CHAPTER 43
Setelah pertemuan mereka malam itu, Allrad seakan hilang begitu saja. Lelaki itu tidak menghubungi Ayla, bahkan ia tidak masuk sekolah dari kemarin. Saat Ayla bertanya kepada teman-temannya, mereka juga tidak tahu dimana keberadaan sang ketua.
Helaan napas terdengar di telinga Ages, yang saat ini berada di samping gadis dengan raut wajah khawatir ini. "Lo kenapa? Dari tadi kayak gelisah banget."
"Gimana gue nggak gelisah. Kak Allrad nggak dari kabar dari dua hari yang lalu," gerutu Ayla. Tangannya tak henti mengaduk mangkuk bakso yang ada di hadapannya. Seolah tidak mempunyai nafsu untuk melahap satu sendok pun.
Ages hanya menggelengkan kepalanya heran. Allrad itu sudah besar, pasti ia bisa menjaga dirinya sendiri bukan? Lalu untuk apa Ayla sebegitu mengkhawatirkan Allrad sekarang.
"Nanti juga bakal balik Bil, jangan lebay gitu lah." Tanpa sadar perkataan Ages mengundang tatapan ketidaksukaan dari Ayla.
Apa salahnya ia mencemaskan kekasihnya? itu hal yang wajar. Lagi pula Allrad tidak seperti yang orang-orang pikirkan. Hidup tanpa kasih sayang orang tua sangatlah berat, Ayla sendiri merasakan itu. Tetapi ia bersyukur masih bisa bertemu mamanya walaupun Vio tidak terlalu memperdulikannya.
"Lo nggak bakal ngerti, Ges. Udah lah gue mau ke kelas!"
Lelaki bernama Khages itu tersenyum kecut. Ia memang sudah di kalahkan oleh Allrad. Harusnya Ages sadar, ia tidak akan pernah menang jika berhubungan dengan hati gadis itu. Ayla, sudah berubah semenjak mengenal cintanya.
"Gue juga nggak nampakin diri ke lo beberapa hari, tapi lo keliatan biasa aja, Ay."
"Gimana nanti kalo gue ninggalin lo selamanya?"
"Kemana cewek mobil gue yang dulu?"
Hanya Ages yang bisa mendengar gumaman itu. Nyatanya, bukan ia yang menjauh. Tapi Ayla yang perlahan melupakan keberadaannya.
oOo
Setelah berdebat dengan Ages tadi, Ayla pergi ke perpustakaan untuk menjernihkan pikirannya. Ia tidak boleh menyakiti siapa pun atas perkataannya. Ayla harus memahami kedua lelaki tersebut. Allrad dan Ages memang sangat bertolak belakang. Alhasil Ayla terkadang bingung harus bagaimana menyikapinya.
Di tengah benang kusut yang seolah memutar di kepala cantiknya, Ayla mendengar suara gaduh dari arah belakang. Gadis itu menelan saliva nya susah, pasalnya saat memasuki ruangan ini hanya dirinya yang ada. Bahkan petugas yang menjaga, menitipkannya sebentar kepada Ayla karena beliau ingin ke toilet.
Oh, ayolah! Jangan lupakan bahwa gadis tersebut terlalu penakut dengan hal ghaib. Bagaimana jika suara tersebut berasal dari sosok penjaga dunia lain yang berada disekitarnya sekarang.
Rasa khawatir dan kesal tadi tergantikan dengan rasa penasaran dan takut. Ia ingin memeriksa area rak buku belakang tapi tidak mempunyai nyali yang sebegitu besar.
"Arghh sialan!" desisan terdengar begitu samar. Dan kini Ayla bernafas lega, setidaknya 'itu' adalah manusia.
Ayla melangkahkan kakinya mendekat ke arah suara tadi. Ia sedikit terkejut saat melihat Adna lah yang tadi ia kira sebagai hantu. Lelaki itu mengusak kasar rambutnya, sangat terlihat seperti orang stres yang nyaris gila.
Dehaman singkat sebagai sapaan pertama kali dari gadis itu membuat Adna menoleh. "Nggak usah ganggu."
Ayla berdecih sinis. Adna memang memiliki tingkat percaya diri yang sangat tinggi. "Nggak ada yang mau ganggu lo juga. Suara sama gerakan tubuh lo berisik, ini perpus bukan rumah lo."
Setelah mengatakan itu, Ayla berbalik badan lalu memutuskan untuk menunggu penjaga kembali di luar saja. Tetapi otak mungilnya baru menyadari, siapa tau Adna mengetahui dimana keberadaan Allrad. Setidaknya memastikan apakah kekasihnya itu baik baik saja atau tidak.
"Eh ngomong-ngomong gue mau nanya dong!" serunya sok asik. Padahal tadi Ayla terlihat sekali begitu sinisnya pada Adna.
Satu alis lelaki itu terangkat.
"Emm lo tau nggak di mana kak Allrad,"
Adna malah mendatarkan mimik wajahnya sebelum menjawab pertanyaan tersebut. "Nggak."
Mengangguk anggukkan kepala selayaknya orang bodoh yang mempercayai perkataan Adna, Ayla kembali bertanya. "Kalau gitu keadaan dia baik-baik aja kan?"
Desisan malas sebagai jawaban dari pertanyaan kedua. "Kalo lo cuman mau nanya soal Allrad, gue nggak tau dan nggak peduli. Mending sekarang lo pergi deh!"
"Kak Allrad itu saudara lo," ujar Ayla lirih.
"Tiri!"
"Tapi sama aja harusnya lo sedikit aja ngertiin posi —"
"Buat apa ngertiin posisi orang yang nggak bisa ngehargain orang lain. Manusia kayak Allrad nggak pantes buat di khawatirin. Sampah!"
Ayla menghela napas, apakah ia harus meluruskan masalah kedua orang ini?
"Gue tau dia emang udah keterlaluan. Dia ngaku kalau dia salah karna udah ngomong hal yang nggak pantes ke nyokap lo."
Adna memutar bola matanya malas. "Basi!"
"Kak Allrad cuman belum bisa nerima keadaan. Dia yang biasanya berdua sama bokapnya sekarang harus berusaha terbiasa dengan nyokap lo bahkan lo juga. Kak Allrad pasti bakal berubah, gue yakin!" Ucap Ayla semangat.
"Allrad bukan belum bisa nerima. Tapi dia takut posisi nyokapnya tergantiin sama nyokap gue. Lo pikir gue terbiasa sama bokap dia? Sama dia yang kasar kayak iblis gitu?"
"Lo pikir gue mau punya bokap? Kalo waktu itu gue cegah nyokap gue nikah lagi. Mungkin kami berdua masih jadi keluarga kecil yang harmonis. Gue nggak denger suara orang yang dengan kurang ajarnya ngehina nyokap gue apalagi sampai denger dia nangis."
"Allrad, cowok lo itu terlalu egois. Dia selalu pengen di ngertiin tanpa ngeliat situasi di sekitar dia. Dia cuma mau di jadiin nomor satu. Allrad itu orang serakah yang nggak nerima kalo ada hal yang lebih di atas dia."
Setelah mengeluarkan unek-unek yang ia simpan. Adna berlalu begitu saja meninggalkan Ayla yang masih bergeming.
Ternyata, ia belum bisa lagi memahami pemikiran dua orang yang berbeda sekaligus.
300 vote 50 komen bisa ngga? uhuyy 😰😰
kalian mau naik kapal yang mana niehh???? 🤪🤪🤪
jangan lupa mampir ke cerita aku yang satunya yappsss
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLRAD
Teen Fiction[ WARNING ! ] ⚠️ Harsh words, hug, alcohol, kisses addicted FOLLOW MY ACOUNT BEFORE YOU READ MY STORY! Allrad Kenneth Hilary sang ketua dari geng VAGORIZER. Urakan, tawuran, dan selalu membuat masalah adalah ciri khas nya. Hidup nya tidak hanya sese...