BUDAYAKAN VOTE DAN KOMEN SEBELUM MEMBACA/SESUDAH☁️
1 VOTE DAN 1 KOMEN DARI KALIAN BUAT AKU SEMANGAT UPDATE ☁️
Yang silent readers ada masalah apa sih bestie hm? Gemes deh skskksns
"3 minggu lagi pernikahan mereka berlangsung. Gue harap saat itu lo bisa menerima baik kedatangan Gue dan Papa, hilangin pikiran jelek di otak cantik lo," ucap Abhar, saat tangan lelaki itu ingin mengusap puncak kepada Jingga ada tangan yang menepis dengan kasar hingga membuat lelaki itu mengaduh kesakitan.
Flashback on
Tadi saat Biru sedang bermain gitar di balkon kamarnya sembari memandang langit malam dan menikmati angin malam yang dingin, ada hal yang mampu mengalihkan fokusnya. Jingga yang berlari dari dalam rumah dan pergi entah ke mana berhasil membuat hatinya merasa resah, sudah Biru berusaha alihkan rasa dihatinya dengan cara kembali bermain gitar, mendengarkan musik, berusaha tidur namun gadis itu kali ini berhasil mengusik ketenangan hatinya.
Biru tanpa mengunci pintu rumah pergi mencari keberadaan tetangga nakalnya itu, tidak lupa juga mengirimi beberapa pesan kepada Jingga berharap gadis itu membalas dengan cepat.
Sudah 3 pesan yang Biru kirimkan namun tidak ada tanda-tanda di balas gadis itu yang kini entah berada dimana. Memutar otaknya untuk berpikir kira kira dimana Jingga berada, seketika ada satu tempat, tempat yang Biru pun tidak terlalu yakin jika Jingga ada disana. Tidak perlu berpikir panjang, Biru mengayunkan kakinya menuju taman.Netra Biru melihat dengan jelas Jingga sedang duduk berdua dengan seorang lelaki yang dirinya tidak kenal, karena jika itu Gatra sudah jelas Biru tahu. Langkahnya makin cepat saat melihat lelaki itu hendak menyentuh puncak kepala Jingga, dengan spontan Biru menepis tangan itu.
Flashback off
"Biru," lirih Jingga.
"Lo siapa berani banget tepis tangan gue seenaknya," marah Adhar.
"Saya Biru," jawab Biru dengan tenang.
Jingga dibuat melongo dan meringis saat bersamaan ketika melihat rawut wajah Abhar seperti orang bingung, "Gue salah tanya," gumam lelaki itu.
"Maksudnya lo siapa nya Jingga?" Abhar mengulang pertanyaannya dengan kata kata yang sudah di ubah.
"Tetangga,"
"WHAT! Lelucon macam apa ini?"
"Ada yang aneh?" kali gantian Biru yang bertanya.
"Enggak ada yang aneh, cuma gue baru tau ada tetangga yang posesif," ucap Abhar sambil mengusap-usap dagunya. Abhar memiliki tinggi yang sama dengan Biru, hanya tinggi saja sebab Abhar memiliki kulit lebih gelap sedikit dan bola mata berwarna dark brown serta potongan rambut yang berbeda dari Biru.
"Posesif? Dimana letak posesif itu?" tanya Biru lagi.
Ya Tuhan rasanya Jingga seperti berada di dalam novel tentang tokoh perempuan yang diperebutkan dua lelaki, rasanya Jingga ingin memeluk Biru, Biru tampak menggemaskan ditambah lelaki itu saat ini sedang memakai kacamatanya.
"Kayaknya gak perlu gue jawab deh, ayo Jingga kita pulang." saat ingin meraih tangan Jingga lagi dan lagi tangannya di tepis oleh Biru.
"Jingga pulang dengan saya, orang asing seperti kamu banyak di beberapa tempat yang melakukan kejahatan terhadap perempuan," ucap Biru.
"Orang asing?"
"Biru dia—"
"Kamu mau pulang sama dia?" Biru memotong ucapan Jingga.
"Bukan gitu tapi dia—"
"Ya sudah sana,"
"Gue pulang sama lo Biru, ayo." Jingga mengamit tangan Biru dan bergegas pergi dari taman meninggalkan Abhar yang melongo seperti orang hilang.
Senyum manis tidak henti hentinya terpatri di wajah Jingga, kapan lagi bisa sedekat ini dengan Biru.
"Biru Biru Biru,"
"Biru,"
"Mas pacar,"
"Sabiru Dewangga,"
"Apa Jingga?"
"Gak jadi," Biru mengapa mudah sekali membuat mood nya turun. Jingga melepaskan tangannya dari Biru lalu berjalan cepat membuat Biru menautkan alisnya.
"Dia Kenapa?"
Biru pun melebarkan langkahnya menyusul Jingga, "Kamu kenapa?" tanya Biru.
"Tanya aja sana sama angin," jawab Jingga.
"Saya salah?"
"Iya,"
"Saya tidak merasa melakukan kesalahan ke kamu Jingga," ucap Biru.
"Biru kok lo nyebelin banget sih," geram Jingga.
"Donat dari saya sudah kamu makan?" tanya Biru mencoba mencari pembahasan yang mungkin saja dapat mengembalikan mood Jingga.
"Udah,"
"Mau lagi?" tanya Biru.
"Enggak. Gue gak terima sogok kan," balas Jingga.
Saat tiga langkah lagi sampai di depan rumah mereka mading-mading, Jingga menghentikan langkah nya dan tentu saja hal itu di ikuti Biru.
"Biru," panggil Jingga.
"Apa?"
"Kapan lo tembak gue?" tanya Jingga.
"Saya tidak ingin menjadi pembunuh Jingga, jika saya menembak kamu besar kemungkinan nyawa kamu melayang," jawaban Biru tidak salah, ini semua salah Jingga yang telah berekspektasi terlalu tinggi.
"Biru gue serius jangan bercanda,"
"Saya juga serius Jingga. Sudah sana pulang, sudah hampir larut malam. Atau kamu menunggu calon pacar kamu yang tadi?" ujar Biru setelahnya dia pergi duluan menuju rumahnya.
"Anak om Dipta nyebelin, awas ya lo," umpat Jingga.
☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️
Kalian bisa share cerita ini ke teman-teman kalian☁️
Enjoy ya jangan lupa VOTE dan KOMEN☁️
Kalian bisa follow sosial media. Aku yang lain nya juga kalau mau, ada spoiler next part juga.
Instagram: xyzriaaaa
Tiktok: WP_katasenjaaaFollow akun wattpad juga ya kalau mau terimakasih, luv u☁️
YANG UDAH VOTE TERUS SPAM KOMEN LOPE SEKEBON❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabiru Dewangga
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! "Kamu penyakitan, tidak pantas dengan saya." "Bercanda kan Biru? Lo gak serius kan bilang itu? JAWAB BIRU!" *** "Seharusnya gue emang gak kasih lo kesempatan miliki dia, brengsek." "Dia terlalu murah, tidak jauh bed...