Epilog

317 42 10
                                    

Pada akhirnya semua masalah akan terselesaikan. Segala pertanyaan akan terjawab, dan penantian akan berakhir.

Dayeon tahu, tidak ada yang tidak mungkin selama dia masih berpijak kuat dimuka bumi ini.

Dress hitam dan pin berbentuk pita dengan warna yang senada menjadi poin utama penampilan nya hari ini.

Menggenggam erat buket bunga ditangan, dia tersenyum manis kearah kamera.

“1..2..3..”









/cekrek!

Berhasil ditangkap, Dayeon membungkukkan setengah badan lalu mengucapkan terimakasih.

Dia kemudian melangkah keluar ruangan, menuruni anak tangga dengan perasaan yang riang.

Netra nya kini menangkap satu objek yang makin membuat senyum terukir makin lebar.

“Kenapa ada disini?” Alis Dayeon terangkat selagi kakinya melangkah mendekati.

Tidak mendapati jawaban, ia justru diserang dengan pelukan hangat. Senyum Dayeon kemudian terbentuk hangat.

Eoh? Miss. Chaehyun annyeonghaseyo!” sapa murid yang sedang lewat.

Dayeon sedikit terkejut kemudian segera mendorong Jeongmin agar menjauh darinya.

“Hai, kalian berdua,” sapa Chaehyun.

Jeongmin mengusap wajah tidak nyaman, lagaknya Chaehyun sekarang mungkin kesal pada Dayeon gara-gara mereka berpelukan.

Tapikan, hanya begitu saja tidak lebih. Memangnya salah memeluk sahabat sendiri?

“Jeongmin sedang apa disini?”

Pertanyaan itu terlempar dengan nada dingin.

“Sedang menunggu jemputan,” diakhiri dengan kekehan kaku, Jeongmin lantas menepuk pundak Dayeon beberapa kali, “Aku duluan ya, bye!”

Belum sempat dibalas, Jeongmin sudah terlihat melarikan diri menjauh dari sana.

Dayeon sendiri hanya bisa menggeleng kan kepala melihat kelakuan temannya itu. Setelah itu, ia lalu mengalihkan atensi ada Chaehyun yang rupanya sedari tadi sedang menatapnya tajam.

Alis Dayeon terangkat, bertanya dalam diam saat tangan Chaehyun terulur padanya.

“Mana?”

“Oh,” Dayeon mengangguk lalu memberikan buku besar warna biru tua pada Chaehyun.

“Nilai mu buruk, tapi lumayan,” ucap Chaehyun enteng tanpa memikirkan perasaan sang empu nilai, “Terus, kamu mau lanjut kemana?”

Dayeon angkat bahu kemudian mulai ambil langkah, “Entahlah, aku masih bingung.”

“Santai saja, waktu mu masih banyak. Jangan terlalu diambil pusing.”

“Ya, terimakasih masukannya.”

Chaehyun menautkan jari-jemari mereka dengan erat, merasakan itu Dayeon tersenyum kecil diam-diam. Merasa berbunga-bunga.

Meninggalkan pekarangan Sekolah, keduanya terus berjalan lurus entah kemana yang penting bersama. Menikmati setiap detik waktu.

“Dayeon-ah,”

Hm?”

“Aku takut.”

Dayeon sontak menoleh dengan khawatir, “Apa, apa yang eonni takutkan? Apa ada yang salah?”

Chaehyun menggeleng, menatap jari mereka yang saling bertautan erat, ia sedikit mengusap tangan Dayeon pelan dengan jempolnya.

Ani, geunyang,”

Dayeon membelokkan langkahnya, menuntun Chaehyun agar duduk pada bangku taman yang barusan mereka lewati.

“Ada apa, ayo ceritakan saja semuanya.”

Chaehyun menggeleng, terus tersenyum manis, “Kubilang tidak ada apa-apa.”

Dayeon mendengus, lalu mengusak gemas poni Chaehyun membuatnya sedikit berantakan, “Hentikan, tidak lucu seperti itu. Aku khawatir.”

“Kamu lucu bila seperti ini.”

“Aku tau itu,” kata Dayeon enteng, terus berjongkok untuk mengikatkan tali sepatu Chaehyun yang terlepas.

Yang mendapati perlakuan seperti itu otomatis tersenyum semakin lebar merasa bahagia.

“Dayeon-ah.”

Hm, waeyo?”

I'm afraid that i can't live without you. Because you're the half of me. White cells for my red cells. Legs for my hands, eyes for my lips. You are everything to me, because of you i feel a lot of love. I'm nothing without you is true.”

Gerakan tangan Dayeon terdiam sebentar, ia tersenyum lalu semakin menundukkan kepala agar tak terlihat oleh Chaehyun. Ketika sudah selesai mengikatkan tali sepatunya, barulah Dayeon mendongak menatap Chaehyun lekat sekali.

“Biasanya jika aku ingin melihat pelangi aku harus menunggu hujan reda terlebih dahulu, dan itu butuh beberapa waktu tapi rupanya kini aku sudah tidak perlu bersusah payah harus begitu,” katanya sembari tersenyum.

“Kenapa?”

“Karena semua warna sudah ada di matamu.”

Chaehyun tersipu, menundukkan wajahnya agar rona merah di pipi tidak terlihat oleh si lawan bicara. Dayeon yang memperhatikan itu hanya bisa menahan tawa gemas.

“Jangan begitu, kamu bisa membuatku serangan jantung.”

Dayeon terkekeh, terus mengulurkan tangannya kemudian langsung diterima dengan baik oleh Chaehyun.

“Saat pertama kali kita bertemu, eonni terimakasih karena terus berada di sana untuk ku, selalu. Dan sekarang, biarkan aku merubah keadaannya hanya untukmu meskipun hal kecil aku berharap banyak tapi tidak apa-apa, asalkan aku bersama eonni,” ucap Dayeon tulus seraya menarik Chaehyun untuk mendekap nya erat ditengah udara dingin.

Chaehyun mengangguk lalu menenggelamkan wajah pada pundak Dayeon, menghirup dalam-dalam aroma kesukaannya.

In the darkness i find you,” bisik Chaehyun, terus melepaskan pelukan mereka agar dapat jelas menatap Dayeon, tangannya pun terulur untuk menangkup wajah itu, “Wherever you are, my lens will capture the beauty of you.”

Dayeon tersenyum, “Tidak perduli dengan apa yang menunggu kita didepan sana. Eonni, tolong berjanji padaku untuk selalu berada di sisiku.”

Chaehyun lantas mengangguk, kembali membawa Dayeon pada pelukan hangat mereka.

“Aku berjanji. Saranghae Dayeon-ah.”

Nado, eonni. Nado saranghaeyo.”












































































































[N(y)00]
keut.

N(y)00 : Dayeon x ChaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang