Chapter 13

3K 289 10
                                    

Malam semakin larut dan Jaehyun harus segera pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam semakin larut dan Jaehyun harus segera pulang. Namun entah kenapa rasanya berat untuk melangkah keluar rumah si lelaki cantik. Rasanya ia ingin tetap tinggal disana. Kalau bisa untuk selamanya...

Tapi... Ia harus pergi.

"Jadi, apa aku dan anak-anak akan baik-baik saja, jika tetap tinggal disini?" Tanya Taeyong ketika mengantar Jaehyun ke mobil. "Aku rasa aku harus pindah..."

"Tenang saja Taeyong-ssi, aku jamin hal seperti kemarin tidak akan terjadi lagi. Kalian bisa hidup normal seperti semula..." Jawab Jaehyun.

Taeyong tersenyum. "Aku tidak menyangka kalau suamiku masih menjalankan tugas. Aku pikir dia pensiun dini."

Jaehyun tersenyum sambil memandang Taeyong sendu.

"Kalau begitu, aku pamit." Ucap Jaehyun. "Selamat malam, Taeyong..."

Taeyong mengangguk pelan.

Dan lagi... Rasa tidak rela muncul di benak Jaehyun. Jika ia masuk ke mobil saat itu dan pergi, maka malam itu adalah malam terakhir ia bertemu dengan sang pujaan hati.

"Jika aku 'pergi', tolong jaga keluargaku... Kau mau kan? Aku percaya padamu..."

Jaehyun tidak menjawab. Matanya tertuju pada satu titik random di hadapannya.

"Aku tahu kau menyukai istriku..." Ucap Donghae santai.

"Huh?! A-apa?" Jaehyun gelagapan.

"Dari caramu memandang Taeyong... Aku tebak, kau jatuh cinta padanya."

"A-apa? Ti-tidak! Haha! Tidak mungkin!" Jaehyun masih mengelak.

Donghae hanya tersenyum melihat Jaehyun yang salah tingkah. Sungguh pemandangan yang langka.

Tiba-tiba!

"Daddy!"

Mark dan Jeno kecil berlari menghampiri Donghae diikuti Taeyong dari belakang.

"Sayang." Sapa si lelaki cantik.

Melihat itu, Jaehyun menurunkan sedikit topi cap hitamnya untuk menyembunyikan wajah. Tidak lupa menaikan maskernya yang juga berwarna hitam.

"Sayang, ini Jeffrey." Ucap Donghae memperkenalkan Jaehyun pada Taeyong. "Dia anggotaku sebelum aku pensiun."

"Ah begitu ya..." Taeyong melirik Jaehyun penuh curiga.

"Dia sedang mengunjungiku." Lanjutnya.

Taeyong mengangguk canggung. Pasalnya, Jaehyun tidak merespon dan tidak menampakkan wajahnya. Bagaimana bisa ia mengenali wajah pria itu? Lelaki cantik itu sampai bingung mau menyapa.

"Jae?"

"Huh?"

"Kenapa menatapku seperti itu?" Tanya Taeyong heran.

"Ma-maafkan aku."

"Tidak apa-apa..."

Suasana berubah canggung.

Ayolah Jae! Be a man!

"Taeyong-ssi..."

"Hmm?"

Taeyong terus memandangi Jaehyun, menunggu pria itu melanjutkan bicaranya.

Jaehyun pun ikut menatap Taeyong, lurus ke mata bulat si lelaki cantik.

Tanpa sadar, tatapannya turun ke bibir Taeyong dan kembali ke matanya. Jantungnya mendadak berdegup kencang dan tanpa sadar, pria dominan itu mendekati Taeyong perlahan...

Taeyong melihat ada sedikit tegangan sensual dari cara Jaehyun memandangnya. Lelaki cantik itu pun mulai terbuai. Wajah Jaehyun yang tampan dan tegas, bibirnya yang tebal, senyumnya yang menawan, tidak lupa lesung pipi yang entah sejak kapan disukainya...

Wajah keduanya semakin mendekat, jarak semakin terkikis dan...

"Ekhem!"

Jaehyun memundurkan wajah dan tubuhnya, menjauhi Taeyong. Si lelaki cantik pun ikut tersadar.

"Aku... Pamit." Ucap Jaehyun sambil buru-buru kembali ke mobil, membuka pintu kemudi dan...

"Selamat malam."

Taeyong tidak menjawab. Ia cukup terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

Jaehyun pun tidak menunggu respon si lelaki cantik. Ia lebih memilih masuk, menutup pintu dan tancap gas, meninggalkan lelaki yang ia puja selama ini...

Nggak ada gunanya! Kalo ujung-ujungnya gue pergi ngapain diterusin?

End. More in bonus chapter

The Nanny | JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang