Chapter 27 - Is It A Regret?

1.1K 259 28
                                    

Sudah beberapa saat berlalu setelah roh terkutuk itu dibasmi oleh mereka. Namun, tentu saja serangan (Y/n)-lah yang memberikan efek kekuatan paling besar. Tetapi, gadis itu lebih memilih diam tanpa membesar-besarkan apa yang baru saja ia lakukan beberapa menit sebelumnya.

Karena kerusakan yang diakibatkan oleh roh terkutuk itu, maka ruangan (Y/n) pun dipindahkan ke ruangan yang lain. Gadis itu sama sekali tidak merasa masalah jika ia harus pindah ke ruangan yang berbeda dengan sebelumnya. Ia tak akan berkomentar apapun dan sebisa mungkin menutup mulutnya rapat-rapat.

Kini, mereka bertiga—(Y/n), Fushiguro, dan Nobara—tengah berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Urutannya ialah Fushiguro berjalan paling depan, di sisi kanannya Nobara menyusul. Sementara itu, (Y/n) berada di paling belakang. Bukan, bukan karena jalannya yang lambat sehingga ia tertinggal. Namun, sejak tadi gadis itu merasakan sesuatu yang aneh pada kaki kanannya. Tentu saja, ia hanya diam dan memaksa dirinya untuk berpikir jika ia baik-baik saja.

Tetapi, hal itu tetaplah menjadi pemikirannya belaka. Nyatanya saat ini gadis itu terjatuh ke atas lantai. Penyebabnya adalah betis pada kaki kanannya terlepas dari tubuhnya. Benang-benang tipis dan transparan membentuk sebuah jarak yang memisahkan antara betis kanannya dengan tubuhnya.

Lorong rumah sakit yang sepi membuat suara sekecil apapun dapat terdengar. Benar saja, hal yang paling tak (Y/n) inginkan untuk terjadi saat ini telah terjadi.

Ialah tatapan terkejut yang dilemparkan oleh Fushiguro dan Nobara.

***

Gadis itu hanya diam sejak tadi. Mulutnya tertutup rapat. Tidak mengatakan satu kata apapun terkait dengan hal yang terjadi sebelumnya. Atau lebih tepatnya (Y/n) memilih untuk diam dan menutup penjelasan tentang kakinya yang entah bagaimana caranya bisa terlepas dari tubuhnya sendiri. Namun, saat ini betis di kaki kanannya telah menyatu kembali seolah-olah tidak terjadi apa-apa sesaat sebelumnya.

(Y/n) sudah berada di dalam ruangan barunya. Mungkin saja orang lain akan berpikir jika gadis itu sudah tak membutuhkan perawatan di rumah sakit lagi ketika mereka melihat (Y/n) dapat bergerak dengan lincah kala membasmi roh terkutuk tadi. Namun, itu hanyalah pemikiran orang-orang yang hanya melihat dari luar dirinya saja. Tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

Begitu pula hal yang terjadi di hadapan kedua orang yang kini tengah duduk menatap ke arah gadis itu.

Keheningan menyelimuti mereka. Tanpa ada satu pun yang berniat untuk mengangkat bicara. Saling diam, saling menunggu. Namun, satu hal yang pasti, Fushiguro dan Nobara menunggu hal yang sama; penjelasan dari (Y/n).

"(Y/n)."

Tanpa mengatakan apapun, (Y/n) menoleh. Menatap lurus ke arah sang lawan bicaranya.

"Kau tak akan menjelaskan apapun? Tentang kakimu yang sembuh secara ajaib itu."

(Y/n) diam. Tatapannya masih tertuju ke arah yang sama. Namun, bibirnya tak kunjung terbuka. Hanya tertutup tanpa ada niat untuk mengatakan apapun.

"Tidak."

Dan, ketika bibirnya terbuka, ia hanya mengatakan satu kata yang bersifat mutlak.

Nobara berdecak. Mulai merasa cukup kesal karena tingkah (Y/n) yang tertutup pada mereka. Oh, benar juga. Jika dipikirkan lagi, gadis itu tidak pernah bercerita apapun tentang dirinya sendiri. Yang ia ceritakan hanyalah... tidak ada. Tidak ada yang (Y/n) ceritakan kepada mereka. Seolah-olah gadis itu tidak pernah memiliki kehidupan apapun di dunia ini. Atau setidaknya itulah yang Nobara pikirkan. Tentu saja, pemikirannya tak sama dengan Fushiguro yang duduk di sebelahnya.

"Mengapa kalian masih berada di sini?"

Pertanyaan itu seketika menciptakan suasana yang menegangkan dalam waktu sekejap. Si penanya mengalihkan tatapannya ke arah dua orang yang menjadi lawan bicaranya sejak tadi.

