Chapter 38 - Didn't Get It

745 176 21
                                    

Sudah berhari-hari lamanya Junpei belum bertemu dengan (Y/n). Lelaki itu sudah pernah mendatangi rumahnya. Namun, yang ia dapatkan hanyalah keheningan panjang yang seolah-olah tidak akan berakhir.

Bingung? Tentu saja. Pasalnya, selama ini (Y/n) selalu berada di dalam pandangan matanya. Namun, kini gadis itu menghilang bagai angin musim dingin di kala musim semi telah tiba.

Bodohnya Junpei ialah lelaki itu lupa menanyakan ID LINE milik (Y/n). Jika saja dirinya memiliki, saat ini ia mungkin tidak akan berputar-putar di jalan yang searah dengan rumah (Y/n) berada. Ketika ia bertemu dengan gadis itu nanti, Junpei akan segera meminta ID LINE milik gadis itu agar ia bisa menghubunginya jika saat-saat seperti ini kembali terjadi.

Dirasa harapannya untuk bertemu dengan (Y/n) hari ini telah pupus, Junpei pun memutuskan untuk pulang. Ia melangkahkan tungkai kakinya menyusuri jalan yang sama dengan jalan yang ia lalui sebelumnya. Dengan harapan ia bisa bertemu (Y/n) di esok hari.

Sebelum Junpei benar-benar kembali ke rumahnya, lelaki itu mampir sejenak ke sebuah vending machine yang ada di tepi jalan. Ia memasukkan uang ke dalam mesin itu. Lalu, memilih minuman kaleng yang ia inginkan saat ini. Diambilnya, kemudian ditariklah kait penarik di atasnya.

Melihat kemasan minuman kaleng itu, seketika mengingatkan Junpei pada (Y/n). Pasalnya minuman yang kini ia minum merupakan minuman yang sama dengan yang (Y/n) berikan padanya. Di pertemuan mereka untuk yang pertama kali.

Seusai menghabiskan seluruh cairan dari dalan kaleng itu, Junpei pun melanjutkan perjalanan pulangnya. Namun, seketika dirinya merasa bahwa ada seseorang yang menatapnya dari belakang. Sontak Junpei menoleh.

Maniknya membulat. Mengetahui bahwa apa yang ia rasakan merupakan kebenaran. Seorang lelaki berdiri di belakangnya. Dengan kedua tangan di dalam saku celana. Meskipun gayanya tampak santai, namun Junpei dapat merasakan tanda-tanda bahaya darinya.

"Malaikat Pelindungmu telah pergi meninggalkanmu, heh?"

***

Jeritan terdengar di mana-mana. Sebagai suara di latar malam hari. Dengan kobaran api yang menyala-nyala bak siap melahap apapun yang ada di depannya.

Sungguh merupakan pemandangan yang mengerikan.

Buruknya, gadis itu berdiri di tengah-tengah kekacauan itu. Entah siapa yang memulainya, mendadak semuanya berubah menjadi demikian. Tanpa sebab dan hanya memberikan akibat yang benar-benar tak terbayangkan sebelumnya.

Kakinya yang telanjang mulai melangkah perlahan. Terseok-seok dikarenakan luka yang cukup parah pada bagian kaki kanannya. Menyebabkan gadis itu harus menyeret kakinya dengan sisa-sisa tenaga yang ada.

Di tengah hiruk pikuknya keadaan itu, si gadis hanya mematung. Dirinya masih terlalu dini untuk memahami apa yang tengah terjadi saat ini. Yang ia ketahui ialah ada seorang wanita yang tengah berada di atas tiang kayu yang berdiameter lebih besar daripada yang biasanya.

Di sisi kanannya, pun ada seorang wanita yang tampak lebih tua. Mungkin merupakan ibu dari dari si wanita yang kini hanya bisa menangis dengan kobaran api yang menari-nari di bawah kakinya. Telah siap untuk melahap tubuhnya hingga habis tak bersisa.

Kejadian itu terjadi dengan cepat. Wanita bersurai panjang yang sebelumnya hanya menangis kini ditambah dengan jeritan yang nyaring. Seolah-olah menyekik siapapun yang mendengarnya.

Sementara wanita yang berusia lebih tua tadi berusaha untuk meraih tangan atau apapun itu yang bisa ia raih. Namun, yang ia dapatkan hanyalah api yang juga ikut menyambar tubuhnya. Merajalela hingga ke semua bagian tubuhnya.

Di detik yang sama pula, gadis itu menyaksikannya tanpa berkata apapun. Ia ingin bergerak, namun rasa sakit di kakinya itu terlalu parah hingga menjerit saja tak cukup untuk melampiaskan rasa sakitnya. Yang tampak jelas hanyalah air matanya yang mengalir pada kedua pipinya sebelum tatapannya menghitam dalam sekejap mata.

***

Perlahan, manik (e/c) itu menampakkan wujudnya. Ditolehkannya ke kanan dan ke kiri. Namun, tak ada siapapun di sana, baik di sisi kiri maupun di sisi kanannya. Yang ia dapati hanyalah kekosongan dengan sebuah kursi kosong yang berdiri dengan manis di sebelah ranjang tempat ia berbaring.

Sontak (Y/n) pun bertanya-tanya. Berapa lama dirinya tak sadarkan diri? Bahkan ketika ia melirik ke luar jendela, nuansa jingga sudah mendominasi cakrawala.

Sebuah nama terbesit di dalam kepalanya. Yoshino Junpei. Lelaki naif yang sangat mudah percaya kepada orang lain itu. Apa saja yang ia lakukan selama ini? Ia tidak bertemu dengan si pembuat onar dari akar permasalahan yang sebenarnya, bukan?

Kembali gadis itu menghela napas panjang. Tidak ada satu pun orang yang bisa menjawab mengenai hal-hal tersebut. Namun, mimpi yang ia lihat tadi benar-benar terasa sangat jelas hingga sulit untuk dilupakan begitu saja. Seolah-olah kejadian itu sungguh terjadi di depan matanya. Tepat di depan matanya.

Ketukan pada pintu sebanyak tiga kali membuyarkan lamunan (Y/n). Kini pintu pun menjadi pusat perhatiannya. Dengan seorang lelaki bersurai hitam legam berdiri di sana. Beserta seorang gadis dengan wajah kesalnya.

"Hei."

Sapaan yang dilontarkan oleh Fushiguro membuat (Y/n) menatap padanya. Kini lelaki itu memilih untuk duduk di kursi kosong tadi. Sementara Nobara berdiri seraya bersandar pada dinding yang bersebelahan dengan jendela.

"Berapa lama aku tak sadarkan diri?" tanya (Y/n) selagi ia masih mengingat pertanyaan itu di dalam benaknya.

"Dua hari penuh," jawab Fushiguro.

Tentu saja jawaban itu menciptakan keterkejutan pada raut wajah (Y/n). Hei, jam tidurnya saja kurang lebih atau sekitar hanya delapan jam lamanya. Namun, apa yang ia dengar tadi? Dua hari penuh! Selama empat puluh delapan jam ia tertidur tanpa makan dan minum!

"Terkejut, huh?"

Celetukan dari Nobara itu membuat (Y/n) menatap ke arahnya. Di sana ia mendapatkan tatapan remeh dan tampak tidak senang akan apa yang terjadi. Entah karena apa gadis itu merasa demikian. Namun, hei, ke mana perginya raut wajah khawatir yang ia lihat dua hari yang lalu di saat dirinya belum tak sadarkan diri? Ah, mungkin memang benar jika apa yang ia lihat di hari itu hanya sebatas imajinasinya saja.

Keheningan menampakkan dirinya. Bersamaan dengan ketiadaannya topik pembicaraan di antara mereka. Yang membuat sunyi merasa bahwa inilah saat yang tepat bagi dirinya untuk hadir di sana.

"Hei, kalian."

Ucapan pelan (Y/n) itu membuat Fushiguro dan Nobara yang sedang menatap ke arah lain seketika menoleh padanya. Sejenak manik (e/c) itu menatap kedua insan di hadapannya dengan saksama. Memastikan jika mereka berdua pasti akan mendengar perkataan nantinya.

"Bagaimana jika kalian berdua saja yang mengambil nyawaku?"

***

Gak nyangka book ini udah sampai 40 chapter [cry]

━━ # . 'Dancing in the Shadow ✧ Jujutsu KaisenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang