"Can i stay a bit longer?" Yvaine.
"Stay Forever." Cyano.
***
Yvaine sempat ragu dengan perasaannya. Ia mencoba menjauh dari pria misterius itu. Namun kecemburuannya yang tak beralasan malah menarik Yvaine agar semakin dekat. Yvaine tahu, ia telah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ו×
Sejak pagi hari, Cyano tak melihat tanda-tanda keberadaan gadis itu. Entah sudah berapa kali ia terus melirik pintu, berharap Yvaine muncul dan tersenyum padanya.
Sayangnya gadis itu bahkan tak bisa dihubungi. Ponselnya tidak aktif. Ditambah cuaca buruk yang baru saja dikabarkan dari pemberitaan televisi membuat perasaan Cyano semakin cemas.
Tak ada yang salah dengan hujan lebat hari ini. Hanya saja ia berpikir bahwa gadis itu mungkin saja dalam bahaya dibawah awan kelabu.
Pintu terbuka. Cyano mendapati Marvel yang raut wajahnya terlihat tak jauh berbeda dengannya sekarang.
"Dimana Yvaine?" tanya Marvel.
Cyano mengendikkan bahu, "Aku bahkan tak melihatnya sejak pagi."
Mendengar balasan sepupunya, sontak saja Marvel kembali menekan kontak Yvaine dan menelfonnya. Namun masih sama, hanya suara operator yang terdengar.
"Ponselnya benar-benar tak bisa dihubungi, Max! Aku hanya takut jika Yvaine dalam bahaya." nada suara Marvel merendah diakhir kalimat.
Cyano hanya berdecak kasar. Tak ingin menanggapi emosi Marvel sekarang.
Andai siapapun tau, perasaannya campur aduk saat ini. Antara takut, khawatir dan gelisah. Semua rasa tersebut hanya tertuju pada satu nama...
Yvaine Amorett De Esteban.
Terakhir kali Cyano menyadari jika Yvaine terus menatapnya dengan pandangan tak terbaca. Kedua tangan gadis itu juga sesekali mengepal kuat. Ia ingin bertanya ada apa tetapi efek obat membuatnya tak sanggup menahan kantuk.
Sebelum terlelap ke alam mimpi, terakhir kali ia bisa merasakan sebuah kecupan ringan mendarat di keningnya dan terdengar derap langkah keluar.
"Tidak ada sesuatu yang mencurigakan pada Yvaine terakhir kali?" Cyano menggeleng.
"Tapi kecuali satu hal itu. Saat Yvaine pamit mengangkat telfon masuk dari ayahnya." kata Cyano setelahnya. Mengingat lagi tentang kemarin lusa.
"Benar. Aku mengingatnya, saat papa dan mama berbicara padamu. Yvaine meminta izin mengangkat telfon keluar."
Beberapa saat kemudian, seorang bodyguard datang ke ruangan. Tentu Cyano mengenalnya karena itu adalah bodyguard yang seringkali ditugaskan menjaga Yvaine.
