❀ part 15 ❀

1.8K 128 7
                                    

Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami (Allah) kamu dikembalikan.

_Q.S Al-Ankabut ayat 57_

✧༺ ℍ𝕒𝕡𝕡𝕪 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕚𝕟𝕘 ༻✧
❖❖❖

Suara pedagang dari mobil bak terbuka yang menjual jajanan bernama tahu bulat, membuat atensi Rizky teralihkan. Cowok itu menurunkan kaca jendela mobil, dan mengeluarkan setengah kepalanya ke arah luar, membuat Aulia dan Zahra memekik histeris. Dengan sekali lemparan, sebuah botol air mineral mendarat mulus di kepala cowok itu, Zahra-lah pelakunya.

"Apaan, sih, Kak Ara?! Sakit tau!" decaknya mengusap-usap kepalanya, dengan tujuan meredakan ngilu di bagian yang sakit.

"Itu kepala mau kena penggal kalau ada motor lewat terus nyerempet?!" Rizky memutar malas bola matanya, lalu kembali menatap mobil bak tahu bulat yang kebetulan mangkal tidak jauh dari mobil mereka.

"Kak Ira, Iky mau tahu bulat itu," adunya membuat atensi Humaira dan Zahra teralihkan.

"Ya beli, lah," jawab Humaira singkat, mendapat decakan kecil dari mulut Rizky. Cowok itu memutar otak demi mendapatkan ide bagaimana ia tidak keluar dari mobil, tetapi bisa menikmati jajanan kesukaannya.

"Muka Iky masih sakit, Kak," rengeknya dengan wajah memelas, serta rintihan kesakitan yang dibuat-buat.

"Yang sakit mukanya, kan, bukan tangan sama kakinya?" jawab Humaira membuat Rizky menghentikan rintihannya dan berdecak kesal.

"Iky sakit karena dipukul pacarnya Kak Ira, loh. Mau Iky laporin ke Khaul sama Khosuf?" Humaira melotot. Zean bukan pacarnya, bahkan gadis itu tidak mengenalnya. Hanya sekedar tahu nama cowok itu, tidak lebih.

Tidak ingin ada masalah terjadi karena suara sumbang dari sepupunya, gadis itu mengalah melangkahkan kaki menuju ke pedagang yang menjadi tujuan awalnya keluar dari mobil. Berkali-kali helaan napas keluar dari mulutnya karena ia harus bersabar menunggu lima belas menit agar jajanan itu sampai di tangannya. Terkadang, atensinya melirik pada mobil yang terparkir tak jauh darinya, takut jika benda besi itu hilang dari pandangannya.

"Ini tahu bulatnya. Ira beliin lima puluh ribu biar kamu puas. Inget, cowok itu bukan pacarnya Ira!"

Rizky terkekeh kecil, dengan senang menerima jajanan kesukaannya. Cowok itu mengannguk paham, dan memakan dengan lahap salah satu dari lima kantong plastik yang Humaira bawakan, tanpa lagi mempedulikan rasa ngilu yang menjalar di pipinya lagi. Gadis itu berdecak, lalu menyumpal telinga menggunakan earpohone, saat Zahra menertawai wajahnya yang masam. Takut kemalaman di jalan, Zahra memutuskan untuk melajukan mobilnya sebelum magrib datang.

Tidak terasa, kini mereka telah sampai di pekarangan rumah. Lima kantong plastik tahu bulat pun telah tandas, hanya menyisakan bekas plastik, dengan remahan-remahan bumbu yang kini telah teronggok di tempat sampah. Ketiganya memutuskan untuk keluar dari mobil, sesaat setelah Zahra memarkirkan mobilnya di garasi, sebelah mobil berwarna hitam milik Yusuf.

Ketiganya masuk ke dalam rumah, tidak lupa dengan mengucapkan salam. Kedatangan mereka disambut oleh seorang anak laki-laki yang berlari membawa dua buah kue di tangannya, disusul wanita paruh baya yang setengah berlari mengejar anak itu, takut terjatuh. Sudut bibir Humaira terangkat ke atas, lalu menekuk lututnya dan menyambut pelukan anak dari sepupunya. Diciumnya dengan gemas wajah mungil anak laki-laki itu hingga tertawa.

HUMAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang