CHAPTER 25

9.5K 477 7
                                    

🌚🌚🌚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌚🌚🌚

CHAPTER 25

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 25

17+ Kissing scene

Kelima sejoli cowok ini sedang berkumpul di basecame mereka. Dengan berbagai macam botol berisi minuman alkohol berjejer rapi di atas meja. Night party katanya. Menghilangkan penat dari tugas sekolah yang membelenggu dan kenyataan dunia yang begitu kejam. Allrad sudah meneguk 3 gelas alkohol berkadar tinggi, ia sudah mabuk berat. Anrez, Galen dan Alger masing masing sudah merasa sangat pusing. Mulut yang meracau tidak jelas dan gestur tubuh yang bergerak aneh.

Hanya tersisa Savian, lelaki berbaju hitam itu menggelengkan kepalanya melihat sang teman. Savian tidak menyukai minuman keras, pelampiasan terbaiknya cuman sebatang rokok. Orang tuanya tidak melarang memang, mereka seolah mengerti perbuatan para remaja yang baru akan tumbuh dewasa. Papanya hanya mengingatkan bahwa minuman yang sepeeti itu tidak baik untuk kesehatan, jika bukan sekarang maka 20 tahun yang akan datang pasti terlihat dampaknya.

Sepertinya lelaki itu akan bermalam disini, menjaga para teman brengseknya agar tidak berbuat macam macam. Saat sibuk memperhatikan semuanya, tiba tiba Allrad berdiri dari duduk. Dengan tubuh yang sempoyongan, lelaki berambut acak acak'an itu mengambil jaket dan kunci motor. "Mau kemana?"

Allrad menoleh ke arah Savian. "Lah kok ada lo?"

Savian berdecak kecil kemudian menghela napas, meladeni orang yang mabuk akan sangat melelahkan. "Gue nanya, nggak usah balik nanya."

"Lo –"

"Lo lucu Vian. Gue mau pulang, jaga rumah mama," jawabnya lalu melihat pergelangan tangan yang terlampir jam tangan.

"Om Wira?"

"Dia pergi Vi, jauuuhhh."

Savian mendelik sinis. "Nggak usah panggil gue 'Vi goblok!"

Kekehan kecil keluar dari mulut Allrad. Cowok itu menggelengkan dan menepuk kepalanya menghilangkan rasa pening. Kesadarannya masih tersisa namun rasa pusing begitu terasa. Allrad melengos dari sana meninggalkan Savian yang mengherdikkan bahu acuh. Ia ingin melarang dan memarahi Allrad, namun sedang malas berbicara panjang lebar.

ALLRAD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang