❀ part 10 ❀

2.5K 232 20
                                    

Dan jika mereka berpaling maka ketahuilah bahwasannya Allah pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik penolong."

_Q.S Al-Anfal ayat 40_

✧༺ ℍ𝕒𝕡𝕡𝕪 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕚𝕟𝕘 ༻✧
❖❖❖

Suara deruman motor yang bersahut-sahutan meramaikan arena balap siang ini. Tawa dari beberapa anak Geng Darka yang tengah berkumpul di tengah-tengah arena balap dengan duduk di atas jok motor mereka masing-masing menambah kebisingan tempat itu.

Beberapa gadis berseragam ketat juga berada di sana untuk menyaksikan balapan. Entah mendukung Geng Darka, ataupun Geng Redline. Tiga di antaranya adalah Arini, Arum, dan Desti. Ketiganya berdiri sambil melipat kedua tangan di depan dada. Sesekali, mereka akan memperbaiki penampilan mereka dengan memoles bedak dan lipstik yang selalu mereka bawa ke mana pun.

Suara tawa anak-anak Geng Darka terhenti, digantikan oleh seringaian di wajah mereka saat segerombolan Geng Redline datang dengan motor sport merah mereka.

Bima yang awalnya duduk di atas jok motor langsung turun dan menyenderkan badannya di motornya. Cowok itu mengamati setiap pergerakan Zean, mulai dari saat cowok itu mematikan mesin motor, sampai melepaskan helm dan menyugar rambutnya.

"Gue kira ... Lo nggak bakalan dateng," ucap Bima sambil tersenyum sinis, membuat Zean terkekeh.

"Selama darah gue masih ngalir, why not?"

"Gimana rasanya masuk ke dalam kandang lawan tanpa adanya perlawanan? Gembira?"

"Biasa aja," jawab Zean santai sambil menyugar rambutnya yang sedikit gondrong ke belakang.

"Lo jangan seneng dulu, permainan belum dimulai," ujarnya sambil berjalan mendekati Zean. Atensi Zean menatap tangan Bima yang menepuk pundaknya, lalu melirik ke wajah Bima yang sejajar dengannya. Dengan kesal, Zean menepis tangan Bima dan mengusap pundaknya seperti mengusap noda di jaketnya.

"Gue nggak takut."

Bima mengendikkan bahunya acuh, lalu kembali duduk di atas motornya. Cowok itu mengeluarkan sebatang rokok dan korek pemantik api dari saku jaketnya.

Saat keduanya tengah diselimuti keheningan, tiba-tiba tamu tak diundang datang ke arah mereka dan memeluk kuat lengan kekar Zean.

"Hai, Sayang. Aku kangen tau," ucapnya manja membuat Zean geram. Cowok itu berusaha menyingkirkan Arini dari lengannya namun, gadis itu tak mau melepasnya.

"Ck, lepasin!"

"Aaaa, Sayang, kamu kenapa pindah sekolah, sih. Kan jadi kangen aku-nya."

"Itu urusan gue! Lepasin!"

"Nggak mau."

"Lo nggak usah jadi cewek murahan bisa nggak, sih?! Lepasin dia!" murka David sambil menatap garang Arini.

"Apaan, sih, lo! Ikut campur aja," sahutnya sinis membuat David menggeram marah.

"Gue ini abang lo!"

"Abang tiri aja belagu! Gue kalau bisa milih juga ogah jadi adek tiri lo!"

"Gue diemin lo karena gue masih hormatin lo sebagai adeknya David, ya! Sekarang, lepasin gue!" sentaknya membuat nyali Arini ciut. Meskipun demikian, Arini masih belum melepaskan pelukannya di tangan Zean.

"GUE BILANG LEPASIN, YA LEPASIN, ANJ**G!" teriaknya membuat Arini terpaksa melepaskan pelukannya. Gadis itu berjalan menjauh dengan menghentak-hentakkan kakinya di aspal.

HUMAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang