Chapter 31 - Wondering Why

886 199 17
                                    

"Mengapa ia keras kepala sekali, huh?!"

Seruan yang diliputi oleh emosi, kesal, serta perasaan lainnya yang tercampur aduk itu memecahkan keheningan sesaat. Di sebelahnya, Fushiguro, menatap gadis bersurai cokelat itu sesuai mendengar apa yang diserukan olehnya.

"Aku tidak mengerti. Mengapa ia benar-benar ingin mati dan mengakhiri hidupnya?!" seru Nobara lagi.

Di sisinya, Fushiguro hanya diam. Membiarkan Nobara mengeluarkan unek-uneknya dari dalam benaknya. Sementara dirinya hanya menenggak air mineral dari botol di tangannya sendiri.

"Hei, Fushiguro! Setidaknya berikan respon padaku, jangan mengabaikanku!"

Akhirnya Nobara pun tersadar jika sejak tadi dirinya hanya melampiaskan kekesalannya sendiri. Tanpa respon apa-apa dari lelaki di sebelahnya itu. Yang justru kini malah menawarkan air mineral padanya.

"Kau mau?"

Botol berisi air mineral yang sudah tersisa setengahnya itu diambil oleh Nobara. Ia meneguknya sampai rasa dahaga di dalam kerongkongannya lenyap dalam sekejap mata.

"Merasa lebih baik?"

"Tidak! Aku masih merasa kesal," sahut Nobara masih dengan nada bicara yang sama.

Tawa keluar melalui hidung lelaki itu. Fushiguro menoleh sesaat pada Nobara. Melihat bagaimana gadis itu akan bereaksi. Nyatanya saat ini ia tengah meremas botol plastik di dalam genggamannya hingga tak berbentuk. Oh, mungkin saja jika ia menganggap botol itu sebagai (Y/n).

Jujur saja, Fushiguro pun merasa penasaran dengan (Y/n). Sejak awal gadis itu muncul di hadapannya, ia sudah merasa... tertarik. Dengan mudahnya (Y/n) menghindar dari serangan dari Sukuna yang berada di dalam tubuh Yuuji saat itu. Beberapa waktu setelahnya, mereka pun menjadi dekat dan akrab.

Ah, mungkin hanya Fushiguro yang beranggapan demikian. Sungguh malang dirinya.

"(Y/n) membenci kita."

Ujaran yang keluar dari bibir Fushiguro itu mengalihkan atensi Nobara kepadanya. Ia melirik lelaki bersurai hitam itu yang rupanya tengah menatap ke arah langit yang didominasi oleh nuansa biru.

"Meskipun ia tidak mengatakannya, aku memang sudah tahu. Terlihat dari sikapnya yang ia tunjukkan kepada kita," ujar Nobara sambil memandang ke arah lain. Perkataannya itu merupakan bentuk nyata dari pemikirannya selama ini.

"Tetap saja. Aku masih terkejut karena ucapannya itu," balas Fushiguro pelan.

Sejenak keduanya terdiam. Memikirkan objek yang sama, namun dengan pemikiran mereka yang tentunya berbeda. Seseorang yang berada dekat dengan mereka, tetapi terasa jauh.

"Oh ya, Fushiguro."

Nobara menoleh. Menatap ke arah lelaki itu yang tampak tengah menunggu kelanjutan dari perkataannya.

"Jika kau diminta oleh (Y/n) untuk membunuhnya, apa yang akan kau lakukan?"

***

Suara bersin yang terdengar lantas membuat satu lembar tisu ditarik dari kemasannya. Pelakunya menggumpalkan tisu itu kemudian melemparnya ke dalam tempat sampah. Seolah tak terjadi apa-apa, dirinya hanya melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

"Clove."

Merasa dipanggil oleh tuannya, Clove pun mendadak menampakkan dirinya. Di antara mulutnya terselip sebuah tangkai permen.

"Hm?" sahutnya singkat.

"Ke mana saja kau tadi?" tanya gadis itu. Ia memutar kursi yang didudukinya menghadap ke arah Clove. Lelaki itu tampak diam dan hanya menaiki sebelah alisnya.

"Ah, aku hanya pergi mencari udara segar," jawabnya. "Memangnya ada apa?"

"Aku ingin meminta pendapatmu." Tanpa basa-basi, (Y/n) pun kembali melanjutkan perkataannya, "Jika seseorang membenci dirimu, apa yang akan kau lakukan terhadap orang itu?"

Gestur berpikir dilakukan oleh Clove. Lelaki itu memandang ke arah lain. Tampak memikirkan jawaban yang tepat atas pertanyaan nalar dari (Y/n).

