8. Jingga

416 55 7
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN KOMEN SEBELUM MEMBACA/SESUDAH☁️

1 VOTE DAN 1 KOMEN DARI KALIAN BUAT AKU SEMANGAT UPDATE ☁️

Yang silent readers ada masalah apa sih bestie hm? Gemes deh skskksns

SHARE CERITA INI YUK KE SOSMED KALIAN JANGAN LUPA TAG AKU YA ❤️🤗






Sepulang sekolah hari ini Jingga tidak langsung pulang padahal ia ingin pulang bersama Biru. Anak ekskul dance sore ini melakukan latihan untuk acara sekolah minggu depan, jika tidak dipersiapkan dari sekarang bisa bisa hancur.  Untung nya Cemara dan Pelangi masuk ekskul ini juga jadi tidak membuat Jingga merasa bosan karena tidak ada yang bisa akrab dengannya. Entahlah Jingga pun tidak tau mengapa beberapa murid SMA Dharma segan terhadap dirinya apa karena orang tuanya salah satu donatur terbesar di sekolah ini? Mungkin iya.

"Memangnya ada waktu untuk kita cari koreografi dance buat ditampilin minggu depan?" tanya Jingga.

Rere selaku ketua menggeleng, "Enggak ada waktu sama sekali, kita di kasih tau dadakan setelah si ketua osis bilang kalau ekskul kita gak akan tampil tapi apa? Tiba-tiba aja Mentari datang dan ngasih tau kalau kita bakalan ikut berpartisipasi dalam acara. Gila emang si Biru," jawab Rere dan mengeluarkan rasa kesalnya.

"Mau heran tapi ketuanya Biru," gumam Cemara.

Jingga hanya menoleh sekilas, "Terus kita mau tampilin apa? Dance lama?" tanya Jingga lagi.

Lagi lagi Jingga menggeleng, "Kita pilih untuk dance cover aja,"

"Kita mau tampilin cover dance apa emangnya?" tanya  Jingga.

"Ini lagi dipilih-pilih antara solo sama grup, kalau solo jelas lo kandidatnya." jawab Rere kakak kelas Jingga sekaligus ketua ekskul dance.

Alis Jingga mengerut, "Kenapa harus gue?" tanya gadis itu.

"Bukan gue aja kok yang nentuin, hampir semua anak ekskul dance setuju kalau lo yang tampil. Itu pun misalnya tidak memungkinkan membentuk grup," balas Rere.

"Emang lo gak baca grup chat kita?" sambungnya.

"Enggak,"

"Ya udah gak apa-apa. Masalah utama itu keuangan, kalau tampilnya grup kita perlu ngeluarin uang yang lumayan banyak untuk baju dan lain lain. Tapi kalau solo kita bisa nge handel itu semua barengan kan?" ucap Rere dan di angguki mereka.

"Gue setuju sih, kenapa gak Jingga aja yang tampil. Ya perwakilan gitu," tambah Pelangi.

"Gue juga setuju," sambung Cemara.

"Gue juga. Wajah sama body lo nge dukung banget, jadi ada dua pilihan cover Jennie atau Somi? Kita semua serahin ke lo mau pilih mana. Kalau bisa sekarang ya biar kita bisa pilih backup dancer nya." tutur Rere.

Tidak langsung menjawab, Jingga terdiam terlebih dahulu untuk menentukan pilihannya.

"Gue pilih—"

***

"Lo yakin Jing nyuruh mang Jajang pulang?" tanya Cemara.

"Yakin dong, kan mau pulang bareng Biru. Tuh motor dia masih ada," balas Jingga.

"Yakin banget lo, gak inget kalau ada ekornya?" tanya Pelangi.

"Harus optimis, eh itu dia udah keluar," ujar Pelangi.

Keberuntungan sedang ada si pihak Jingga, ternyata tadi di saat bersamaan Biru juga rapat osis dan selesai di saat yang bersamaan juga. Namun yang membuat Jingga kesal adalah keberadaan Mentari yang menempel ke Biru seperti prangko saja.

"BIRU!" panggil Jingga dari ujung lapangan, gadis itu berlari menghampiri Biru.

"Bentar nafas gue," Jingga mengatur nafasnya sejenak.

"Pulang bareng ya? Please gue udah suruh mang Jajang pulang duluan," mohon Jingga.

"Tapi Biru udah janji anterin aku ke toko buku," bukan Biru yang menjawab melainkan Mentari.

"Nyambung aja, heh kutil kuda gue gak ngomong sama lo ya," balas Jingga.

"Kenapa kamu sewot?"

"Enggak gue biasa aja. Biru pulang bareng ya,"

"Kamu bisa telpon mang Jajang kembali, saya yakin dia belum jauh dari sekolah," ucap Biru.

"Biru kali ini aja please, sekalian gue mau minta temen in kek danau." mohon Jingga, jangan tanyakan harga diri, jingga sudah membuang itu jauh jauh hanya untuk Biru.

"Tidak bisa Jingga. Lain kali, tapi saya tidak janji. Ayo Mentari," sikap acuh Biru yang membuat Jingga semakin tertantang.

Jingga menatap lirih kepergian Biru dan Mentari yang tanpa sungkan memeluk pinggang Biru, apa mereka sudah kembali menjalin hubungan? Jingga ingin bertanya namun bisa bisa Biru akan memarahinya. Biru termasuk orang yang tidak ingin privacy nya di ketahui banyak orang, dia akan bercerita jika dirasa memang bercerita pada orang yang tepat.

Jingga mengalihkan tatapan saat dua insan itu sudah hilang dari pandangannya, gadis itu melihat ke sekeliling parkiran sudah sepi, semua sudah pulang.

"Terpaksa ini jalan kaki," gumam Jingga.

Jingga benar benar berjalan kaki dari sekolah hingga kini dirinya terjebak di salah satu halte sebab tiba tiba hujan deras turun, helaan nafas terdengar dari gadis itu. Baterai handphone nya lowbat, ingin meminta jemput bagaimana caranya? Jingga hanya bisa pasrah karena tidak ada tanda tanda hujan akan segera reda terlebih ini sudah hampir menjelang malam.

Jingga duduk di kursi halte memeluk kakinya, dingin dari hujan membuat dirinya benar benar merasakan kedinginan. Jingga menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya yang memeluk kaki, malam sudah tiba dan disini benar-benar sepi.

"Mama takut," tangis gadis itu. Jingga takut sendirian, Jingga tidak bisa mendengar suara petir. Ada trauma di balik itu.

"Kak Kama jemput," ucapnya lagi.

Sedangkan di lain tempat tepatnya di kediaman rumah Biru, lelaki itu sedang menonton tv bersama Mamanya. Jarang sekali moment ini dilakukan oleh ibu dan anak itu, karena Sarah lebih sering menghabiskan waktu di toko kue itu satu satunya cara agar dirinya tidak terlalu larut dalam kesedihan tanpa menyadari Biru tumbuh tanpa perhatian yang baik dari Sarah.

"Udah ke toko bukunya?" tanya Sarah.

"Udah,"

"Tadi Mama lihat Dena dan Kama pergi bawa koper di anter mang Jajang, tapi Mama gak lihat Jingga." tutur Sarah.

"Rumahnya juga sepi, tadi pas Mama anterin donat buat Jingga kata bi Yuyun Jingga nya belum pulang. Kamu tau dimana dia?" tanya Sarah. Biru terdiam, matanya melihat jam ditangannya. Sudah menunjukkan pukul 19.20 malam dan hujan diluar pun sepertinya enggan untuk reda.

"Biru gak tau," jawab Biru.

"Kamu gak ketemu dia di sekolah tadi? Setahu Mama Jingga trauma sama petir, semoga dia gak kenapa-kenapa ya," ucap Sarah dirinya khawatir bagaimana bisa Dena terlihat santai dan malah pergi saat tahu anaknya belum pulang terlebih lagi Jingga itu perempuan bagaimana jika ada yang berbuat jahat kepada gadis itu.

☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️
Kalian bisa share cerita ini ke teman-teman kalian☁️

Enjoy ya jangan lupa VOTE dan KOMEN☁️

Kalian bisa follow sosial media. Aku yang lain nya juga kalau mau, ada spoiler next part juga.

Instagram: xyzriaaaa
Tiktok: WP_katasenjaaa

Follow akun wattpad juga ya kalau mau terimakasih, luv u☁️

YANG UDAH VOTE TERUS SPAM KOMEN LOPE SEKEBON❤️

Sabiru DewanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang