[11] GAK BOLEH PULANG.

128 22 0
                                    

Pelajaran selesai begitu capat, waktu berjalan begitu saja sampai bel pulang sekolah. Tidak ada yang Kiran lakukan selama di sekolah. Namun kali ini dirinya akan melakukan sesuatu.

"Tunggu!" Kiran bersedekap dada di depan meja Yoga.

Yoga yang hendak berdiri untuk pulang itu mendongak ke atas.

"Ada apa? Aku mau pulang."

"Kamu pikir aku bakal lengah sekarang? kamu tau gak sih, kali ini aku enggak akan biarin kamu lolos begitu saja."

Yoga mengangkat satu alisnya binggung. "Ngomong apa sih?"

Kiran menghela napasnya.
"Aku mau tanya sama kamu."

"Aku enggak ada waktu buat jawab pertanyaan kamu."

"Tapi aku butuh jawaban sekarang." Kiran memaksa.

Yoga mengkerutkan dahinya tidak percaya.

Kiran menatap Yoga lekat.
"Yoga, aku tanya sama kamu. Kamu kenapa? Kamu ada masalah? Tau gak sih aku lihat kamu sendirian mulu enggak ada temen, aku pikir kamu itu di bully tau, eh taunya kamu sendiri yang tidak mau berteman dengan siapa pun."

Yoga diam dengan wajah datarnya.

"Yoga, cerita dong, kamu kenapa? Ada masalah yang serius?"

"Kalo aku cerita, apa itu akan mengubah semuanya?" Tanya Yoga.

"Yah setidaknya semua tidak rumit, aku tau masalah kamu, dan aku bisa bantu kamu untuk selesai in itu. Masalah selesai."

Yoga geleng geleng.
"Aku tau niat kamu baik, tapi maaf aku enggak mau berhubungan dengan seseorang sekarang."

Yoga hendak melangkah pergi namun Kiran langsung menarik lengan Yoga untuk jangan pergi.

"Di lihat dari cara mu berbicara, berarti bener kamu sedang tidak baik baik saja, mana orang yang mau sendirian kecuali kalau ada alasannya."

Yoga tiba tiba tersenyum membuat Kiran sedikit mematung karena kaget.
Ini kali pertama dirinya melihat Yoga tersenyum, indah.

"Makasih, aku memang ada alasannya tapi apa pun itu kamu enggak bisa cari solusinya, dan aku enggak mau melibatkanmu dengan urusan hidup ku ini." Yoga tersenyum lagi. Ia meraih tangan Kiran dan melapaskan cengkraman itu.

"Tolong jangan berbuat masalah hanya demi diriku, aku tau aku kelihatan menyedihkan kalau sendirian, tapi aku sudah terbiasa dengan hal itu." Yoga mengehela napas sebentar.

"Tapi sampai kau tiba tiba menyadari kesendirian ku, semua berubah tau gak."

"Hidup aku enggak tenang, setiap malam aku harus ketakutan karena kau memperdulikan diriku, aku takut."

Kiran diam, entah kenapa mulutnya tidak bisa terbuka.

Yoga menghela napasnya.
"Ahhh sepertinya aku harus cari cara agar dirimu tidak melihat ku lagi."

"Kenapa gitu?" Tanya Kiran dengan mata yang terus menatap cowok itu.

Yoga tertunduk.
"Gapapa kok. Cuma..... plis jauhin aku ya, aku bener bener gak papa kalau harus sendirian. Demi kebaikan diriku dan dirimu."

***

Kiran melangkah pelan menuju gerbang sekolah. Setalah beberapa saat tadi ia melepaskan Yoga.

"Kiran, yuhuuu!"

Kiran menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke arah samping. Di lihatnya Romeo dan Neta di sana.

"Kiran sini, kita makan cilok mumpung di traktir sama bule indo."

Romeo yang tengah duduk di kursi panjang di samping Neta itu menoleh ke arahnya.

"Gak ada julukan yang lain apa kalo mangil? gak enak banget di denger tau."

Neta tersenyum.
"Tapi aku suka manggil gitu hehhe."

Kiran sembari besedap dada menghampiri keduanya.
Di samping mereka duduk ada satu gerobak yang memang sudah lama berdagang di sana.

Neta tiba tiba bergeser sedikit mendekat ke arah Romeo.

"Kiran, sini duduk sini." Neta menepuk tempat kosong di sampingnya.

Romeo melotot.
"Dih sempit hey, geser dong."

Neta mantap Romeo.
"Dih bule indo, Kiran mau duduk juga tau."

"Dia gak mau duduk ya, lihat aja gelagat dia." Romeo menujuk Kiran dengan tatapan matanya.

Neta menatap Kiran.
"Kiran ada apa? Tadi aku lihat kamu lagi ngomong sama Yoga di kelas."

"Kamu ngomong apa sama dia?" Sela Romeo.

Kiran geleng  geleng.
"Aku paksa dia ngomong tadi."

"Dih, pemaksaan." Romeo membulatkan matanya.

"Kamu paksa dia ngomong apa Kiran? Kenya kamu kesel banget deh." tanya Neta lagi.

Kiran menghela napasnya.
"Aku enggak kesel, cuma aneh aja. Aku tadi paksa dia ngomong alasan dia tidak mau berteman dengan orang tuh kenapa."

"Terus dia jawab apa?" Tanya Romeo.

"Yoga bilang memang ada alasannya."

Neta sopontan menutup mulutnya.
"Ya ampun kasian banget pasti Yoga."

Kiran menghela napasnya.
"Masalahnya dia gak mau kasih tau, dia bilang gak mau libatin kita semua dalam masalahnya."

Romeo geleng geleng kepala.
"Gak bisa di biarin sih ini, nanti atau besok lah aku coba ngomong sama dia"

Kiran mendadak tersenyum.
"Ide bagus, bule indo."

"Ck, gitu aja teros."

***

Kiran sudah sampai di dalam rumah tepatnya kini ia sudah berada di kamarnya.

Rutinitas Kiran setiap sampai di kamarnya adalah kaca.

Saat sedang asik bercermin mendadak dirinya teringat kembali kejadian di perpustakaan.

Kiran diam. Ia tidak tau harus berbuat apa, Kiran mau melupakan kejadian itu semua.

Tapi mengingat wanita itu berkata akan mengabulkan permohonan sedikit membuat Kiran goyah akan pendiriannya.

"Sabi kali ya mintak satu planet pribadi buat di tinggalin."

To be continued

BERSAMAMU✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang