[04] ATLIT LARI.

225 43 0
                                    

Sejak hari itu Kiran mulai mencari tahu siap cowok itu.

Karena Hana tidak ada, Kiran bertanya kepada ketua kelas tentang cowok itu.

Kiran mungkin bakal banyak mendapatkan informasi yang jelas.

"Dia satu angkatan sama kita loh, masak gak tau?" jawab ketua kelas itu dari semua pertanyaan yang Kiran lontarkan kepadanya.

Kiran mangut mangut mencoba paham.
"Kok aku baru tau yah."

"Kamu sih, tiap di kelas enggak memperhatikan sekitar, aku jadi curiga jangan-jangan kamu juga gak tau lagi nama ketua kelas kamu sendiri yang paling ganteng ini!"

Kiran menyengir lebar. Dirinya memang tidak tahu sih.

"Hehe, maaf." ucap Kiran menunduk.

Ketua kelas itu cuma geleng geleng kepala.

"Oh yah, btw nama dia siapa?" Tanya Kiran.

"Yoga, namanya Yoga."

"Yoga? Aaa menarik."

"Dia atlet lari sekolah kita tahu!" Ketua kelas itu memberitahu.

Kiran beroria.
"Oalah, pantes kemaren aku lihat bajunya basah, aku pikir kenak bully dia di sekolah ini."

Ketua kelas itu menggeleng.
"Yoga tuh jarang bersosialisasi, anaknya pendiem banget pokoknya."

"Yah, bisa di lihat dari wajahnya sih!" Kiran mengingat gimana raut wajah Yoga waktu itu.

Ketua kelas kembali mengangguk.
"Iya, satu lagi. Yoga sering terlambat dan juga sering tidak mengerjakan pr, walau begitu ada sisi baik dari dia, dia atlet lari kebanggaan sekolah kita dan juga dia selalu tampil rapi setiap ke sekolah, tutur bahasanya juga bagus kalo di tegur guru, yah walau Yoga itu enggak pinter banget anaknya."

Kiran diam sekarang, ia menyimak ketua kelasnya itu ya yang berbicara.

"Oh yah, kamu tau ini semua dari mana? Kamu deket sama dia?" Tanya Kiran lebih detail.

Ketua kelas itu menggeleng.
"Tidak, aku tau sebatas saja, kehidupannya aku juga tidak terlalu tau." jawabnya sembari mengangkat bahu.

"Kenapa? Kamu gak mau temenan sama dia kah? Temenan dong, aku lihat dia gak punya temen tau." kesal Kiran.

Ketua kelas menghela napasnya.
"Aku udah pernah ajak dia main, tapi dia diem mulu, jadinya aku ngerasa cuma jadi sesuatu enggak berati bagi dia, lagian bisa di lihat dia itu enggak asik, males ahh temanan sama anak yang kayak gitu."

Kiran cuma diam tidak berani membantah.

"Kalo kamu mau tau semua tentang dia, deketin aja anaknya. Sapa tau gara gara kamu anaknya jadi bisa bersosialisasi seperti murid murid yang lain."

Ucapan itu membuat Kiran menjadi tertantang. Itu adalah ide yang sangat brilian bukan.

"Ohh, baiklah, akan ku rubah sedikit hidupnya." Kiran tersemyum miring.

***

Kiran yang sendari tadi berada di kelas itu mengerutu sebal.

"Duh, mana sih dia? Masak iya dia bolos." Kiran menoleh ke belakang menatap tajam ke arah bangku pojok sendiri.

Ada tas hitam di sana.

"Ada tasnya, tapi orangnya gak ada, duh capek deh."

"Kiran lihat apa?"

Kiran mendongak melihat siapa orang yang menyapanya barusan.

"Oh, enggak kok. Gak lihat apa apa, hehe." Kiran mengubah posisinya lagi menghadap depan.

Gadis yang menyapa Kiran itu menyengir lebar.

"Nyari Yoga yah kamu?" gadis itu menunjuk Kiran.

Kiran melotot tidak percaya. Bagaimana dia bisa tau?

"Dari tadi lihatin bangku dia mulu, mau aku kasih tau gaak?"

Kiran menatap gadis itu tajam, dagunya mengangguk membuat gadis yang tadinya menyapa Kiran itu tersenyum lebar.

Tembakannya tepat sekalih.

"Yoga biasanya lagi latian lari, kalo jam kosong kayak gini selalu deh dia ke kelapangan."

Kiran sekali lagi mengangguk.

"Ohh, jadi dia bener atlit lari?" Tanya Kiran.

Gadis itu mengangguk.
"Iyap, bisa di bilang seperti itu."

"Emangnya kamu baru tau ya?" Tanyannya balik.

Kiran tersenyum kecut.

"Haduh Kiran Kiran, ya udah deh mending kamu ke lapangan sekarang, mungkin dia masih lari lari di sana."

Kiran beranjak berdiri.
"Baiklah, aku mau ke sana, bay makasih informasinya."

Kiran berlari keluar kelas meninggalkan gadis itu.

Entah kenapa kaki Kiran terus saja melangkah, bahkan Kiran tidak sadar akan hal itu kalau dia hendak ingin menghampiri Yoga yang katanya atlit lari.

Kiran berhenti saat sudah sampai di depan lapangan sepak bola, di sini sangat ramai karena jam pelajaran tidak di adakan.

Kiran melihat sekelilingnya tidak menemukan Yoga.

"Duh mana sih anaknya?" Kiran melangkah melihat sekitar namun Yoga tidak kunjung ia temukan.

Kiran menyipitkan matanya lagi. Ia menutup mulutnya kaget.

"Akhirnya ketemu."

Kali ini Kiran melihat Yoga yang tengah terduduk di bawah pohon mangga di pinggir lapangan. Yoga berselenden pada pohon mangga itu.

Tanpa pikir panjang Kiran langsung menghampirinya.

Sampai beberapa langkah lagi, Kiran menghentikan langkahnya, Yoga yang memakai baju olahraga sekolahnya itu tengah memejamkan matanya di bawah pohon rindang itu.

Kiran tersenyum melihat wajah tenang Yoga yang sedikit memikatnya itu.

Dirinya baru sadar kalau di kelasnya ada sosok seperti pangeran tampan sepertinya. Duh dari mana saja Kiran selama ini?

"Aduh kok manis banget sih dia." Kiran mengigit jarinya gemas.

Kiran melangkah lagi untuk menghampiri Yoga.

Kedatangan Kiran tidak membuat Yoga terganggu. Ia masih memejamkan matanya membuat Kiran langsung duduk di samping Yoga yang tengah berselenden di pohon dengan mata yang terpejam.

Kiran menjatuhkan pandangannya ke bawah. Di lihatnya Yoga tengah menggenggam tangannya kuat. Kiran beralih ke wajah Yoga.

Banyak yang ganjal di sini. Banyak yang ingin Kiran tanyakan kepada Yoga namun melihat Yoga tertidur seperti ini membuat Kiran tidak tega membangunkannya.

Kiran mengembuskan napasnya. Ia tersenyum tipis melihat Yoga lagi. Rasanya menatap yoga membuat Kiran menjadi lebih rileks dan tenang.

Kiran memang tidak terlalu memperdulikan sekitar, bahkan temen sekelasnya pun dia hanya mengenal Hana seorang. Sampai Kiran mengabaikan seseorang yang mungkin akan mengubah hidup Kiran ini. Ahh mungkin!

To be continued

BERSAMAMU✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang