6. Jingga

354 54 5
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN KOMEN SEBELUM MEMBACA/SESUDAH☁️

1 VOTE DAN 1 KOMEN DARI KALIAN BUAT AKU SEMANGAT UPDATE ☁️

Yang silent readers ada masalah apa sih bestie hm? Gemes deh skskksns













"Definisi bucin tolol ya Biru," sindir Langit.

"Setuju. Jelas-jelas ada CCTV malah nuduh Jingga duluan, ujung-ujungnya apa? Salah paham kan," ucap Angkasa.

"Gimana Biru? Udah minta maaf lo?" tanya Langit.

"Dia bolos," jawab Biru.

"Itu juga karena lo, walau kita sahabat an tapi gue dan Angkasa tidak membenarkan perlakuan lo tadi ke Jingga. Kita berdua yang denger aja sakit hati apalagi Jingga." ujar Langit.

Biru terdiam memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh Langit, memang benar apa yang dirinya lakukan pada Jingga sudah keterlaluan. Harusnya dirinya ingat jika di koridor itu ada CCTV terpasang dan sudah jelas terbukti kalau Mentari sengaja melukai dirinya sendiri.

"Jangan diem aja Biru," tegur Angkasa.

"Saya sedang mencerna ucapan mu, sepulang sekolah nanti saya akan datang ke rumahnya." jawab Biru.

Benar seperti apa yang dikatakan lelaki itu siang tadi, Biru saat ini sudah berdiri di depan pintu kamar milik tetangga nakalnya. Pembantu rumah ini tadi menyuruh dirinya untuk langsung mengetuk pintu kamar Jingga karena bi Yuyun namanya sedang repot didapur sebab nanti malam rumah ini akan kedatangan tamu.

Tok tok tok

"JANGAN GANGGU!" teriak Jinga dari dalam.

Tok tok tok

"BI YUYUN AKU BILANG JANGAN GANGGU, KEPALA KU PUSING NIH," lagi terdengar teriakan dari dalam kamar.

"Ini saya Biru," detik selanjutnya terdengar suara jatuh yang cukup keras dari dalam kamar.

"Jingga?"

Cklek

Pintu kamar pun terbuka memperlihatkan Jingga dengan penampilan yang kacau serta mata gadis itu terlihat sembab, "Kenapa?" tanya Biru.

"Pergi," tidak menjawab pertanyaan dari Biru, Jingga malah mengusir lelaki itu.

"Saya datang ke sini ingin meminta maaf, maaf jika—"

"Gue bilang pergi bisa?" Jingga memotong ucapan Biru. Nada gadis itu berbeda dari biasanya.

Biru menatap dalam kedua mata Jingga, mata gadis itu memerah lalu tanpa Biru bisa kontrol dirinya membawa Jingga ke dalam pelukan, "Menangis lah, saya tau kamu menahan tangis." dan ya bahu Jingga bergetar dalam pelukan hangat Biru.

"Apa perkataan saya tadi sangat menyakitkan?" tanya Biru masih dengan posisi berpelukan.

"Ya lo pikir aja sendiri," balas Jingga.

"Maaf. Saya sadar saya salah, apa kamu membenci saya?" Jingga tidak langsung menjawab. Pikirannya tiba-tiba membuat asumsi bahwa Biru memang bertanya diriny membenci lelaki itu atau Biru memang mengharapkan dirinya membenci Biru hingga membuat lelaki itu bisa berbalikan dengan Mentari tanpa gangguannya?

"E-enggak," jawab Jingga dengan sesenggukan nya.

"Lalu kenapa kamu menangis?" tanya Biru.

Jingga melepaskan pelukan Biru, "Menurut gue lo gak perlu ikut campur masalah ini, lo bisa pulang."

Sabiru DewanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang