Chapter 16 - An Unprepared Test

1.4K 299 13
                                    

Author's POV

Di sinilah (Y/n) sekarang. Berdiri bersama orang-orang yang paling (Y/n) hindari di bawah teriknya sinar matahari. Tentu saja ia mendeskripsikan mereka—Gojou dan Fushiguro—seperti itu. Ditambah dengan fakta jika lelaki dengan penutup mata itulah yang menangkap tubuhnya di saat (Y/n) berniat untuk melompat. Seharusnya ia memang sebaiknya tidak mencoba untuk kabur. Karena saat ini nyatanya penjagaan mereka terhadap (Y/n) telah diperketat.

(Y/n) pun mau tidak mau berada di sini. Setelah pernyataan lulus—yang lebih baik tidak ia dapatkan—dari Masamichi, membuatnya berakhir berdiri di bawah sinar terik matahari.

Rasa bosan mulai menghampirinya. Entah apa yang mereka tunggu di sini. Ketidakjelasan itulah yang membuat (Y/n) cepat merasa bosan kala tidak ada hal yang lebih menarik atau setidaknya lebih berguna untuk ia lakukan. Nyatanya gadis itu hanya berdiri sambil melipat tangan di depan dada. Bersandar pada pagar pembatas antara trotoar dengan jalan raya.

"Sebenarnya, apa yang kita tunggu di sini?" celetuk (Y/n) setelah sekian lama ia diam tanpa melakukan apa-apa.

"Eh, kau ingin tahu?"

Gojou menjawab pertanyaan (Y/n) dengan pertanyaan lagi. Tentu saja lelaki dengan penutup mata itu akan meresponnya dengan demikian. Ya, setidaknya (Y/n) sudah pernah mencoba untuk bertanya.

"Kita sedang menunggu dua orang."

Anehnya, Gojou justru menjawab pertanyaan (Y/n) sebelum gadis itu merespon pertanyaannya yang sebelumnya. (Y/n) pun hanya diam dan pasrah. Ia sudah malas untuk berdebat ataupun mencoba untuk kabur lagi.

"Maaf telah menunggu lama!"

Seseorang yang baru saja datang membuat wajah (Y/n) lebih kusut. Aura yang dikeluarkan oleh gadis itu lebih suram daripada sebelumnya. Wajar saja, seolah keadaan yang saat ini masih belum cukup runyam, Yuuji datang dengan senyum tanpa dosa di wajahnya.

"Oh, kau!"

Yuuji menunjuk (Y/n) yang tengah berdiri diam di antara mereka. Gadis itu yakin jika Yuuji teringat dengan pertemuan mereka di rumah sakit yang ternyata merupakan tempat di mana kakek Yuuji dirawat. Dengan demikian, (Y/n) pun melancarkan aktingnya.

"Kau siapa?" tanya (Y/n) berpura-pura tidak tahu. Menurutnya, lebih baik ia berpura-pura tak mengenal Yuuji daripada menjadi sok akrab. Namun, seketika ia teringat dengan perkataan Clove. Kata lelaki itu, seharusnya (Y/n) mengakrabkan diri padanya. Ah, sekarang semuanya menjadi serba salah bagi (Y/n).

"Kau tidak ingat padaku?" Yuuji menunjuk wajahnya sendiri dengan telunjuknya. Gelengan kepala (Y/n) pun membuat dirinya kecewa selama beberapa saat. Namun, kemudian wajahnya kembali normal.

"Maaf," ucap (Y/n) tiba-tiba. Rasa bersalah terbesit di dalam dadanya.

Tetapi, Yuuji pun tak berkata apa-apa lagi. Ia justru berkomentar tentang seragam yang saat ini dikenakannya. Mendengar komentar Yuuji, (Y/n) teringat dengan salah satu scene di anime Jujutsu Kaisen. Seharusnya gadis itu telah menyadarinya di saat pertama kali mereka tiba di tempat ramai seperti ini. Ternyata selama ini mereka menunggu Nobara datang! Mengapa (Y/n) bisa lupa?

Secara spontan, (Y/n) menepuk keningnya. Ia mengutuk kebodohan dirinya sendiri. Ternyata sejak tadi mereka bertiga tidak hanya berdiam diri di bawah sinar matahari untuk berjemur dan membuat kulit menjadi kecokelatan. Padahal Gojou sudah menjawab pertanyaannya tadi. Kini (Y/n) mulai merasa dirinya semakin bodoh.

Seseorang yang merupakan topik pemikiran (Y/n) sejak tadi tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Kugisaki Nobara. Si gadis bersurai pendek itu menghampiri mereka. (Y/n) yakin saat ini Nobara tengah menganalisa sifat mereka bertiga dari sudut pandangnya. Entah bagaimana ia melakukannya, namun yang pasti (Y/n) tidak ambil pusing.

"(F/n)—maksudku, Tyazel (Y/n). Salam kenal."

Hampir saja (Y/n) salah menyebut namanya sendiri. Ia benar-benar lupa jika saat ini dirinya tidak menjadi dirinya yang sebenarnya. Kini ia menjadi bagian dari keluarga Tyazel semenjak datang ke dunia ini.

Mata Nobara memicing menatap (Y/n). Yang ditatap hanya bisa menatap ke arah lain. Menghindari scanning yang dilakukan Nobara pada dirinya.

"Karena sudah semuanya di sini, maka sudah saatnya kita pergi."

Gojou menatap muridnya satu per satu. Lalu, tatapannya berhenti pada (Y/n) yang tengah berjalan mengendap-endap.

"Kau juga ikut, (Y/n)."

Sontak langkah kaki (Y/n) berhenti. Sebelumnya ia memang berniat untuk kabur dari sana. Toh ia tidak pernah berniat untuk menjadi salah satu murid di SMK Jujutsu Tokyo. Tujuannya bukanlah itu. Lebih tepatnya, gadis itu tidak memiliki tujuan yang jelas. Entah apa yang menjadi tujuannya di dunia ini.

Namun, saat ini (Y/n) hanya bisa mengikuti arus seperti air yang mengalir.

***

"Dasar pembohong! Apanya yang pergi ke Roppongi?!"

Seruan yang berasal dari Yuuji dan Nobara mengalihkan perhatian (Y/n) dari bangunan tua di hadapannya. Dari jendela dan celah-celah bangunan, keluar aura yang sangat gelap. Bahkan terlihat dan terasa menyeramkan. Namun, dari sanalah mereka tahu jika di dalamnya terdapat sebuah kutukan.

"Ada roh terkutuk di sini, ya." (Y/n) bersuara tiba-tiba dan seketika menghentikan ocehan tak terima yang berasal dari Yuuji dan Nobara.

"Ya, kau benar (Y/n). Tujuan kita datang ke sini adalah aku ingin mengetahui sejauh mana kemampuan kalian. Maa, anggap saja ini latihan uji lapangan kalian."

Gojou menatap (Y/n), Yuuji, dan Nobara secara bergantian. "Kalian bertiga basmi kutukan yang ada di dalam sana," titahnya.

"Bukannya kutukan hanya bisa dibasmi dengan kutukan? Aku masih belum bisa menggunakan jujutsu apapun, lho." Yuuji tiba-tiba bersuara.

"Lalu, mengapa kau berada di sini?" celetuk (Y/n) datar. Ia mulai jengah karena ikut terseret ke sana. Padahal seharusnya bukan inilah tujuannya meskipun sebenarnya gadis itu belum menentukan tujuannya dengan pasti dan mutlak.

"Karena aku lulus ujian masuk?" Jawaban—lebih tepatnya pertanyaan—yang diberikan oleh Yuuji membuat (Y/n) menghela napas.

"Yuuji, setengah dari dirimu sudah kutukan. Sudah ada Energi Kutukan yang mengalir di dalam tubuhmu. Yah, mengendalikan Energi Kutukan tidak bisa dilakukan hanya dalam waktu semalam, jadi pakailah ini."

Gojou menyerahkan sebuah senjata yang masih disarungi. (Y/n) menatap sekilas senjata itu. Lalu, ia mengalihkan pandangannya ke arah bangunan tua yang memiliki kutukan di dalamnya. Karena (Y/n) sudah biasa melihat hal-hal seperti itu, jadi membasmi kutukan di tempat seperti ini bukanlah sesuatu yang aneh. Ia memang sudah terbiasa melakukannya.

"Satu hal lagi."

Yuuji menoleh pada Gojou. Ia menatap ke arahnya sambil menunggu apa yang akan dikatakannya.

"Jangan biarkan Sukuna keluar. Memang, kutukan di sekitarnya akan menghilang. Namun, manusia yang ada di sekitarnya juga akan ikut terseret," lanjut Gojou mengingatkan yang ditanggapi dengan anggukan kepala Yuuji.

"Aku mengerti! Sukuna tidak akan kukeluarkan," sahutnya paham.

(Y/n) melangkah mendekat pintu bangunan itu. Nobara berdiri di sana sambil berusaha menarik pintu besi itu. Tak lama, Yuuji menghampiri mereka. Dengan mudahnya, ia membuka pintu besi itu.

Mereka berdua masuk lebih dulu. Meninggalkan (Y/n) yang masih berdiri di pintu masuk.

Bahunya yang ditepuk dari belakang mengalihkan perhatian (Y/n) seketika. Gadis itu pun menoleh ke belakang. Lebih tepatnya ke arah Fushiguro yang berdiri dengan tegap.

"Kalau terjadi sesuatu di dalam sana, aku pasti akan menolong kalian," ujarnya dengan wajah serius.

Jika lelaki itu telah berkata demikian, apakah (Y/n) bisa menolak untuk masuk ke dalam bangunan itu?

***

Makasih udah baca dan vomment xixixii❤✨

━━ # . 'Dancing in the Shadow ✧ Jujutsu KaisenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang