Chapter 8 - An Accidental Meeting

1.6K 331 18
                                    

Author's POV

Ketika waktu berlalu dengan sangat cepat, seketika semuanya berubah hanya dalam satu kedipan mata. Seolah-olah apa yang telah terjadi selama ini hanyalah mimpi belaka. Terlalu cepat hingga sulit dirasakan.

(Y/n) tengah menulis di atas buku jurnalnya. Ia sudah duduk di sana semenjak satu jam yang lalu. Namun, hanya ada satu paragraf yang tertulis di sana. Biasanya gadis itu bisa dengan mudah menulis hal-hal yang ia anggap penting ke dalam buku jurnal itu. Tetapi kali ini, ia merasa bingung harus menulis apa lagi.

Alhasil, (Y/n) menutup buku jurnalnya dan bersandar pada sandaran kursi meja belajar. Tatapannya tertuju ke atas langit-langit kamarnya. Ia menatap lurus sambil memikirkan sesuatu. Entah apa yang (Y/n) pikirkan. Namun, yang pasti merupakan suatu hal yang sangat penting hingga membuatnya berpikir keras.

"Sedang melamun?"

Sedikit terkejut, (Y/n) pun melonjak ketika mendengar suara Clove yang tiba-tiba muncul di belakangnya. Di tangannya terdapat kunci dengan bentuk yang unik dan sangat jarang (Y/n) temukan.

"Tidak. Aku sedang memikirkan sesuatu," sanggah (Y/n).

"Oh," sahut Clove singkat.

"Omong-omong, kunci apa itu?" (Y/n) menunjuk kunci yang sejak tadi diputar-putar oleh jari telunjuk Clove.

"Oh, ini. Ini adalah kunci untuk ke rumah sakit."

Jawaban yang Clove berikan tentu saja membuat (Y/n) mengernyit. Gadis itu menatap Clove bingung dan seolah meminta penjelasan lebih lanjut.

"Ikut aku."

Clove menatap kunci itu sejenak. Lalu, ia memasukkan kunci tersebut di udara. Kemudian memutarnya tanpa memerlukan sebuah pintu apapun.

Namun, yang tiba-tiba terjadi setelahnya membuat (Y/n) cukup terkejut. Mereka sudah tiba di depan pintu masuk rumah sakit! Hanya karena Clove yang memutar kunci itu di udara.

"Ayo."

Ucapan Clove mengalihkan keterkejutan (Y/n) pada realita. Gadis itu pun mengikuti langkahnya meskipun masih tersisa sedikit keterkejutan di dalam dirinya.

Mereka menyusuri lorong rumah sakit. Saat ini (Y/n) sudah sangat yakin jika ia dan Clive benar-benar berada di dalam rumah sakit. Entah apa tujuan Clove ke sini, namun yang pasti (Y/n) masih tetap merasa terkejut.

"Terkejut, heh?"

Seolah tahu apa yang (Y/n) rasakan—oh, (Y/n) lupa jika Clove memang bisa merasakan apa yang gadis itu rasakan—Clove menatap (Y/n) remeh. Lelaki itu tertawa kecil melihat reaksi (Y/n) yang sangat jujur. Tentu saja ia terkejut. Lagi pula, siapa yang takkan terkejut jika tiba-tiba kau berpindah di depan sebuah rumah sakit?

"Oi, (Y/n)."

Panggilan Clove mengalihkan atensi (Y/n) ke arahnya. Gadis itu baru sadar jika Clove sudah berjalan beberapa meter di depannya. (Y/n) pun mendekat ke arah lelaki itu yang berhenti dan menatap sesuatu dari balik kaca transparan.

Seorang wanita tua yang tengah berbaring di atas tempat tidur menjadi pemandangan pertama yang (Y/n) lihat. Pada tubuhnya, ada beberapa bagian yang memiliki luka bakar. Surai wanita itu telah berwarna putih sepenuhnya. (Y/n) pun yakin usianya sudah tidak muda lagi.

"Ia adalah tuanku dua generasi sebelum Lilliana-sama," jelas Clove tiba-tiba membuat (Y/n) meliriknya sekilas lalu kembali menatap wanita yang tampak tertidur itu.

"Bukankah kau tidak ingat sama sekali tentang tuan-tuanmu yang sebelumnya?" koreksi (Y/n). Kebingungan pun melanda.

"Apakah kau lihat benang emas itu?" Clove menunjuk sesuatu yang ada di dalam sana. Sebuah benang berwarna emas yang cukup tipis terlihat oleh mata (Y/n). Benang itu melingkari pergelangan tangan wanita itu. Ketika (Y/n) mengikuti benang itu, tatapannya terhenti pada Clove. Tepatnya, benang emas itu masuk ke dalam dada lelaki itu.

"Benang itu... apa maksudnya?" (Y/n) masih bingung. Sangat bingung, bahkan.

"Benang emas itu menunjukkan bahwa dialah orang yang pernah menjadi tuanku. Aku sendiri tidak ingat ada berapa banyak tuan yang telah aku jaga. Yang kutahu, benang emas itu yang menghubungkan kami," ungkapnya.

(Y/n) kembali mengamati benang emas yang melingkari pergelangan tangan wanita di dalam ruangan itu. Jika dilihat dengan saksama, wajah wanita itu terlihat mirip dengan wajah Lilliana. Bisa dipastikan jika wanita paruh baya itu adalah nenek Lilliana.

"Apakah Lilliana juga memiliki benang emas seperti itu?" (Y/n) secara spontan bertanya.

Tidak seperti apa yang (Y/n) terka, Clove justru menggeleng. "Tidak ada. Karena saat ini jiwamu yang mengisi tubuhnya, maka tidak akan ada benang emas yang melingkari pergelangan tangannya."

"Jadi, benang emas itu hanya akan muncul jika tuanmu benar-benar tuanmu?" Yang (Y/n) maksud adalah benang emas itu hanya akan muncul jika saat ini tubuh dan jiwa Lilliana berada di dalam satu tempat. Namun, pada kasus ini, jiwa Lilliana sudah pergi dan tubuhnya yang kosong pun diisi oleh (Y/n).

"Ya, kira-kira seperti itu."

(Y/n) mengusap dagunya. "Cukup merepotkan, ya," komentarnya. "Lalu, untuk apa kau ke sini?"

"Menjenguknya. Setidaknya aku ingin mengingat bagaimana wajahnya jikalau ia sudah tiada nanti," Clove menjawab dengan tatapan sendunya. Di saat ia mengatakan hal tadi, seketika pikirannya melayang pada Lilliana. Meskipun kini gadis itu berdiri di sebelahnya, tetap saja ia bukanlah Lilliana yang sebenarnya. Hanya tubuhnya saja, bukan jiwanya.

"Lalu, mengapa di tubuhnya terdapat luka bakar?" tanya (Y/n) heran.

"Entahlah. Aku pun tidak tahu apa penyebabnya. Ketika aku menemukannya, ia sudah mendapatkan luka-luka itu," jelas Clove singkat.

Keheningan seketika mengambil alih. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Clove, aku ingin ke toilet dulu," ujar (Y/n) yang kemudian diangguki oleh Clove.

Seusai pamit, (Y/n) langsung berjalan menuju toilet terdekat. Ia pun masuk ke dalam lalu membasuh wajahnya. Titik-titik air di wajahnya tampak terlihat dengan jelas ketika ia bercermin.

Penjelasan yang datang selalu bertubi-tubi hingga membuat (Y/n) kesulitan untuk mencerna semuanya. Bukan, bukan sulit sebenarnya. Hanya saja gadis itu masih terlalu bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Memang, dunia tampak sama dengan dunia yang ia tinggali. Namun, (Y/n) belum saja merasakan apa yang sebenarnya ada di dunia ini.

Tidak ingin membuat Clove menunggu terlalu lama, (Y/n) pun segera keluar. Ia berjalan terlalu cepat hingga tak sengaja tubuhnya menabrak seseorang. Bukan, bukan (Y/n) yang ditabrak ataupun menabrak. Justru gadis itu terjatuh ke atas lantas. Betis di kaki kanannya terlepas. Seketika wajah (Y/n) berubah panik dan langsung menutupinya dengan tangannya.

"Hei, kau tidak apa-apa?"

Melihat wajah orang yang hampir (Y/n) tabrak tadi tidak membuat gadis itu merasa lega. Justru kepanikannya berubah menjadi dua kali lipat lebih banyak daripada sebelumnya.

Surainya yang berwarna merah muda terlihat mencolok. Tatapan matanya yang ramah dengan raut wajah khawatir terpampang dengan jelas di depan mata (Y/n).

Ya, si tokoh utama adalah orang yang hampir (Y/n) tabrak tadi.

***

Yo minna!

Ternyata aku sembuh lebih cepat dari yang kuduga. Alhasil, aku tetap bisa update sesuai jadwal(*˘︶˘*)

Kabar buruknya, tabungan draft-ku sudah tinggal sedikit. Jadi, aku pun harus mulai ngetik lagi dan ngurangin main game. Ditambah, sebentar lagi liburan berakhir dan aku akan masuk sekolah. Yang pasti, kesibukan sudah menungguku di depan mata( ;∀;)

Untuk kalian semua yang sudah baca dan vomment, arigatou gozaimashita!!💖✨

I luv ya!
Wina🌻

━━ # . 'Dancing in the Shadow ✧ Jujutsu KaisenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang