Chapter 6 - Pretending

1.8K 375 37
                                    

Author's POV

Sekali lagi, Senjata Kutukan itu diayunkan. Si pemiliknya melompat ke sana dan ke sini seraya menghindari serangan roh terkutuk di depannya. Tanpa berlama-lama lagi, gadis itu mengayunkan senjatanya sekuat tenaga. Hingga pada akhirnya roh terkutuk itu lenyap.

"Kau semakin hebat, (Y/n)."

"Dan kau semakin gemuk karena terus memakan es krim," balas (Y/n) asal.

(Y/n), gadis yang baru saja dipuji oleh Clove itu hanya menatap kesal ke arah sang roh penjaga. Entah bagaimana, Clove bisa selalu memakan es krim. Kapanpun dan di manapun. Bahkan ketika hari sudah larut malam. Di saat semua minimarket maupun supermarket telah tutup. Oh, mengingat Clove yang selalu bisa melakukan apa saja, (Y/n) sudah merasa tidak heran lagi.

"Seorang roh penjaga tidak akan bertambah gemuk. Catat itu." Clove membuang stik es krim ke dalam tempat sampah. Lalu, ia melompat turun dari atas atap rumah entah milik siapa.

"Kau tidak ingin pulang?" tanya Clove dari bawah sana. Tatapannya tertuju pada (Y/n) yang masih berdiri menatap sang bulan purnama dari atas atap.

"Sebentar," sahut gadis itu.

"Oh, ayolah. Apakah kau tidak bosan menatap bulan yang tidak pernah berubah bentuk itu?" Clove mulai tampak bosan melihat (Y/n) yang sejak tadi hanya menatap ke arah bulan setelah ia membasmi beberapa roh terkutuk malam ini.

"Kau berisik, ya." (Y/n) pun akhirnya melompat turun ke bawah. Sebelumnya ia tampak sedang memikirkan sesuatu. Namun, karena perkataan Clove tadi, pikirannya pun buyar.

"Lilliana-sama tidak pernah berkata seperti perkataanmu tadi," tukas Clove tak senang.

(Y/n) menatap Clove yang tingginya lebih tinggi sekitar lima belas centimeter dari (Y/n). "Tetapi aku bukan Lilliana."

Setelah berkata demikian, (Y/n) berjalan lebih dulu daripada Clove. Kepalanya kini mulai dipenuhi oleh hal-hal yang sejak tadi ia pikirkan. Pasal dirinya yang tiba-tiba berada di dunia ini. Namun, Asano tidak bersama dengannya. Juga tidak menjelaskan apa yang terjadi. (Y/n) sempat menduga jika Asano-lah yang menitipkan dirinya pada Clove. Namun, mengapa lelaki itu tidak muncul di hadapannya dan justru menitipkannya kepada seseorang yang tak (Y/n) kenal? Selain itu, mengapa pula (Y/n) masuk ke dunia ini tanpa memakai tubuhnya sendiri? Apakah sebenarnya ia telah meninggal?

"(Y/n), awas!"

Seruan itu mengejutkan (Y/n). Tiba-tiba dirinya diserang oleh salah satu roh terkutuk yang tidak ia ketahui berasal dari mana. Tanpa ia sadari, mulutnya sudah bergerak sendiri dan mengatakan sebuah kalimat.

"Senjata Kutukan: Orange Maple."

Bukan sebuah senjata panjang yang bisa (Y/n) pakai. Kali ini, sebuah daun maple berada di tangannya. Daun itu berjumlah banyak dan tiba-tiba mereka bergerak dengan sendirinya. Menyelimuti sang roh terkutuk hingga beberapa saat kemudian ia pun lenyap tak berbekas.

"Apa... itu?" gumam (Y/n) masih tampak heran.

"Kau berhutang budi padaku dua kali, (Y/n)." Clove mengusap pakaiannya. Menyingkirkan debu yang menempel.

"Hai, hai. Padahal aku pun bisa melakukannya sendiri," sahut (Y/n) sambil mengambil salah satu daun maple yang terjatuh di atas tanah. Ia mengamatinya sejenak. Lalu, memasukkan daun itu ke dalam saku celana training-nya.

"Oi, tunggu!" Clove segera mendekat pada (Y/n).

"Ada apa lagi?" (Y/n) menoleh pada Clove.

Anak lelaki itu berkacak pinggang lalu menatap (Y/n) intens. Ditatap seperti itu oleh Clove, (Y/n) tidak merasa salah tingkah. Justru dahinya mengernyit heran.

"Apa yang ingin kau katakan?" ulang (Y/n).

Clove diam sejenak, menatap manik (e/c) milik (Y/n). Lalu, memalingkan wajahnya. "Tidak, tidak jadi." Ia sudah berjalan lebih dulu beberapa meter dari (Y/n). Meninggalkan gadis itu diselimuti oleh keheranan.

"Dasar tidak jelas."

***

Sudah tepat dua minggu berlalu semenjak (Y/n) tinggal di dunia ini. Itu artinya, masih ada dua minggu yang tersisa hingga tiba di kejadian yang men-triggered arc pertama dari cerita Jujutsu Kaisen. (Y/n) sendiri masih belum memikirkan apa yang harus ia lakukan ke depannya. Pasalnya ia sama sekali tidak tahu tentang cerita Jujutsu Kaisen setelah anime-nya tamat pada season satu.

Pandangannya tertuju pada buku jurnalnya yang terbuka. Ia sudah meminta pada Clove untuk memberikan sebuah buku jurnal. Ya, kebiasaan lamanya tidak bisa dihilangkan, yaitu menulis di buku jurnal.

Namun, kali ini buku jurnal yang diberikan oleh Clove sedikit berbeda dengan buku jurnal biasa. Normalnya, sebuah buku hanya perlu dibalik sampul depannya agar bisa membaca halaman pertama. Namun, buku jurnalnya kali ini tidak demikian. Ada serangkaian pelindung yang tidak membuat sembarang orang membacanya. Mengetahui hal itu, (Y/n) pun merasa lega. Ia bisa bebas menuliskan apapun yang ia mau.

Tetapi, sejak beberapa jam yang lalu, halaman pertama buku jurnalnya itu masih saja kosong. Hanya berisi tanggal dan tahun saat ini saja. Si pemiliknya hanya diam sambil memainkan bolpoin di tangannya. Ia memutar-mutarnya dan kesal lantaran bolpoin itu sering terjatuh. Alhasil, (Y/n) meletakkan bolpoinnya dan menopang dagunya dengan kedua tangan.

"Apakah dunia ini benar-benar menjadi tujuanku?" Ia bergumam. Masih menatap ke arah langit-langit kamarnya yang dicat oleh warna putih.

"Bagaimana jika bukan?" lanjutnya. "Atau jangan-jangan seharusnya aku telah pergi ke surga?"

(Y/n) tersentak. Seketika ia berasumsi jika apa yang baru saja ia katakan bisa menjadi sebuah kebenaran yang tersembunyi. Jika ia memang benar-benar masuk ke dalam surga. Bagaimana jika ia masuk ke dalam neraka? Oh, tentu saja. Lebih baik gadis itu menetap di dunia ini.

Tangan (Y/n) bergerak mengambil cermin persegi panjang berukuran sedang. Ia menatap bayangan dirinya sendiri pada cermin itu. Wajah yang proporsional, bulu mata yang lentik, surainya yang dipotong pendek. Semua itu terlihat sempurna jika dipadukan. Namun, sayangnya apa yang ia lihat saat ini bukanlah wajahnya sendiri.

"Lilliana ternyata merupakan gadis yang cantik," komentar (Y/n) setelah beberapa saat memandangi wajahnya di cermin.

"Sayang, umurnya pendek," tambahnya.

"Mengapa kau bisa sejujur itu, hah?"

Pertanyaan bernada kesal itu menghardik (Y/n) yang tengah meletakkan cermin itu ke tempatnya semula. Gadis itu pun menoleh dan mendapati Clove yang tengah melipat tangan di depan dada.

"Kau hanya perlu mengatakan apa yang ada di dalam kepalamu. Itu saja," jawab (Y/n) seadanya.

"Hei, itu tidak semudah yang kau pikir-"

"Aku tidak suka berpura-pura. Seperti ibuku yang selalu berpura-pura dan pada akhirnya meninggalkan aku dan ayahku. Semenjak saat itu, aku pun membenci kepura-puraan," sela (Y/n) tanpa memandang Clove.

Seketika Clove teringat dengan perkataan (Y/n) yang berkata jika dirinya dulu sama seperti Lilliana. Ternyata inilah alasan mengapa (Y/n) berubah. Berubah menjadi seseorang yang selalu berkata apa adanya tanpa memusingkan perasaan lawan bicaranya.

Kini, lelaki itu tampak mulai paham. Paham jika di balik ketegaran yang ditunjukkan oleh (Y/n), ada diri gadis itu yang masih rapuh.

***

━━ # . 'Dancing in the Shadow ✧ Jujutsu KaisenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang