six ; hangsang

259 52 10
                                    

Hikaru berdecak kesal, ingin sekali memukul kepala orang di samping nya dengan sekuat tenaga.

Tapi itu semua cuma angan dan rencana saja, mana mungkin dia berani berbuat hal seperti itu. Kalau iya, siap-siap saja jadi target selanjutnya.

Why are you staring at me like that?”

Hikaru menunjuk setumpuk buku yang berada dibawah kepala Bahiyyih.

“Oh, do you want this?”

Memutar matanya semakin jengkel, “Bisa kamu berhenti berbicara dalam bahasa itu? Aku tidak paham.”

Bahiyyih terkekeh-kekeh, “Sorry.”

“Kembalikan, aku mau belajar, nanti bakal ada kuis matematika.”

Bahiyyih tidak merespon, masih anteng menidurkan kepala dengan tumpukan buku yang ia ambil dari kolong meja Hikaru.

“Tidak dengar?”

Bahiyyih menggeleng membuat Hikaru lagi-lagi menghembuskan nafas jengah.

“Kalau nilai ku sampai anjlok, orang pertama yang ku salahkan adalah dirimu.”

“Kenapa bisa begitu?”

“Ya, karena kamu membuat proses belajar ku tertunda.”

“Harusnya kan buku-buku ini kamu bawa pulang, belajar tambahan di rumah. Bukan sekarang, saat waktunya sudah mepet.”

Alis Hikaru tertaut bingung, sejak kapan Bahiyyih bisa cerewet begini? Padahal selama dua tahun terakhir menjadi teman sekelas mereka tidak pernah mengobrol sama sekali.

“Sudahlah terserah mu saja,” kata Hikaru menyerah, ia memilih menyibukkan diri dengan ponselnya.

Bahiyyih tersenyum kecil, menggeser tumpukan buku itu kehadapan meja Hikaru, setelah itu beranjak menuju mejanya sendiri untuk mengambil sesuatu dan langsung pergi entah kemana.

Isanghae.







;

Eodiga?”

Chaehyun berbalik, mendapati tatapan tanya dari Yujin. Dia terus menunjuk speaker yang terpasang pada pojok ruangan.

“Bel?”

“Ah!” Yujin menepuk jidatnya pelan, “Tidak ada, hari ini seluruh kelas ditunda hingga tengah hari nanti.”

Waeyo?”

Class meeting. Lihat kan?” tunjuk Yujin pada lapangan, yang dimana sudah terdapat banyak anak murid berbaris menggunakan seragam olahraga serempak.

Eodigayo?” tanya Chaehyun pada Yujin yang sudah bersiap hendak keluar ruangan.

“TU, Xiaoting menunggu ku.”

Geurae, arasseoyo.

“Kalau mau ikut, ayo. Daripada disini akan membosankan.”

Chaehyun mengangguk, “Ne, nanti saja mungkin aku akan menyusul.”

“Oke, arasseo.”

Seperginya Yujin, Chaehyun memilih untuk tidak melakukan apa-apa. Mengotak-atik komputer, sebentar beralih pada ponsel.

Begitu saja selama lima belas menit bertahan.

Chaehyun menyenderkan punggung pada kursi, merasa lelah ketika tidak melakukan apapun.

Benar saja kata Yujin, disini sangat membosankan lagipula dia memang hanya sendiri di kantor. Guru-guru yang lain pergi entah kemana.

N(y)00 : Dayeon x ChaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang