunya teman Xena di kampus. Jadi bagaimana ia tidak senang? Beda dengan Aga.
Hidup Aga belakangan ini semenjak kenal Xena rasanya kayak keluar dari satu lobang terus masuk ke lobang lainnya. Begitu terus sampai capek. Bohong deh, Aga mana capek kalau buat ngadepin Xena.
"Ya kan, geng nge-mol kita lengkap deh, Xen!" seru Tara yang ikutan muncul.
Ingat beberapa waktu lalu Tara, Xena dan Juan sempat pergi nge-mol bareng? Setelah itu pun mereka beberapa kali pergi bertiga.
"Iya. Seru," jawab Xena.
Juan senang mendengar respon hangat Xena tapi ia tidak sanggup menahan tawa melihat reaksi Aga.
"Ga, setidaknya lo gak perlu ikut ngawasin gue sampe cafe," ledek Juan.
"HAHAHAHAHAHA!" Ketawa Haris menggelegar, ngetawain Aga jelas.
"Xena-nya aku. Sejak kapan kamu pulang, sayang?" tanya Haris dramatis.
Udah lama gak denger suara Haris rasanya bukan kangen tapi pengen Aga bekep aja.
"Baru aja kok, Ris," jawab Xena santai.
Sejujurnya Aga gak mau bersikap berlebihan kayak sindiran Juan barusan tapi rasa sukanya ke Xena makin lama makin menjadi suatu obsesi tersendiri yang bahkan bisa membuat Aga mampu melupakan rokok dan alkohol dalam sekejap.
Aga memang tidak memiliki Xena, tapi bukankah tidak memiliki bukan berarti tidak mencintai? Jika satu kata yang paling tepat menggambarkan seluruh perasaan Aga untuk Xena itu benar, cinta.
Cinta baiknya di ekspresikan sewajarnya, tidak terlalu mencintai tetapi tidak terlalu tidak mencintai juga. Karena yang lebih dan kurang tidak selalu baik. Tapi, Aga tidak bisa menahan.
Ini bukan sesuatu yang baik, bukan?
"Gue saranin ya, Ju, jangan disentuh si Xena kalau gak mau dibogem sama Mas Dokter," sahut Ale ikutan nyindir.
Anak kontrakan mendadak udah akrab aja sama Juan dalam 2 hari ini berkat Naren menjadi mediasi yang sempurna.
"Posesifnya gak ketolongan padahal milik juga bukan." Jidan ikut-ikutan nyindir.
"Udah? Nyindir guenya udah?" tanya Aga.
Haris ngakak. "Belom lah. Kapan lagi bisa nyindir elo, Ga, lengkap wishlist hidup gue," ledek Haris.
"Ita mana?" tanya Aga ke Jidan menghiraukan semua sindiran yang ia terima di depan muka tadi.
"Udah tidur. Demam dari kemarin," jawab Jidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alcohol, Cigarettes, You ✔
Fanfic[SUDAH TERBIT - link shopee on bio] Ada tiga hal yang bisa membuat kewarasan Sagara terjaga yaitu alkohol, rokok, dan Xena.