"Bukankah sebenarnya kalian pun tak ingin berada di sini?" tambahnya lagi. Menohok tepat ke jantung kedua orang yang kini menatap lurus ke arahnya dengan tatapan yang berbeda-beda.

"Kau ini—"

"Sudahlah, Kugisaki."

Ucapan Nobara disela oleh Fushiguro yang sejak tadi hanya memperhatikan apa yang terjadi di depan matanya. Bukan karena Fushiguro tidak ingin ikut campur. Lebih tepatnya ia tidak ingin perang dingin yang tercipta di antara mereka menjadi semakin dingin. Yang seharusnya mereda, kini justru bertambah parah. Maka dari itu, ia pun berinisiatif melakukannya.

Masih diliputi oleh kekesalan, Nobara pun hanya mendecih. Sekali lagi ia melemparkan tatapan tidak suka ke arah (Y/n) yang dibalas oleh tatapan datar milik gadis itu. Toh (Y/n) hanya mengingatkan tujuan dua orang yang berada di depannya itu. Ia sama sekali tidak salah, bukan?

"Kami pulang dahulu." Fushiguro bangkit dari duduknya. Gerakannya itu diikuti oleh Nobara. Namun, gadis itu melenggang pergi lebih dulu. Meninggalkan Fushiguro dan (Y/n) yang menatap kepergiannya dengan isi pikiran yang berbeda.

"Cepat sembuh, (Y/n)." Sebuah senyum tipis dibentuk oleh bibir lelaki itu. Yang entah mengapa membuat darah (Y/n) seketika berdesir. Di dalam perutnya seperti ada kupu-kupu yang beterbangan ke sana dan ke sini.

Merasa dirinya mulai menghalu di saat yang tidak tepat, (Y/n) segera menggelengkan kepalanya. Menghapus jejak halusinasinya yang cukup berlebihan. Yang kemudian disalahartikan oleh Fushiguro.

"Kau tidak ingin cepat sembuh?"

"Bukan, bukan begitu!" Dengan cepat (Y/n) meralatnya. Dan lagi, dari mana pula asal pemikiran lelaki bersurai hitam itu?

Fushiguro hanya melemparkan tatapan normalnya ke arah (Y/n). Lalu, ia pun berkata, "Kalau begitu, aku pulang dulu. Cepatlah sembuh dan berbaikanlah dengan Kugisaki."

"Kau tidak merasa jika dirimu juga termasuk dalam blacklist-ku?" celetuk (Y/n) setelah ia mendengar ucapan Fushiguro sampai akhir.

Bibir Fushiguro memang tidak mengatakan apa-apa. Namun, dari ekspresinya (Y/n) sudah tahu apa yang lelaki itu rasakan. Bingung, heran, dan ia juga sedang memikirkan apa maksud (Y/n).

Helaan napas dihembuskan oleh (Y/n). Jadi, apakah selama ini Fushiguro menganggap dirinya hanya bertengkar dengan Nobara? Jangan bercanda. (Y/n) tidak akan melakukan suatu hal setengah-setengah. Jika ia ingin memusuhi Nobara, maka Fushiguro dan Yuuji juga termasuk ke dalamnya. Mungkin para senpai-nya pun ikut termasuk.

"Aku tidak menganggap kalian temanku, kau tahu? Apakah kau tidak merasa demikian?" ujar (Y/n) dengan penekanan dan pelafalan yang jelas di setiap kata yang ia ucapkan. Tujuannya hanyalah agar Fushiguro tidak salah dengar atau tidak salah tangkap akan ucapannya.

"Oh."

Hanya itu reaksinya? batin (Y/n) heran.

Sekali lagi, gadis bersurai sebahu itu menghela napas panjang. Ia benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa lagi kepada lelaki bertubuh tegap di hadapannya itu. Ia benar-benar tidak tahu.

Namun, kala bibir lelaki yang memberikan reaksi cukup singkat tadi mengatakan satu hal kepada (Y/n), seketika gadis itu tertegun. Bibirnya terkunci rapat. Tubuhnya pun ikut membeku. Di dalam pikirannya berkecamuk banyak hal yang sulit untuk dijelaskan. Juga yang ia yakini akan menjadi topik utama di dalam otaknya hingga beberapa hari ke depan.

"Tetapi, aku tidak menganggapmu sebagai musuhku. Justru sebaliknya; kau adalah temanku. Aku yakin, Itadori dan Kugisaki pun berpikiran demikian tentangmu."

Kini satu kalimat pertanyaan terus berputar di dalam kepala (Y/n); apakah gadis itu menyesali keputusannya?

***

Yah, kasian prenjon—🚶‍♀️

━━ # . 'Dancing in the Shadow ✧ Jujutsu KaisenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang