Note:
Hello... lama tidak berjumpa...
Ini pertama kalinya aku pakai judul yang lebih panjang daripada biasanya..
aku harap kalian suka dengan yang ini...Untuk chapter selanjutnya di tunggu aja ya.. aku berniat untuk menyelesaikan fic ini dalam bulan ini dan.. semoga aku bisa ya...
selamat membaca
btw, kaalian bisa follow aku di wattpaad atau twitter untuk update aataapun spoiler chapter selanjutnya.. biasanya aku nge-drop spoiler sebelum chapter nya release..
--------------------------------------------------------------------"Jean..."
Suara yang sangat familiar terdengar olehnya. Jean masih menundukan wajahnya, duduk terdiam, merasa tidak sanggup untuk mengangkat kepalanya dan menatap wajah orang yang memanggil namanya.
Apa yang harus dia lakukan?
Apa yang harus dia katakan?
"Jean..." Suara itu melembut bersamaan dengan kedua lengan yang merengkuhnya hangat dari samping. "Hai... lihat ibu..." tangan kokoh dan lembut milik ibunya menyentuh samping wajah Jean, menopangnya.
Jean mengangkat kepalanya perlahan dan menatap ibunya yang berada disampingnya. Menatap wajah lelah ibunya membuatnya tidak bisa menahan apa yang dia rasakan. Dia meraih ibunya dan memeluknya erat. Membenamkan wajahnya di pundak ibunya, membasahi pundaknya dengan air mata yang tidak bisa dia bendung, bahkan dia bisa merasakan dirinya sendiri bergetar. Tuhan... Kenapa hal ini harus terjadi?
Jean hanya bisa duduk terdiam setelah dia mengabarkan keadaan Pieck kepada ibu dan ayahnya. Mengingat tentang apa yang dokter katakan padanya mengenai keadaan Pieck membuatnya tidak bisa berfikir. Dia hanya berharap bisa memutar ulang waktu dan mencegah hal ini terjadi.
"Tuan Kirstein, saat ini kami sudah melakukan tranfusi darah pada istri anda dikarenakan pendarahan yang dialaminya, tapi dengan keadaan tekanan darahnya yang sangat rendah dan juga trauma benturan yang terjadi membuatnya tidak sadarkan diri untuk beberapa waktu. Dan untuk bayinya..." Dokter menarik nafas dengan dalam, "pendarahan yang dialami cukup untuk membuatnya mengalami dampak yang menghkawatirkan bagi si bayi. Hal tersebut dapat menyebabkan kegagalan organ pada si bayi, pendarahan dan juga rendahnya tekanan darah dapat mengakibatkan kurangnya asupan oksigen yang di terima si bayi. Kami sudah berusaha yang terbaik, tapi itu adalah pilihan si bayi untuk bertahan atau... menyerah."
Kata-kata yang dia dengar dari dokter berputar berulang-ulang di otaknya. Jean merasa dia berada di tengah danau yang membuatnya tenggelam cukup dalam, walaupun otaknya berpikir untuk menggerakan seluruh bagian tubuhnya dan memerintahkannya untuk berenang kepermukaan air, tapi tubuhnya tidak mematuhi perintah itu. Dia hanya tenggelam dan terus tenggelam. Paru-parunya terasa sesak dan membuatnya serasa tercekik.
Jean pernah merasakan perasaan ini sebelumnya, sangat jelas teringat di kepalanya dan juga rasa yang dirasakan oleh tubuhnya. Rasa yang sama saat dia kehilangan ayahnya.
"Jean... shhh..." Jean merasakan tangan hangat ibunya membelai punggungnya dengan lembut. "Semua akan baik-baik saja, mereka akan baik-baik saja."
"Pieck adalah wanita yang kuat, begitu juga cucu ku.. mereka akan baik-baik saja."
Jean mengangkat kepalanya dari bahu ibunya dan menoleh kearah suara yang mengatakan kata-kata itu.
Ayah Pieck berdiri di hadapannya dengan keyakinan yang kuat terhadap putri dan cucunya. Putri dan cucu yang Jean janjikan padanya untuk selalu dia jaga dan lindungi.
Jean berdiri menghadap ayah mertuanya, "Aku minta maaf, aku tidak bisa menjaga mereka. Aku tidak bisa menjaga putri dan juga cucumu. Aku-"
"Itu bukan salahmu. Jangan meminta maaf, apa yang sudah terjadi memang seharusnya terjadi. Kita tidak bisa mencegah hal itu." Anthony Finger berjalan mendekat dan memeluk Jean, "Kita harus percaya pada mereka bahwa mereka kuat dan mereka akan melalui ini semua dengan baik. Jangan salahkan dirimu, Jean."
KAMU SEDANG MEMBACA
Indo Ver. STUCK WITH YOU (JeanPiku AU fanfiction)
FanfictionJean dan Pieck tidak pernah akur, selalu saling mengejek dan membenci satu sama lain. Hingga seketika kehidupan mereka berubah saat mereka memutuskan untuk berdamai.