"Mungkin aku akan menjauhinya. Karena ia sudah membenciku, maka aku pikir lebih baik membuat jarak dengan dirinya," tutur Clove.

Bunyi jari yang dijentikkan terdengar di udara. "Aku benar, 'kan?" ujar gadis itu.

"Apa?"

"Tidak, bukan apa-apa."

Sekali lagi Clove menatap ke arah (Y/n). Lelaki itu hendak melihat bagaimana perasaan (Y/n) saat ini. Namun, seketika ia teringat dengan perkataan gadis itu. Yang mengatakan bahwa dirinya tidak senang—bahkan bisa dikatakan membencinya—jika dengan sesuka hatinya Clove melihat isi hati atau perasaan (Y/n). Alhasil, niatnya itu pun diurungkan bahkan sebelum dimulai.

"Mengapa kau menatapku seperti itu?" Dengan kernyitan pada keningnya, (Y/n) pun bertanya.

"Tidak ada apa-apa."

***

"Mengapa kau menyuruhku datang ke sini?"

Pertanyaan itu merupakan ucapan pertama yang (Y/n) lontarkan ketika ia masuk ke dalam ruangan tersebut. Ruangan itu berukuran tujuh kali delapan meter persegi. Cukup luas jika saja tidak ada satu insan lain yang bersama dengan gadis itu saat ini.

"Apakah aku tidak boleh memanggilmu untuk menemuiku?"

Pertanyaan dibalas oleh pertanyaan. Itulah yang terjadi saat ini.

Hanya helaan napas yang (Y/n) keluarkan dari sela bibirnya. Nyatanya saat ini ia sedang tidak ingin menemui satu pun orang yang menganggap (Y/n) sebagai bagian dari mereka. Termasuk orang yang berdiri beberapa meter di hadapannya itu.

"Ada apa? Cepat katakan apa yang ingin kau katakan," ujar (Y/n) ketus dan dingin. Tersirat dengan jelas bahwa dirinya ingin cepat-cepat segera pergi dari sana.

"Aku hanya ingin menemuimu."

Dari sekian banyaknya orang yang mengenal dirinya di dunia ini—well, sebenarnya memang tidak terlalu banyak—mengapa pula harus Fushiguro yang mengajaknya bertemu dan mengatakan bahwa dirinya ingin menemui (Y/n)? Mengapa bukan Nobara saja yang bertindak demikian? Mungkin mereka bisa bertengkar hebat dan membuat Nobara semakin membenci (Y/n). Namun, dilihat dari sikap yang Nobara tunjukkan pada dirinya, tentu saja memiliki peluang yang sangat kecil jika gadis bersurai cokelat itu mengajaknya bertemu.

"Ingin menemuiku? Apakah kau sedang bercanda, Fushiguro?" cibir (Y/n) disertai dengusan yang keluar melalui hidungnya.

"Panggil aku dengan nama depanku. Megumi."

"Huh? Apa maksudmu?"

Tidak paham dengan keinginan Fushiguro saat ini, (Y/n) pun hanya bisa diam mencerna setiap kata yang lelaki itu ucapkan tadi. Bukan karena (Y/n) bodoh. Namun, karena perkataan Fushiguro itu sungguh tidak masuk akal. Mengajaknya bertemu hanya untuk meminta (Y/n) memanggilnya dengan nama depannya? Jangan bercanda!

"Hei, seriuslah. Aku sedang tidak ingin bercanda denganmu." Di titik kesabarannya yang terendah, (Y/n) kembali menghela napas panjang. Akhir-akhir ini dirinya memang sering menghembuskan napas. Entah dikarenakan oleh hal apa.

"Aku serius."

"Kau hanya ingin mengatakan hal itu?" Tatapan remeh dilemparkan ke arah Fushiguro. Pelakunya, (Y/n), hanya ingin segera meninggalkan tempat itu.

Alih-alih mengusirnya dari sana karena tingkah laku (Y/n) yang mengesalkan, Fushiguro justru tetap berdiri di sana. Menatap ke arah gadis itu dengan posisi yang sama. Tanpa bergerak sedikit pun. Oh, mungkin ia bergerak. Hanya saja (Y/n) tidak melihatnya ketika hal itu terjadi.

Pada akhirnya, rentetan kata yang diucapkan oleh Fushiguro itulah yang membuat diri gadis itu kembali digandrungi oleh rasa gundah.

"Ya, karena kau temanku."

***

━━ # . 'Dancing in the Shadow ✧ Jujutsu KaisenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang