Chapter 14: Perlahan

209 21 20
                                    

Note:

Catatan:

Untuk chapter selanjutnya akan menjadi chapter terakhir ... dan jika memungkinkan, aku akan menambahkan satu chap bonus..

Aku harap Anda menyukai yang ini
Selamat membaca...

BTW, Happy Jeanpiku 2022
--------------------------------------------------

Ketika Pieck menceritakan segalanya pada Jean, dia hanya terdiam dan mendengarkannya. Pieck bercerita tentang apa yang dia pikirkan selama ini, apa yang dia rasakan dan Jean sudah menduga hal itu. Hal yang sama yang juga dirasakan olehnya, bagaimana rasa bersalah itu selalu menghantuinya. Tapi dia tidak pernah berpikir jika Pieck akan mencoba mendorongnya pergi.

Tapi sekarang semuanya sudah baik-baik saja, Jean merasa lega karena pikiran-pikiran negatif itu mulai berubah menjadi motivasi bagi mereka untuk menjadi lebih kuat. Mereka masih merasa bersalah, tapi mereka tidak bisa mencegah hal itu. Mereka masih berduka dan sedih tapi mereka bisa menemukan cara untuk mengatasinya.

Cerita Pieck berlanjut ke kedua orang tua mereka yang sudah menduga tentang kebohongaan mereka sejak pertama kali Jean dan Pieck bertemu mereka. Jean merasa otaknya berhenti beroperasi ketika dia mendengar hal itu. Dia tidak pernah menduga itu, apa kebohongan mereka benar-benar terlihat, dia merasa itu benar-benar menakutkan.

Jean hanya terduduk terdiam di atas tempat tidur dengan rahang terjatuh dan Pieck duduk bersandar ke kepala tempat tidur.

Pieck tertawa kecil, "Apa kepalamu berhenti beroperasi?"

Jean kembali memposisikan rahang nya seperti sedia kala dan mengusap wajahnya dengan kedua tangannnya, "Aku... aku tidak menduga hal itu." Jean menghela nafas, "Itu.. itu menakutkan kau tahu, kita bertemu mereka untuk pertama kali dan mereka... mereka tahu kita berbohong."

"Aku bahkan tidak bisa berkata apa-apa saat itu." Pieck masih tertawa dengan ekspresi Jean. Jean yang memperhatikannya, dia bergerak dari tempat duduknya dan mendekati Pieck.

Dia mengambil kedua tangan Pieck, menggenggamnya.

Pieck menghentikan tawanya dan mereka berdua saling menatap.

"Aku merindukanmu..." Jean berkata.

Pieck hanya tersenyum, "Aku juga."

Mereka mendengar suara ketukan di pintu kamar Pieck, "Aku rasa itu Emilio." dia melirik jam yang ada di meja samping tempat tidur, "karena ini waktunya makan malam."

"Hmm... tunggu." Jean turun dari tempat tidur.

Apa yang Pieck katakan memang benar, Emilio berdiri di depan pintu dengan wajah yang cerah. Jean sudah berhari-hari tidak melihatnya berwajah seperti itu, sama seperti ibu dan ayahnya, Emilio dan juga yang lainnya merasakan rasa duka yang sama. Tapi sepertinya sekarang mereka tahu bahwa semuanya sudah baik-baik saja.

"Mr. Jean dan Miss Pieck, makan malam telah siap. Ataukah, saya bawakan makan malam anda kemari?"

"Tidak, tidak perlu. Kami akan bergabung dengan ayah dan ibu." Jean menoleh kearah Pieck yang menjawab pertanyaan itu dan memberikannya senyuman hangat.

"Tentu... Kami akan menunggu anda berdua." Emilio mengangguk kepada Pieck dan juga Jean, lalu menghilang dari pintu.

Ketika Jean berbalik dia sudah mendapati Pieck berjalan kearahnya, "Pieck..."

"Hmm?"

"Ayo mulai dari awal."

Pieck menaikan kedua alisnya dan memberikan tatapan penuh tanya.

Indo Ver. STUCK WITH YOU (JeanPiku AU fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang