"Permisi, Mas..."
Seorang perempuan muncul di tengah-tengah temu sahabat yang disponsori oleh Naren dan Maya yang beranggotakan Naren, Maya, Juan, Aga dan Xena. Daerah Senopati menjadi tempat pertemuan mereka, tempatnya outdoor berhubung sepi dan tidak ada yang merokok jadi rasanya semua ini terasa sempurna. Terpaan angin, segelas kopi, milkshake khusus Xena, dan Barley Tea khusus Maya.
"Eh, iya?" sahut Maya.
Perempuan ini menawarkan rokok kepada Aga, Juan dan Naren.
"Rokoknya, Mas. Cobain ini rasa keluaran baru..." kata perempuan itu mencoba jurus-jurus marketing agar ada yang membeli.
Aga, Juan dan Naren saling tatap-tatapan mencoba dengan telepati untuk memutuskan siapa yang akan membeli.
Aga sudah berhenti, Naren juga karena Maya pun sedang hamil, Juan tidak merokok jika tidak ada yang merokok. Sehingga Xena mewakilkan mereka untuk menolak.
"Maaf, Mbak. Gak ada yang merokok-
"Satu deh, Mbak. Cobain," potong Aga.
Maya hampir menyembur, sedangkan Xena menatap Aga tidak percaya.
Setelah bertukar selembar seratus ribu dengan sebatang rokok, Aga tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. "Gapapa, gak usah kembali, Mbak," katanya ramah.
"Makasih ya, Mas. Semoga makin ganteng, makin kaya raya," ucap perempuan itu lalu pergi.
Aga menyimpan satu bungkus rokoknya itu di saku, lalu menatap empat orang lainnya tanpa rasa bersalah.
"Kamu kan udah gak ngerokok. Kenapa beli? Kenapa gak ditolak aja?" tanya Xena.
"Gak enak, Xen. Orang jualan harus dibantu biar sama-sama bagi rejeki," balas Aga. "Mbak-nya juga udah capek keliling pasti, sepatunya malah tinggi banget."
Xena menatap Aga makin tidak percaya. Katanya apa barusan? Xena tidak salah dengar, kan?
Sepertinya Aga kurang belajar dari pengalaman di mana perempuan yang sedang hamil itu emosinya jauh lebih labil daripada abege baru kenal cinta. Xena mendengus kesal dan menatap ke arah lain, kemana pun asalkan bukan ke arah Aga.
"May, aku boleh ikut kamu pulangnya?" tanya Xena.
Maya hampir nyembur, lagi, menatap Naren lalu Xena lalu Aga dan terakhir Juan secara bergantian. Maya tidak tahu harus bereaksi seperti apa, tapi sebagai sesama perempuan ia tahu Xena kenapa.
Pertama, cemburu karena yang jual perempuan pakai embel-embel mikirin mbak-nya yang capek keliling. Kedua, Aga beli rokok padahal cowok itu sudah tidak merokok. Ketiga, intinya Xena lagi mau ngambek aja.
Xena hampir jarang ngambek, malah bisa dihitung jauh lebih sering Aga sejak menikah. Tapi, hari ini rasanya ingin meluap-luapkan puncak emosinya ke Aga. Panggil Xena lebay, dia hanya tidak bisa menyembunyikan rasa kesal tidak berdasarnya ini. Wajar tidak sih dia rasanya kesal hanya mendengar Aga bernapas di sebelahnya saja?
Konon katanya, dulu waktu ibu-nya mengandung Jiel, ia juga tidak ingin melihat wajah almarhum ayah. Tidak ada alasan khusus apalagi kesalahan, hanya rasanya tidak ingin.
"Lho, kok sama Maya? Kan ada aku?" tanya Aga tidak terima.
"Aku gak mau pulang sama kamu."
"Kan pulangnya juga ke apartemen, Xena..."
Xena masih tidak menatap ke arah Aga. "Aku mau tidur di tempat mama aja hari ini," jawab Xena yakin.
Aga tidak tahu kenapa mood Xena berubah drastis. Menurutnya, masalah perempuan yang menawarkan rokok dan Aga yang hanya membeli rokok ini bukan inti masalahnya. Apa Aga ada salah sebelumnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Alcohol, Cigarettes, You ✔
Fanfiction[SUDAH TERBIT - link shopee on bio] Ada tiga hal yang bisa membuat kewarasan Sagara terjaga yaitu alkohol, rokok, dan Xena.