Kiran berjalan di koridor kelas sembari melirik ke sana kemari, tidak ada orang di sana.
Hanya Kiran sendiri, dan kak Nay yang hanya bisa ia lihat.
"Kita bisa berpisah di sini kalo kak Nay mau mencari anak itu." Kiran berhenti.
"Tidak masalah lagian kelas kelas masih sepi, aku mau ikut kamu aja kiran."
Kiran cuma mengangguk dan melanjutkan perjalanan. Tidak banyak yang mereka bicarakan saat berjalan di koridor kelas.
Kini sampailah mereka di depan kelas Kiran. Kiran membuka kelas itu, sudah ada petugas yang membuka pintu. Jadi para murid tidak perlu menunggu lagi.
Kiran duduk di bangkunya sesekali melirik bangku Yoga yang masih kosong.
Apa yang ia tidak ketahui tentang Yoga? Dirinya memang orang asing tapi tidak bisa kah Yoga berbagai masalahnya kepada Kiran?
Kak Nay melihat gerak gerik Kiran.
"Kenapa? Kamu lihat bangku siapa?" Kak Nay menoleh ke arah pandang Kiran.Kiran kembali menatap ke depan.
"Oh ya, kamu bisa baca pikiran orang?"Kak Nay terdiam sebentar.
"Tunggu? Apa kamu bilang? Baca pikiran orang?"Kiran mengangguk.
Kak Nay yang masih berdiri itu bersedekap dada.
"Kamu mau aku melakukan itu?""Iya, kalo kamu memang bisa."
Kak Nay diam lagi, dia menatap Kiran curiga.
"Kamu mau ngapain?""Baca pikiran orang, aku mau tahu ap..."
"Itu termasuk kriminal gak sih?"
Kiran terdiam.
"Apanya yang kriminal? Aku cuma mau tau saja kok masalah apa saja yang di tanggung temen aku ini.""Apa itu termasuk permohonan mu?" Tanya kak Nay dingin.
Kiran diam sejenak dan langsung mengangguk.
"Kalo kamu memang bisa tolong bantu aku, aku hanya ingin tahu apa masalah dia, dan aku bisa membantunya untuk menyelesaikan masalah itu."Kak Nay sedikit ingin menolak, membaca pikiran orang itu sedikit tidak sopan.
Ia memang memiliki kemampuannya itu, tapi sudah lama sejak ia di kurung dalam buku ia tidak mengunakan kekuatan itu, salah satunya karena ia jarang bertemu dengan orang.
"Kumohon, yaa, anaknya gak mau cerita, jadi jalan satu satunya adalah dirimu membaca pikirannya." Kiran memaksa.
"Kalo anak itu enggak mau cerita, ya sudah lah."
"Kamu emang gak ngerti, aku ini osis tau, aku lihat dia selalu sendirian, dia kesepian, dia ingin sekalih melupakan semuanya, tapi dia tidak punya tempat."
Kak Nay terdiam mendengar penjelasan Kiran.
"Kumohon, ini adalah permintaan ku, kamu hanya baca pikirannya saja, apa pun nanti yang kamu lihat atau dengarbtolong ceritakan kepada ku, aku enggak tau cara ini bener atau salah, tapi aku enggak punya pilihan."
Kak Nay menghela napasnya.
"Apa alasan mu ingin mengetahui semua masalah dia?""Karena...." Kiran menggigit bibirnya takut salah bicara.
"Karena apa?" Desak kak Nay.
Pipi Kiran memerah membuat kak Nay mengkerutkan dahinya binggung.
"Aku cuma pengen deket sama dia, dia terlihat menutup diri." kata Kiran sembari tertunduk.
Kak Nay tidak mengerti tapi ia tahu maksud Kiran.
"Dasar anak muda."
Kiran mengangkat kepalanya.
"Kamu mau melakukannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSAMAMU✓
Fanfiction[Complete]✓ Kiran pada awalnya hanya penasaran dengan sosok Yoga yang suka menyendiri. Hal itu membuat dirinya mencari tau alasan Yoga yang enggan bersosialisasi dengan teman sepantarannya. ©Maret2022