CHAPTER 40

8.3K 417 50
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 40

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 40

Seorang gadis menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan. Sudah lima menit yang lalu bel pulang sekolah berbunyi tetapi guru matematika ini tak kunjung keluar. Ayla mendesah malas, kepalanya sudah pusing dan tidak fokus lagi. Jadi percuma saja guru tersebut masih senantiasa menjelaskan materi. Walaupun Ayla siswi yang pintar, ia juga memiliki rasa bosan.

Senggolan dari samping membuat Ayla mendongak lalu menatap Ages. Rambutnya yang menutupi setengah wajah membuat gadis itu terlihat berantakan. "Apa!" ketus Ayla kepada Ages.

Ages memperagakan kepalanya seperti menunjuk kearah pintu. Ayla mengikuti pandangan Ages dan ternyata Allrad berada di sana sembari menyender di dinding.

"Baik anak anak sampai sini dulu pelajaran hari ini. Sampai bertemu lusa!" sapaan terakhir dari guru tersebut.

Ayla buru buru memasukkan peralatan sekolahnya kedalam tas.

"Ages gue pulang duluan udah di tungguin kak Allrad. Gue mau main kerumah lo ya nanti, Dadah." Ayla mengatakan itu sambil berjalan mundur, walaupun masih menatapnya saat berbicara tadi tapi tak biasa sahabatnya itu ingin pulang terburu buru.

"Udah lama kak?" tanya Ayla saat sudah ada di hadapan Allrad. Lelaki itu mengangguk.

"Tungguin di mobil aja coba, suka banget berdiri disini!" sindir Ayla.

Allrad menghela napasnya sabar. Bagaimana ia bisa menunggu di mobil jika kuncinya saja ada pada gadisnya itu. "Kuncinya di lo! sini cepet," pintanya sinis.

Ayla baru teringat tak lama ia cengengesan tidak jelas, ia merogoh saku tasnya lalu memberikan kunci itu kepada Allrad.

Allrad berlenggang pergi mendahuluin Ayla. Lelaki ini memang tidak bisa bersikap romantis! Ayla pasrah mengikuti dari belakang. Ayla memegang ujung seragam Allrad yang terkeluar dari celananya. Entah mengapa langkah Allrad begitu cepat membuat ia sulit mengimbangi.

Keduanya terlihat seperti pasangat serasi.

"Laper nggak?" tanya Allrad

Ayla mengangguk, perutnya terasa lapar karena energinya di serap habis oleh pelajaran terakhir -- matematika.

ALLRAD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang