Bab 12: Buku Harian Sandi [Selesai]

8.2K 581 64
                                    

[ ARIS POV ]

Sempat aku berfikir kalo aku bakal dalam bahaya. Tapi ternyata tak seburuk itu, cowok yang mengobati lutut ku ini tersenyum padaku.

"Makanya kalo mau kabur kabarin aku!" kata Izzan yang melilitkan kain perban di lutut ku.

Aku cuma bisa tersenyum melihat tingkah nya. Biasanya dia yang selalu manja ke aku, sekarang gak ada salahnya aku yang manja ke dia.

"Zan?"

"Em!"

"Ambilin minum!"

"Iiiihhh manja eraaaamm...."

"Buruan ah."

Aku skip momen manja nya aku sama Izzan. Takut kalian malah jijik.

Ceritanya tadi Izzan yang nolongin aku dan membawa ku ke rumah yang sama sekali aku gak tau ini rumah siapa.
Izzan tak memberitahuku yang sebenarnya tapi yang pasti sekarang aku merasa sedikit lebih aman.

Tapi misi penculikan ku tadi gak akan berjalan lancar tanpa bantuan nya Om Aryo.

Iya. Om Aryo yang ternyata juga melancarkan aksi penculikan ku. Baru kali ini mungkin orang di culik malah seneng.

Om Aryo juga meyakinkan ku bahwa aku aman disini.

"Tenang Ris. Aku sama anak ku Izzan gak akan mencelakai mu. Justru kami akan melindungi mu disini."

"Iya Om."

Lama aku berpikir tentang rumah siapa sebenarnya ini. Tapi aku tak berani bertanya lebih. Takut malah menyinggung perasaan Om Aryo.

Kembali ke Izzan.

"Aku udah nungguin kamu dari sore di deket rumah mu. Ditelfon juga gak aktif."

"HP disita sama emak."

"Terus. Kok kamu bisa kabur? Gimana cara nya? Katanya di kurung di kamar."

Ucapan Izzan mengingatkan ku ke buku Diary nya bapak. Tapi tunggu sebentar, dimana buku itu?

Aku baru keingat saat Izzan menyekap ku, buku itu sempat terlepas dari genggaman ku. Ku cari buku itu di kanan kiri ku, walaupun aku tau itu sia sia.

"Cari apa?"

Aku tak mau bilang jujur ke Izzan, karena menurut ku itu Aib.
Tapi kemudian Izzan mengeluarkan buku itu dari belakang tubuh nya.

"Kamu cari ini kan?"

"Hah? Kenapa itu ada di kamu?"

"Hmm... Tadi jatoh pas aku culik kamu." jawab Izzan sambil mengerutkan dahi.

"Boleh aku minta itu?"

"Tentu saja!"

"Betewe.... Itu buku apa?"

Aku menggelengkan kepala karena memang aku ragu tentang isi dari buku diary ini.

"Gimana kalo kita baca bareng."

Hmm... Tawaran yang bagus. Tak baik kalo aku pendam rasa penasaran itu lebih lama. Izzan merapatkan tubuhnya padaku. Meyakinkan ku sekali lagi untuk membuka buku itu justru di halaman paling akhir.

****

20 Februari 2000

Memandang paras nya tak pernah sekalipun membuat ku bosan.
Jika saja setiap detik ku tanpa dia bisa di ulang, aku tak mau wajah nya berpaling dari hadapan ku.

Senyuman nya saja sudah mengisyaratkan bahwa dia milik ku. Mendengar suara nya pun aku seakan dia sedang berbisik di dekat ku dan memeluk ku.

Tak ada pria gagah selain dia yang mampu meluluhlantakkan pertahanan hati ku. Dialah lelaki ku.

Pemuda Pesisir Selatan [ BxB ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang